Share

Bos yang Menggemaskan

Lydia kembali menggerutu, ia mengulang nomor telepon dengan tujuan Barata Group untuk menjadwal ulang meeting.

"Hallo, iya pak … bisa bicara dengan pak Adit, saya sekretaris pak Wisnu …,"

Lydia berusaha menegosiasi ulang janji dengan pihak relasi. Setelah menjelaskan panjang lebar alasan yang dibuatnya berlebihan akhirnya Barata Group setuju jika meeting diundur.

"Terimakasih pak, senang bekerjasama dengan anda!" ujarnya menutup telepon.

Lydia lega satu masalah di pagi hari berhasil diselesaikannya. Wisnu selalu memberinya setumpuk pekerjaan dan juga masalah setiap hari. Tapi bukan Lydia jika tidak bisa menanganinya.

Lydia dengan cekatan menghubungi Wisnu untuk memberitahukan jadwal meeting.

"Ada apa lagi?!" sahut Wisnu dari seberang sana.

"Maaf pak cuma mau mengingatkan ada meeting dengan Barata Group di jam 10 jadi saya harap bapak bisa datang sebelum jam 10!" kata Lydia mengingatkan.

"Barata? S***t hampir aja saya lupa! Kamu kenapa nggak bilang dari tadi sih! Sebentar lagi saya selesai, siapin semua bahan!"

Lydia hanya bisa melongo mendengar balasan perkataan Wisnu.

"Ni orang astagaaaaaa … aaaargh!"

Dengan kasar Lydia membanting telepon, membuat rekan di divisi sekretariat terkejut.

"Sabar, ni minum dulu! Begitulah dia, cuma kak Lydia aja yang bisa sabar ngadepin pak Wisnu." Budi menyodorkan segelas air mineral pada Lydia yang langsung diteguknya kasar.

"Ini orang sumpah, nyebelin tingkat dewa!" ucapnya setelah mengembalikan gelas kosong pada Budi.

"Tapi beliau cuma mau dilayani kak Lydia aja, kita disini dianggap nggak becus kerjanya lho kak!" Hibur Budi salah satu staff junior divisi sekretariat.

"Ccck, bukan nggak becus dia aja yang rewelnya nggak ketulungan. Lahir dari batu keknya dia, aaaarggh!" Lydia kembali berteriak meluapkan rasa kesalnya.

Beberapa rekannya terkikik geli melihat ekspresi gila Lydia. Semuanya memahami kekesalan Lydia, Wisnu bukan jenis bos yang bisa dilayani sembarang orang.

Sudah tidak terhitung berapa banyak yang bongkar pasang di posisi Lydia. Bagian HRD pun sampai pusing tujuh keliling mencari orang yang tepat untuk posisi sekertaris Wisnu.

"Sabar kak, namanya juga kerja sama bos ya begitu itulah!"ujar Anita menahan tawa.

"Hhm, kamu lagi kek yang lain aja bahagia bener kalo saya menderita yaa! Kalo saya nggak butuh kerjaan aja nih udah saya getok tu kepala nya kesel bener sumpah!" Lydia kembali menggerutu.

"Siapa yang mau getok kepala saya?!"Suara Wisnu terdengar bak petir menyambar Lydia.

Lydia tersentak matanya terpejam dengan paksa, mulutnya membulat sempurna.

Duh Gustiiiiiii, mampus gue!!

Lydia menarik nafas panjang dan dengan cepat berbalik menghadap Wisnu,

"Siapa? Nggak ada, bapak salah denger kali?!"

Wisnu menatap tajam Lydia membuat Lydia semakin gugup.

"Kalian mau saya pecat semua?! Jujur siapa yang mau kurang ajar sama saya!"

Semuanya menunduk dan terdiam, Lydia tak kehabisan akal dia pun membela diri dan mengatakan sesuatu yang kemudian disesalinya sendiri.

"Eehm, itu pak …maksud nya tadi mau getok kepala Wisnuaji salah satu tokoh di … ehm, novel?" Lydia melirik Budi dengan tangan memberikan kode 'help me'.

