Samuel Anderson seorang pria tampan, angkuh dan arogan. Sangat terkenal di dunia bisnis, yang mampu membuat para pesaingnya bertekuk lutut di hadapannya. Namun dari sifat-sifatnya di atas. Samuel memiliki satu sifat yang sangat sensitif dan selalu ditutupinya kepada semua orang. Kehilangan seseorang yang dirinya kasihi di masa lalu membentuknya menjadi pribadi yang sangat rapuh. Namun Samuel tidak pernah menyangka, pertemuannya dengan seorang gadis bernama Mikha Clarita. Malah mengubah sisi hidupnya yang kelam. Mampukah takdir mempersatukan keduanya di waktu yang tepat? Ataukah mereka akan dipermainkan oleh waktu itu sendiri? Plagiarisme Melanggar Undang-Undang Hak Cipta nomor 28 tahun 2014.
View MorePagi itu, seorang gadis kecil bernama Paula Anderson sedang bermain di taman di lingkungan sekolahnya. Kelas mereka baru saja bubar dan dia sedang menunggu jemputannya.
Namun tiba-tiba ada seorang anak lelaki seusianya yang memanggil-manggil namanya di luar pagar sekolah. Lalu Paula pun mendekati anak itu, sambil berkata, "Hai ... ada apa kamu memanggilku?" tanya Paula kepadanya. "Ayo ikut aku, kita bermain di pinggir danau. Banyak ikan-ikan di sana," bujuk anak lelaki itu. "Tapi aku sedang menunggu Mami yang akan menjemputku," jawab Paula. "Hanya sebentar saja, kok. Ayolah!" Anak lelaki itu tak henti-hentinya membujuk Paula agar mau ikut dengannya. Bahkan anak itu menjanjikan akan memberikan banyak coklat untuknya. "Tadi ada seorang paman berkata kepadaku. Jika aku berhasil membawamu bermain di dekat danau. Dia akan memberiku beberapa batang coklat. Apakah kamu tidak mau?" sergahnya lagi. "Tentu aku mau makan coklat. Baiklah ayo kita pergi bermain di dekat danau." Paula pun mengikuti langkah anak lelaki itu, menuju ke sebuah danau di dekat sekolahnya. Suasana sekolah yang ramai, dimanfaatkan dengan baik oleh Paula. Sehingga dia dapat menyelinap ke luar dengan sempurna. Setelah berjalan agak jauh, keduanya pun sampai di dekat danau itu. Dari kejauhan seorang pria dewasa sedang membuntuti anak lelaki suruhannya yang berhasil membawa seorang gadis cantik. "Wah danaunya sangat indah!" puji Paula. Dia yang jarang di bawa piknik oleh kedua orang tuanya yang sibuk bekerja. Merasa terkagum-kagum dengan pemandangan yang ada di depannya. Anak lelaki kecil itu dan pria dewasa tadi, saling memberikan isyarat. Lalu dia pun berkata kepada Paula. "Tunggu sebentar di sini. Aku akan menjumpai paman untuk mengambil coklat darinya." "Kamu jangan lama-lama, ya! Aku takut jika sendiri. Aku juga harus cepat kembali ke sekolah. Mamiku pasti akan sangat khawatir kepadaku," ucap Paula. "Kamu tenang saja. Aku hanya pergi sebentar kok. Nikmati saja dulu pemandangannya." "Baiklah," sahut Paula, lagi. Lalu anak lelaki itu pun dengan setengah berlari, melangkah menuju pria dewasa itu. "Kerja mu sangat bagus! Ini bonus untukmu!" serunya kepada anak itu. "Ini satu kotak coklat untukmu." "Terima kasih, Paman. Tapi bisakah aku membagi satu coklat ini kepada Paula?" "Tidak perlu! Paman yang akan memberinya sendiri untuk Paula. Pergilah menjauh dari tempat ini secepatnya!" perintah pria itu sambil membentaknya. Anak lelaki itu segera berlari sekencang-kencangnya dengan membawa sekotak coklat untuk mengganjal perutnya yang kelaparan. Setelah menyadari jika anak lelaki itu telah pergi menjauh. Pria itu lalu mulai mendekati Paula dari belakang. Dengan cepat dia