Althon mengembus napas panjang untuk kesekian kalinya. “Dengarkan aku baik-baik, Tuan. Aku sudah menjalani hari ini dengan sangat buruk, dan aku berharap kau tidak membuat hariku menjadi lebih buruk lagi dengan sandiwaramu. Hentikan sandiwaramu dan segera tangkap aku.”
“Tuan Muda, kami datang bukan untuk menangkap Anda. Kami datang untuk mengantar Anda bertemu dengan kakek Anda. Kami bukanlah suruhan pria bernama Alvin seperti yang Anda duga,” ujar pria berusia tiga puluh tahunan.
Althon memijat kepalanya yang pening. “Kau benar-benar keras kepala.”
“Tuan Muda, sentuh cincin Anda selama tiga detik hingga cincin itu bekedip beberapa kali. Anda akan mendapatkan informasi mengenai Anda.”
“Berjanjilah untuk berhenti bersandiwara setelah aku melakukan permintaan konyolmu.” Althon menyentuh cincin selama tiga detik. Ia terkejut ketika sebuah layar hologram tiba-tiba muncul di hadapannya. “Apa ini?”
Althon menyentuh layar hologram, tetapi tangannya justru menembus layar. Ia membaca informasi di layar. “Althon Leander. Apa Leander adalah nama keluargaku?”
Althon melirik pria itu sekilas. “Aku lahir di Okatown, 24 tahun yang lalu. Ayahku bernama Arthur Leander dan ibuku bernama Adele Leander. Bagaimana layar ini bisa memasang fotoku?”
Althon tercenung selama beberapa waktu. “Pria bernama Arthur Leander memiliki wajah yang mirip denganku. Apa dia benar-benar ayahku?”
Althon menggeser layar. “Anthony Leander, dia … adalah kakekku?”
“Namaku Alan.” Pria itu membungkuk singkat, mendekati Althon. “Aku adalah asisten kepercayaan Master Anthony.”
“Cincin ini sudah bersamaku selama bertahun-tahun, tapi cincin ini baru pertama kali menampilkan layar hologram seperti sekarang.”
“Cincin Anda aktif setelah cincin itu terkena darah Anda. Kami berhasil melacak lokasi Anda dari sinyal cincin Anda. Ketika cincin itu aktif, cincin akan melakukan pemindaian pada pemakainya. Jika Anda bukan pemiliknya, cincin itu akan menjadi tidak aktif.”
Althon mengamati Alan dan para pengawalnya saksama, menggeleng beberapa kali. Ia masih ragu untuk mempercayai mereka. “A-aku tidak mempercayai kalian. Kalian pasti suruhan Alvin dan menjadi bagian dari rencananya untuk menghancurkanku.”
“Anda bisa mempercayai kami, Tuan Muda. Kami bukanlah musuh.”
“Berikan kami jaminan jika kalian bukanlah musuh.” Althon mengembus napas panjang. Ia benar-benar sudah lelah dengan malam ini, dan tidak ingin tertipu oleh siapa pun lagi.
Alan melempaskan jam tangannya dan sebuah pistol. “Jam tangan ini berharga satu juta dolar. Anda bisa menjadikan jam tangan ini sebagai jaminan. Selain itu, jika Anda melihat tindakan kami mencurigakna, Anda bisa langsung menembak kami.”
Althon menerima jam tangan dan pistol, mengamati kedua benda itu lekat-lekat. “Jam tangan ini merupakan merk terkenal, tapi aku tidak tahu apakah jam ini asli atau tidak. Pistol ini juga terlihat sungguhan.”
“Anda bisa mengarahkan cincin Anda pada jam tangan dan pistol itu untuk mengetahui keasliannya, Tuan Muda.”
Althon tampak ragu, tetapi ia tetap mengarahkan cincinnya pada jam tangan dan pistol. Layar hologram seketika menampilkan informasi mengenai jam tangan dan pistol. “Jam tangan dan pistol ini asli. Tidak, aku tidak boleh mempercayai hal ini dengan mudah.”
Althon mengarahkan cincin pada sepeda listriknya. Layar menampilkan informasi terkait sepeda listrik. “Layar bahkan menampilkan status sepeda listrikku yang rusak.”
Althon menatap Alan dan pasukannya. “Apakah pria itu dan pasukannya memang suruhan dari kakekku?”
Althon tidak sengaja mengarahkan cincin ke salah satu mobil. “Mobil itu berharga sepuluh juta dolar? Mobil itu memang terlihat sangat mewah.”
“Aku tahu Alvin berasal dari keluarga kaya, tapi aku yakin dia tidak akan mampu membeli mobil mewah itu, apalagi berjumlah sepuluh buah.”
Alvin menyentuh cincin, dan layar hologram seketika tertutup. “Apa kalian memang suruhan kakekku?”