Budi membulatkan matanya, mulutnya berkomat kamit jengkel dengan Lydia karena membawanya dalam situasi sulit. Mata Lydia berkedip meminta bantuan.

"Kalian ngapain, kenapa kode-kode gitu? Novel? Sejak kapan kamu baca novel?" Wisnu semakin menatap Lydia tajam.

"Eeh, sejak … anu sejak tadi pak, iya sejak tadi!" Tangan Lydia kembali mengkode Budi.

"Oh ya apa judul novelnya?" Wisnu menyilangkan tangan didepan dadanya.

"Apa? Eh, itu …,"

Budi dengan sigap menuliskan sebuah judul di kertas yang ditunjukkan pada Lydia. Mata Lydia menatap tak percaya ke arah kertas, lalu beralih menatap Budi. Yang ditatap hanya nyengir cengengesan.

"Apa judulnya? Kalian bohongin saya kan? Kalo gitu hubungi HRD dan …,"

"Ranjang bergoyang milik janda kembang pak!" jawab Lydia cepat memotong perintah Wisnu.

Wisnu mengernyit, ia merasa dibodohi sekertaris cantiknya itu.

"Mana ada judul itu?"

"Ada pak! Ehm, Budi yang baca tanya aja ke Budi ya kan?" Kali ini Lydia ganti mengerjai Budi.

Budi yang gelagapan akhirnya hanya bisa tersenyum pasrah.

"Iya pak saya yang baca, karyanya bang Sobiri Wijaya kebetulan dia sepupu saya dari Palembang!"

Wisnu hanya manggut-manggut mengerti, "Oke, Lyd coba kamu cari itu terus bacain buat saya!" perintahnya seraya meninggalkan divisi sekertariat.

"Apa?! Bapak bercanda kan?!" gumamnya kesal tak percaya.

Lydia menatap Budi geram, "Kamu juga siiih ngapain pake nyebutin tuh judul novel! Emang kamu dibayar sama yang nulis! Mana judulnya aduhai bener, bikin keki tau!"

"Lha kak Lydia juga kenapa pake nyebutin baca novel coba? Ya untung aja kan saya tahu salah satu judul yang hot, ngetrend lagi!"

"Haaaiish gila kamu, sekarang saya harus baca tu novel kan! Kurang kerjaan bener tu bos satu!" sungut Lydia.

Suara cekikikan terdengar dari yang lain, "Semangat kak!"

"Lydia …, mana bahan meeting!" suara Wisnu terdengar lantang dari ruangannya.

"Tuh dipanggil kak, ini bahan meetingnya! Selamat berjuang kakak cantik, jangan lupa baca novel ranjang bergoyang nya yaa!" ledek Anita dengan senang.

"Awas kalian!"

Lydia bergegas masuk ke dalam ruangan membawa setumpuk kertas diiringi suara tawa dari rekan yang lain.

Wisnu membaca dan mempelajari bahan meeting yang menumpuk di depannya, sementara Lydia, setia duduk menunggu respon dari Wisnu. Sesekali dia menjelaskan tentang bagian penting yang kurang dimengerti Wisnu.

"Jadi menurutmu Barata itu gimana?"

"Kemarin sudah dipaparkan divisi pengembangan dan investasi kan pak, Barata Grup punya peluang bagus untuk kita. Laporan keuangan stabil, laba juga meningkat tiap tahunnya begitu juga dengan neraca dan laporan profit of demand nya. Saya pikir kita bisa kerjasama dengan mereka kok." jawab Lydia mantap.

"Tapi, saya nggak suka sama branding nya! Bisa nggak sih kita ubah, re-branding gitu biar lebih menarik, sistem pemasaran mereka belum maksimal!"

"Kita bisa bicarakan ini sama mereka setelah penandatanganan MoU pak," jawab Lydia cerdas.

Lydia melirik ke jam tangan miliknya. Hampir menunjukkan pukul 10 pagi.

Gawat kalo nggak pergi sekarang juga bisa-bisa aku harus menjadwal ulang meeting, Bos besar please sadarlah dari kegilaanmu!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status