membekap hidung Paula dengan sapu tangan yang sebelumnya telah ditetesi oleh suatu cairan. Yang bisa membuat orang yang menghirupnya menjadi pingsan, seperti Paula saat ini. Pria itu pun segera membawa Paula masuk ke dalam mobil dan akan membawanya ke suatu tempat yang tak jauh dari danau itu. Mobil berhenti di sebuah rumah kosong. Pria itu segera membawa Paula masuk ke dalam rumah. Ternyata di dalam rumah itu, ada anak perempuan lain yang juga masih pingsan dan tak sadarkan diri. Sang pria lalu meletakkan tubuh Paula di atas kasur kecil di dekat anak perempuan itu. "Sisa satu orang lagi! Setelah ini, aku akan kaya raya!" serunya lalu ke luar dari rumah itu. Tak lupa dia mengunci keduanya di dalam sebuah kamar. Setelah itu, dia masuk ke dalam mobil dan mulai melajukannya, untuk mencari mangsa berikutnya. Ternyata Pria ini bekerja sama pada sindikat penjualan anak. Dia telah diiming-imingi uang yang banyak. Jika dia bisa mencari tiga gadis cilik berparas cantik, untuk dijual. Pria itu telah berhasil mengumpulkan dua orang. Tinggal satu orang lagi. Dia pun mulai mencari-cari mangsa baru. Kembali ke rumah kosong, Seorang gadis yang ikut terbaring di samping Paula mulai mendapatkan kesadarannya. Gadis itu bernama Mikha. Dia pun mulai terbangun. Lalu berkata dengan pelan, "Ini di mana? Aku sedang apa di sini? Ini tempat apa?" Mikha pun memandang sekelilingnya. Tempat ini sangat asing dengannya. Dia juga melihat seorang gadis seusianya, sedang tidur dengan nyenyak. Mikha baru menyadari jika kedua kaki dan tangannya telah diikat. Dia pun baru menyadari jika dirinya sedang diculik saat ini. Yang Mikha ingat, tadi dia sedang bermain sepeda di dekat rumahnya. Lalu tiba-tiba ada seorang pria yang mendekatinya, dan membekap mulutnya. Setelah itu Mikha tidak mengingat lagi apa yang terjadi. Mikha yang cerdik, mulai membuka simpul ikatan yang membelit kaki dan tangannya. Tanpa menunggu lama, semua ikatan di tangan dan kakinya terlepas dengan sempurna. Setelah itu Mikha tak lupa membuka ikatan di kaki dan tangan gadis yang berada di dekatnya. Dia lalu berusaha membangunkan gadis itu. Tak berapa lama sang gadis pun terbangun, lalu berkata. "A ... aku di mana?" serunya sambil memandang ke arah Mikha. "Akhirnya kamu bangun juga. Perkenalkan namaku Mikha. Kita sedang diculik saat ini." serunya kepada gadis itu. "Aku, Paula. Tapi kenapa aku bisa diculik? Tadi aku sedang bermain di sebuah danau dengan seorang teman. Kenapa aku bisa berada di sini?" tanyanya bingung. "Coba ingat-ingat lagi." ucap Mikha. Paula pun mulai menajamkan ingatannya. Dia pun lalu mengingat jika ada seseorang yang membekap mulutnya dari arah belakang saat dirinya asyik memandangi danau itu. Setelahnya, Paula tidak sadarkan diri. Tiba-tiba Paula menangis. Dia menjadi ingat kepada ibunya yang sedang menjemputnya ke sekolah. "Mami ... aku takut!" lirihnya sedih. Lalu Mikha mulai menguatkan Paula dengan memegang kedua tangannya. "Kamu tidak perlu takut. Ada aku di sini," ucap Mikha sambil membelai lembut rambut Paula. "Tapi aku sangat takut, Mikha." "Kamu tak perlu takut, kita adalah teman mulai saat ini. Aku berjanji akan melindungi mu." Mikha lalu mengulurkan jari kelingkingnya kepada gadis itu demikian halnya juga dengan Paula juga mengulurkan jari kelingkingnya kepada Mikha. Akhirnya jari kelingking kedua gadis kecil itu saling bertaut. Lalu mereka pun bergantian berkata, "Mulai