Alan mengangguk. “Benar, Tuan Muda.”
Althon tercenung selama beberapa waktu. Jika ia terus berada di taman ini, polisi akan menangkapnya. Akan tetapi, ia belum sepenuhnya percaya pada Alan dan pasukannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Althon mengembus napas panjang, memasukkan jam tangan dan pistol ke dalam saku. “Baiklah, aku akan ikut bersama kalian. Aku akan menembak kalian jika kalian mencurigakan.”
“Ikuti aku, Tuan Muda.” Alan berjalan menuju mobil, membukan pintu untuk Althon. “Anda bisa mengganti baju Anda di dalam mobil. Kami sudah menyediakan banyak pakaian untuk Anda. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa mengatakannya padaku.”
Althon memasuki mobil, terkejut ketika melihat bagian dalam mobil yang sangat mewah. “Ini benar-benar luar biasa. Aku tidak pernah memasuki mobil mewah seperti ini sebelumnya.”
Althon mengganti pakaiannya dengan pakaian baru. “Pakaian ini sangat nyaman sekali dan pasti sangat mahal.”
Althon mengamati Alan dan pasukannya yang masih berada di luar. “Jika mereka memakai mobil mewah ini untuk berpergiaan, maka seberapa kaya keluargaku?”
Althon bersandar di kursi. “Jangan terlalu berkhayal, Althon. Mereka hanyalah orang asing. Kau tidak boleh mempercayai mereka.”
Alan duduk di samping Althon. “Kita akan pergi ke Paradise Mansion di Okatown sekarang, Tuan Muda.”
“Aku tidak tahu di mana Okatown berada?”
“Okatown berada di negara bagian Pixeland.”
“Bukankah letaknya sangat jauh dari tempat ini?”
“Anda tenang saja, Tuan Muda. Kami bisa mengantar Anda ke Pixeland dengan cepat. Anda bisa beristirahat sekarang. Kami akan memberi tahu Anda ketika kita akan sampai.”
Althon tertalu lelah untuk berpikir, memejamkan mata. “Baiklah, lakukan sesukamu.”
“Anda mengatakan jika pria bernama Alvin akan menangkap Anda. Apa yang sudah pria itu lakukan, dan dari keluarga mana dia berasal?”
“Alvin adalah orang yang selalu merundungku sejak sekolah. Dia meminta Alicia untuk berpura-pura menjadi kekasihku. Mereka mempermalukanku di sebuah club. Aku memukul Alvin, dan dia sangat marah padaku.”
“Alvin Julian, dia berasal dari keluarga Julian.”
“Kami akan memastikan Alvin Julian tidak akan pernah menganggu Anda lagi.”
Althon tidak memedulikan ucapan Alan. Rombongan mobil meninggalkan taman, melaju cepat di jalan raya. Althon mengamati pemandangan kota sampai akhirnya tertidur.
Tak lama setelah kepergiaan Althon, orang-orang suruhan Alvin tiba di taman. Mereka berpencar untuk menangkap Althon.
Althon terbangun beberapa jam kemudian. Ia mengamati keadaan sekeliling dan terkejut saat menyadari ia tidak berada di dalam mobil. “Di mana aku sekarang?”
“Anda berada di pesawat, Tuan Muda,” jawab Alan.
“Pe-pesawat? Bagaimana mungkin aku bisa berada di pesawat?” Althon terkejut ketika mengintip keadaan luar melalui jendela pesawat. Ia melihat lautan dan titik-titik kecil cahaya. “Sejak kapan aku berada di pesawat?”
“Anda berada di pesawat sejak dua jam lalu, Tuan Muda. Anda tertidur sangat pulas sehingga aku sangat takut membangunkan Anda. Para pengawal membawa Anda ke pesawat.”
“A-apa pesawat ini milik keluargaku?”
“Benar, Tuan Muda.” Alan melirik jam tangan. “Kita sebentar lagi tiba di salah satu kediaman utama keluarga Leander.”
“Salah satu kediaman utama?” Althon terkejut ketika melihat sebuah bangunan mewah dengan halaman yang sangat luas di layar. “Apa rumah itu rumah keluargaku?”
“Benar, Tuan Muda. Rumah Anda berada di Pulau Esa, sebuah pulau ekslusif milik keluarga Anda yang tidak dimasuki oleh sembarang orang.”
“Pulas Esa? Aku tidak pernah mendengar nama pulau itu.”
Althon tidak tahu seberapa banyak ia terkejut malam ini. Semua hal ini seperti mimpi baginya. Ia hanyalah pria miskin yang tidak memiliki apa pun sebelumnya, tetapi seseorang tiba-tiba saja memanggilnya tuan muda dan memperlakukannya selayaknya raja.
“Siapa keluargaku sebenarnya, Alan?”
“Master Anthony yang paling berhak untuk menjelaskan semuanya pada Anda.”
Althon tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan pria bernama Anthony. Benarkah pria itu adalah kakeknya? Kalaupun semua ini hanya jebakan, setidaknya ia sudah pernah merasakan diperlakukan seperti seorang raja.
“Aku pasti sudah gila karena mengikuti orang asing,” gumam Althon seraya bersandar di kursi. Ia mengamati pemandangan kota, tertidur.
Pesawat mendarat di sebuah halaman luas.
“Kita sudah tiba, Tuan Muda,” ujar Alan.
Althon mengintip keadaan luar dari jendela. Ia melihat sebuah air mancur besar dan halaman yang sangat luas. “Aku pulang ke rumahku?”
Althon menuruni tangga dengan perasaan tegang. Ia begitu takjub melihat sebuah rumah megah seperti istana dengan halaman yang luas, pepohonan yang menjulang tinggi, dua air mancur besar, dan taman yang sangat indah.
“Mohon ikuti aku, Tuan Muda.”
Althon mengikuti Alan, mengawasi keadaan. Pasukan menjaganya dari sekeliling arah. Ia sangat tegang, takut, dan penasaran di saat yang sama.
“Tuan Muda Althon sudah kembali!” teriak Alan tiba-tiba.
Althon terkejut ketika Alan bergesar ke samping, begitupun dengan para pengawal yang mengikutinya. Ia melihat para pengawal berpakai hitam berbaris di sisi kiri dan kanan, membungkuk hormat padanya.
“Apa yang terjadi?” Althon tidak pernah mendapatkan sambutan seperti ini sebelumnya. Ia mencubit lengannya sangat keras, mengerjap beberapa kali. “Semua ini bukan mimpi. Jika Alvin memang mengejaiku, dia pasti harus mengeluarkan banyak uang untuk menyewa mobil, pesawat, rumah mewah ini, dan juga para pengawal.”
Althon berjalan dengan perasaan takut. Ia menahan napas ketika melihat seorang pria tua di teras bersama para pengawal.
“Cucuku, Althon, kau akhirnya kembali.”
“Bukankah aku harus siap, Ayah?” Althon merasa sangat bahagia karena semua impiannya sudah tercapai. Ia melewati banyak hal sulit untuk sampai di titik sekarang. Althon, Arthur, dan Adele keluar dari ruangan, berjalan menuruni tangga. Mereka bertemu dengan Anthony, Abraham, dan Adam di ruangan utama.“Apa kau sudah memiliki kekasih, Althon?” Adele bertanya. Althon tiba-tiba menunduk, malu. “Aku belum memikirkan hal itu sekarang, Ibu. Aku akan fokus pada pekerjaanku sekarang.”“Kau tampak luar biasa, Althon.” Anthony tersenyum. “Aku sangat bangga padamu.”Sementara itu, Lily memeriksa penampilannya, mengembus napas panjang. “Aku tidak boleh mengecewakan Master.”“Apakah kau sudah siap, Lily?” tanya Linda seraya berdiri dari sofa, memeriksa penampilan Lily. “Kau sangat menawan hari ini.”“Kami tidak menduga jika putra Master Arthur Leander memanggilmu ke kantor utama hari ini. Kami akhirnya bisa bertemu dengannya dan putranya hari ini,” ujar ayah Lily. “Aku akan melakukan yang terba
292“Selamat kau menang, Arthur.” Arnold tertawa. “Kau memang selalu menang dalam segala hal. Kau memang lahir untuk menjadi pemenang.”“Ayah,” gumam Alex, Alexa, dan Albert. Aaron dan Andy menoleh ke arah lain.Anthony mengembus napas panjang, menatap ketiga putranya berkaca-kaca. “Akulah yang bersalah dalam semua kejadian ini. Aku salah menunjukkan rasa sayangku pada kalian. Rasa iri dan benci sudah mendorong kalian untuk melakukan hal buruk.”Anthony menjeda sejenak. “Sebagai seorang ayah, aku merasa sudah gagal. Aku gagal menjadi penengah di antara kalian semua. Aku juga gagal menjadi sosok yang peka dan tegas.”“Meski begitu, semua itu tidak akan mengubah apa pun. Kalian akan mendapatkan hukuman atas semua perbuatan jahat kalian.”Alex, Alexa, Albert, Andrew, Aldhen, Alfie, dan Ana terdiam. “Aku akan tetap memberikan status ahli waris pada Arthur sesuai dengan keputusanku dahulu. Aku menilainya sebagai sosok yang paling layak.” “Sebagai hukuman atas kesalahan kalian, sembilan