sekarang kita adalah satu. Saling melindungi. Apa pun yang terjadi. Kita sahabat sejati selamanya!" janji Mikha dan Paula. Setelah berhasil menenangkan Paula. Mikha pun mulai mengajaknya untuk melarikan diri. "Paula, bagaimana perasaanmu sekarang? Tidak takut lagi, kan?" tanyanya kepada gadis itu. "Aku sudah tidak takut lagi, Mikha. Ayo kita segera ke luar dari tempat ini." ucap Paula kepada sahabatnya. Tanpa keduanya sadari disaat mereka saling berjanji tadi, dan saling menautkan jari kelingking, terjadi juga pertukaran energi dari tubuh mereka masing-masing. Sehingga Paula pun yang awalnya penakut, malah menjadi berani seperti saat ini. "Mikha, let's go! Kita harus cepat meninggalkan tempat ini!" seru Paula cepat.Sudah seminggu sejak Feivel keluar dari rumah sakit. Luka di kepalanya mulai membaik, meskipun masih terasa nyeri sesekali. Namun, bukan itu yang mengganggu pikirannya. Hingga kini, kasus tabrak lari yang dialaminya masih belum menunjukkan titik terang. Polisi yang menangani kasusnya, Pak Tukiman, seolah-olah sengaja mengulur-ulur penyelidikan.Feivel merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tidak mungkin dalam waktu seminggu, polisi belum menemukan petunjuk apa pun. Padahal, kecelakaan itu terjadi di daerah yang memiliki banyak kamera CCTV.Hari ini, Feivel memiliki pertemuan dengan Samuel di salah satu ruang rapat gedung perusahaannya. Mereka sedang membahas kolaborasi proyek besar yang akan segera keduanya jalankan. Namun, di tengah diskusi, pikiran Feivel terus melayang ke kasus tabrak larinya.Di ruang rapat,Feivel menutup berkas di hadapannya dan menghela napas panjang. Matanya menatap kosong ke meja rapat, seakan-akan pikirannya melayang jauh.Samuel, yang duduk di seberangnya, me
Mikha mengangguk. "Iya, Bun. Dia mengalami kecelakaan serius. Makanya aku dan Samuel tadi menunggu di rumah sakit sampai agak larut."Bunda Nadia terlihat cemas. "Ya Tuhan. Bagaimana keadaannya sekarang?"Samuel meletakkan cangkir tehnya di meja dan menjawab, "Kondisinya masih belum sadar, Tante. Tapi asisten pribadinya, Hendro, yang berjaga di sana. Mikha tadi sulit sekali diajak pulang, dia masih khawatir sama Feivel."Nenek Jenar menatap Mikha dengan lembut. "Nak, Nenek tahu kamu peduli sama sahabatmu. Tapi kamu juga harus jaga kesehatanmu sendiri."Mikha tersenyum tipis. "Iya, Nek. Aku ngerti kok."Bunda Nadia meraih tangan Mikha dan menggenggamnya erat. "Bunda ngerti kamu khawatir, tapi jangan sampai kamu mengorbankan kesehatanmu sendiri. Kamu udah makan?"Samuel menyela sebelum Mikha bisa menjawab. "Sudah, Tante. Saya bawa Mikha makan dulu sebelum pulang."Bunda Nadia menghela napas lega. "Syukurlah. Terima kasih, Nak Samuel, sudah menjaga anak saya."Samuel tersenyum. "Sa
Masih di Rumah Sakit Siloam, Jakarta,Suasana rumah sakit semakin lengang seiring bertambahnya malam. Mikha masih duduk di samping ranjang Feivel, menggenggam tangannya yang dingin. Matanya sayu, akan tetapi hatinya terus berdoa agar Feivel segera sadar.Samuel berdiri bersandar di dinding kamar, melipat tangan di dada sambil sesekali menghela napas. Dia tahu Mikha masih enggan meninggalkan rumah sakit, tetapi waktu sudah terlalu larut.Tak lama kemudian, Hendro, asisten pribadi Feivel, masuk ke dalam kamar. "Nona Mikha, hari sudah malam. Sebaiknya Anda pulang dan beristirahat."Mikha menoleh ke Hendro dengan mata berkaca-kaca. "Aku nggak mau pulang dulu, Asisten Hendro. Aku mau di sini sampai Kak Feivel sadar."Asisten Hendro tersenyum tipis, mencoba menenangkan gadis itu."Saya akan berjaga di sini. Kalau ada perkembangan apa pun tentang Tuan Feivel, saya pasti akan segera mengabari Anda."Samuel ikut menimpali. "Mikha, kamu butuh istirahat. Kalau kamu sakit, Feivel pasti nggak ak