Anthony menangis semakin kencang. Ia mengabaikan keadaan tubuhnya yang lemah. “Di mana Arthur? Aku ingin bertemu dengannya sekarang. Aku harus meminta maaf padanya.”“Kakek.” Althon memeluk dan menenangkan Anthony. “Semua sudah baik-baik saja sekarang, Kakek. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi.”“Apa maksudmu, Althon? Di mana ayahmu sekarang?”Althon melepas pelukan, mengembus napas panjang. “Kakek, ayah sedang mengejar ketiga orang itu sekarang.”“Apa?” Anthony seketika menahan napas, menatap Abraham. “Mereka harus mendapatkan hukuman atas semua kesalahan mereka. Aku tidak akan lagi membela ataupun melindungi mereka.”Anthony memejamkan mata, membiarkan air mata menetes. “Aku seharusnya menghukum mereka saat aku tahu mereka adalah dalang di balik kejahatan bertahun-tahun lalu. Mereka pantas mendapatkan hukuman.”Arnodl, Aaron, dan Andy bergegas menyelamatkan diri. Sayangnya, pasukan Arthur menghadang mereka dari berbagai tempat. “Dasar brengsek!” pekik Arnold, mengepalkan
Tembakan dari Arnold menjadi genderang perang. Ali dan para pengawal segera melindungi Althon dari tembakan. Sayangnya, beberapa pengawal terkena tembakan hingga nyaris terjatuh. Suasana yang tegang berubah menjadi kacau saat suara tembakan terdengar di mana-mana. Dua kubu seketika saling berperang. Anggota keluarga Leander sontak terkejut, bergegas mengikuti arahan para pengawal mereka. “Jangan biarkan dia melarikan diri,” ujar Althon sembari menahan perih karena bahunya membentur lantai cukup keras.Arnold mendengkus kesal, memberi tanda pada para pengawalnya untuk segera pergi. Ia mengamati Arthur dan Althon yang berada dalam penjagaan para pengawal. “Dasar sialan! Aku cukup sulit menghabisi mereka sekarang. Aku sebaiknya pergi dari tempat sialan ini secepatnya! Aku bisa kembali mengatur rencana.”“Ayah!” teriak Alex saat melihat para pengawal membawa Arnold keluar ruangan. “Astaga! Kenapa semua ini harus terjadi?” Alexa menjerit seraya menutup telinga. “Bawa aku dari tempat i
“Siapa pria yang berteriak barusan?” tanya Arnold sembari mengamati dua sosok yang mirip dengan Adam di dekat Althon dan Abraham. “Dasar brengsek! Siapa di antara mereka yang merupakan sosok Adam asli? Apakah keduanya adalah sosok palsu?”“Lalu, suara teriakan barusan?” Arnold sontak menegang di tempat, menatap kedua tangannya yang bergetar hebat. Matanya terbuka sangat leba. “Suaranya sangat mirip dengan Arthur? Apa mungkin dia ....”“Di mana dia?” Arnold mengamati keadaan sekeliling, mengabaikan ketegangan yang terjadi. “Apa mungkin dia Arthur?”Ketakutan terlihat di wajah Arnold. Keringat mulai menetes dari dahi. Ia seperti mendengar teriakan Arthur dari berbagai arah, tetapi ia tidak melihat sosok adiknya itu. Arnold menatap sosok Adam di atas panggung, mengepalkan tangan erat-erat. “Pra itu adalah Arthur.”Aaron dan Andy merasakan ketakutan dan ketegangan yang sama. Mereka mengenal suara teriakan tadi.“Adam.” Aaron dan Andy terkejut saat melihat dua sosok Adam di dua tempat ber
Althon tersenyum, melirik ke belakang sesaat, merasa sangat tertolong. “Tanpa bantuan mereka, aku tidak mungkin bisa melakukan semua ini. Aku harus berterima kasih pada mereka, terutama pada Paman Adam.”“Kalian tidak bisa langsung mempercayai pria asing itu, Paman, Bibi. Dia hanya orang yang ingin mengacaukan acara ini sekaligus menjegalku dari posisi ahli waris,” kata Arnold penuh penekanan. “Bagaimana mungkin kalian bisa langsung mempercayai pria itu?”Abraham berdiri dari kursi roda, menarik napas panjang sebelum berbicara. “Anthony sudah menceritakan semua kebenarannya padaku. Pria itu memang putra dari Arthur. Dia tiba di rumah ini sekitar empat bulan lalu.”Abraham menatap tajam Arnold, Aaron, dan Andy. “Anthony juga memberi tahuku soal kejahatan kalian pada Arthur, Adele, dan Althon. Kalian bahkan merencanakan pembunuhan pada Anthony, ayah kalian sendiri. Tindakan kalian tidak mungkin bisa dimaafkan sehingga harus mendapatkan hukuman yang sangat berat.”“Tidak!” pekik Arnold s