Di sebuah minimarket pada sore hari,Kesibukan di minimarket mulai mereda saat sore menjelang. Mikha, seorang gadis berusia dua puluh dua tahun, menghela napas lega setelah menyelesaikan laporan stok barang. Sebagai kepala toko, dia harus memastikan semuanya berjalan lancar. Setelah menutup buku laporan, Mikha akhirnya bisa mengambil ponselnya yang sejak tadi tergeletak di meja kasir.Saat gadis itu membuka layar, matanya langsung tertuju pada satu pesan singkat dari Samuel.“Mikha, kalau ada waktu, kita bisa ketemu hari ini? Aku mau ngomong sesuatu yang penting.”Mikha tersenyum senang. Ternyata diam-diam gadis itu juga kangen kepada Samuel, CEO SPAD Corp yang selalu perhatian. Dia pun segera membalas pesan itu.“Boleh, kok. Kita bisa ketemu setelah pulang kerja. Di mana?”Tak butuh waktu lama, ponselnya bergetar lagi. Tentu saja pesan dari Samuel.“Bagaimana kalau kita jalan ke mall? Kita bisa nongkrong sambil makan es krim.”“Baiklah, Sam. Sampai ketemu di sana!Setelah menyelesaik
Penyadapan rahasia percakapan antara Tuan Wiguna dan Pak TukimanDi sebuah mobil hitam yang terparkir cukup jauh dari rumah mewah milik Tuan Wiguna, seorang pria berambut pendek dengan wajah serius duduk di kursi pengemudi. Di dalam mobil itu, berbagai perangkat elektronik tersusun rapi, rekorder suara, laptop dengan beberapa layar monitor, dan headset komunikasi. Pria itu adalah Detektif Mayer, seorang anggota kepolisian yang telah lama mencurigai adanya kerja sama gelap antara Pak Tukiman dan Tuan Wiguna.Di salah satu layar monitornya, gelombang suara bergerak naik turun, merekam setiap percakapan yang terjadi di dalam rumah Tuan Wiguna. Dengan telinga yang fokus mendengarkan melalui headset, Detektif Mayer mencatat setiap kata yang keluar dari mulut kedua orang itu.“Saya ingin Anda menghentikan penyelidikan kecelakaan Tuan Feivel.”Detektif Mayer mengernyit. "Menarik," gumamnya sambil mengetik cepat di laptopnya.Suara Pak Tukiman terdengar melalui headsetnya. “Maaf, Tuan Wiguna
Beberapa saat yang lalu,Sore itu, Hendro sedang duduk di ruangannya, menatap layar laptop dengan serius. Sebagai asisten pribadi dari Feivel, dia bertanggung jawab atas banyak hal, mulai dari jadwal harian hingga urusan pribadi bosnya itu. Tiba-tiba, ponselnya bergetar di atas meja. Nomor yang sangat dikenalnya muncul di layar.Hendro mengernyit, merasa ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkat telepon.“Halo?” tanyanya.“Hendro?” Suara seorang pria terdengar di ujung telepon. “Hendro, aku mengalami kecelakaan!”Jantung Hendro seolah berhenti berdetak sejenak. Dia langsung berdiri.“Apa? Anda kecelakaan, Bos?” Hendro hampir berteriak. “Bagaimana kondisi Anda sekarang? Apakah baik-baik saja?”“Segera ke sini, Hendro. Kondisiku sedikit parah,” jawab Feivel lemah.Hendro tak berpikir dua kali. Setelah mengetahui lokasi sang atasan, dia segera menghubungi rumah sakit terdekat dan meminta ambulans untuk bergegas ke lokasi kecelakaan. Asisten Hendro segera berlari keluar dari kantornya, m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments