Share

Chapter 2

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 14:47:09

“Pergilah, Althon,” ujar Agnes, salah satu sahabat baik Alicia. “Jangan menghancurkan pesta ini dengan kehadiranmu. Lihatlah dirimu. Kami datang dengan pakaian mewah, sedangkan kau datang dengan seragam kerjamu yang kotor dan bau.”

“Pergilah sebelum aku menghajarmu!” Kevin, salah satu sahabat Alvin, berteriak. Ia mendadak diam ketika Althon menatapnya tajam.

Althon menggertakkan gigi, berusaha mengendalikan napas yang memburu. Ia memang sering mendapatkan perlakukan tidak adil dan dipermalukan di depan umum, tetapi ia tidak menerima hal ini.

Althon mendekati Alicia dan Alvin.

“A-apa yang akan kau lakukan, brengsek? Pergi dari tempat ini sekarang!” Alvin mundur selangkah. Ia takut saat melihat tatapan dingin Althon. Ia berhenti merundung Althon setelah pria itu menghajar para pengawal dan teman-temannya ketika masa sekolah dulu. Ia hanya berani merundungnya melalui hinaan.

“Alicia, apakah kau mempermainkanku selama ini?” tanya Althon.

Alicia memutar bola mata. “Jika aku memang mempermainkanmu, apa yang akan kau lakukan padaku, Althon? Apa kau akan menghajarku? Kau seharusnya bersyukur karena aku mau mendekatimu meski aku hanya berpura-pura.”

Alvin melemparkan botol minuman pada Althon, tetapi Althon memukul botol itu hingga hancur berkeping-keping.

Semua orang terkejut, menahan napas mereka.

“Pergilah dari tempat ini sekarang juga!” Alvin mendengkus kesal, menatap pecahan botol di lantai. “Dasar pembuat onar, sialan!”

Althon tahu ia bisa menghajar Alvin dan teman-temannya hingga babak belur, tetapi ia tidak mungkin menang melawan mereka karena mereka memiliki uang dan keluarga yang mendukung mereka.

Althon rela berhenti dari tempat kerjanya hanya untuk menyelamatkan Alicia. Akan tetapi, ia justru mendapatkan penghinaan dari wanita itu. Semua pengorbanannya selama ini hanyalah sia-sia. Harga dirinya sangat terluka.

Teman-teman Alvin mulai mencibir Althon dan memintanya untuk pergi.

Althon masih berdiri di tempatnya. “Sebelum aku pergi, aku ingin bertanya padamu, Alvin. Apa kau yang menyuruh Alicia untuk mendekatiku dan mempermainkanku?”

Alvin tertawa. “Ayolah, Althon. Kau seharusnya berterima kasih padaku karena kau bisa dekat dengan kekasihku. Kau tidak pernah merasakan dekat dengan seorang wanita dan diperlakukan dengan baik sepanjang hidupmu, bukan?”

“Kau tahu, Alicia selalu saja kesal setiap kali dia bercerita padaku mengenai kedekatannya denganmu. Dia mengatakan kau sangat menjijikkan dan menyedihkan.”

Alvin dan teman-temannya tertawa.

Althon mengepalkan tangan erat-erat, berjalan mendekat. “Aku pasti akan membalas semua perbuatan kalian!”

“Apa yang bisa kau lakukan untuk membalas perbuatan kami?” Alvin tertawa. “Kau hanya pria miskin yang tidak memiliki siapa pun dan apa pun. Kau pikir aku akan melelepaskanmu jika kau menyakitku dan teman-temanku? Tentu saja tidak! Aku pastikan kau akan membusuk di penjara.”

Althon berjalan mendekati Alvin, tiba-tiba berlari.

“Penjaga!” teriak Alvin seraya mundur hingga nyaris terjatuh. Wajahnya pucat pasi karena ketakutan. “Usir sampah ini dari tempat ini sekarang juga!”

Dua penjaga segera berlari dan mendekati Althon. “Jangan membuat kekacauan di tempat ini, sialan!”

Althon menumbangkan kedua penjaga itu dengan mudah hingga mereka terbaring di lantai. Alvin, Alicia, dan teman-teman mereka sontak terkejut, menjauh dari Althon.

Althon memukul Alvin hingga pria itu terpental, menabrak dinding, dan ambruk di lantai. “Aku seharusnya menghajarmu sejak dulu, Alvin. Merengeklah seperti bayi.”

Althon merasa cukup lega setelah menghajar Alvin.

Alvin meringis kesakitan, menyentuh hidung dan mulutnya yang berdarah. “Dasar brengsek! Aku pasti akan menghancurkanmu, Althon!”

“Althon, apa yang kau lakukan? Kau benar-benar sudah gila!” teriak Alicia seraya membantu Alvin berdiri. “Penjaga! Usir sampah ini sekarang juga! Dia sudah membuat kekacauan dan menyakiti kekasihku!”

Enam pengawal memasuki ruangan, berlari menghampiri Althon.

Althon menatap tajam Alicia dan Alvin. “Kalian tidak perlu mengusirku. Aku akan keluar sekarang.”

“Tangkap sampah itu sekarang juga! Dia harus mendekam di penjara!” Alvin berteriak seraya menunjuk Althon.

Alvin segera menghubungi polisi, meringis kesakitan. “Dasar brengsek! Sampah itu memukulku sangat keras.”

“Kau harus membalas perbuatan sampah itu, Alvin,” ujar Kevin.

Althon meninggalkan ruangan dengan terburu-buru setelah menumbangkan para penjaga. Ia mengabaikan tatapan orang-orang. Ia ingin berteriak sekencang mungkin untuk mengeluarkan semua kekesalannya, tetapi ia sadar hal itu tidak mengubah apa pun.

Althon menatap cincinnya, melihat darahnya menetes ke cincin. Ia tidak menyadari jika cincin itu berkedip-kedip.

Althon menaiki sepeda listriknya, meninggalkan club sebelum para penjaga mengejarnya. Ia berhenti di taman kota, duduk di sebuah kursi yang dekat dengan danau. Hujan tiba-tiba menguyur sangat deras hingga pengunjung taman berlarian.

Althon masih duduk di kursi, membiarkan hujan membasahinya.

“Aku pasti akan mendapatkan masalah besar karena sudah memukul Alvin. Dia tidak akan melepaskanku begitu saja.” Althon mengepalkan tangan erat-erat. “Aku sudah tidak memiliki pekerjaan sekarang. Aku harus memulai hidupku dari awal.”

Althon mengembus napas panjang, bersandar di kursi, menatap langit. “Kenapa hidupku selalu menderita? Apa aku tidak pantas bahagia?”

Althon memejamkan mata erat-erat, membuka mata ketika teringat dengan kejadian di club tadi. Ia sangat benci ketika melihat Alicia dan Alvin berciuman.

Althon mendekati danau, mengambil sebuah batu, lalu melempar batu itu ke sisi lain. “Tidak ada gunanya mengeluh. Aku harus kembali melanjutkan hidupku. Penjara bukan akhir dari segalanya. Pada akhirnya, orang yang paling bisa aku percaya adalah diriku sendiri.”

Althon mengecek ponselnya yang bergetar. “Alicia … maksudku wanita gila itu mengirimiku pesan.”

[Althon, bersiaplah untuk menjalani hidupmu di penjara]

[Kau tidak akan bisa lari]

[Alvin sudah melaporkanmu pada polisi]

Althon berdecak ketika wajah Alicia muncul di permukaan air yang beriak. Ia melemparkan batu hingga wajah wanita itu menghilang. “Aku terlalu bodoh sampai terpedaya oleh wajah polos dan kata-kata manismu, Alicia. Kau memang pantas bersama pria brengsek seperti Alvin.”

“Aku sebaiknya pergi sebelum para polisi menangkapku.” Althon menaiki sepeda listriknya, bersiap pergi.

Sepuluh mobil mewah memasuki gerbang taman, lalu menepi tidak jauh dari Althon.

Althon terkejut. “Siapa mereka? Apa mereka adalah suruhan Alvin?”

Para pria berpakaian hitam tiba-tiba keluar dari mobil dalam waktu nyaris bersamaan. Tak lama setelahnya, sebuah mobil muncul dan menepi di dekat Althon.

Althon melajukan sepeda listriknya, tetapi benda itu tiba-tiba mogok. “Kenapa sepeda ini selalu mogok di waktu yang tidak tepat?”

Althon turun bersamaan dengan seorang pria berpakaian mewah keluar dari mobil yang baru menepi. Ia mundur beberapa langkah, mengepalkan tangan erat-erat.

“Siapa kalian? Apa kalian adalah orang-orang suruhan Alvin?”

Pria berpakaian mewah dan seluruh bawahannya tiba-tiba membungkuk hormat pada Althon. Hujan semakian deras mengguyur.

Althon terkejut, menundur beberapa langkah, menoleh ke sekeliling. “Apa yang terjadi? Kenapa orang-orang itu tiba-tiba membungkuk? Apa mereka membungkuk padaku?”

Pria berpakaian mewah mulai berdiri tegak, mendekati Althon. “Tuan Muda, kami akhirnya menemukan Anda. Ikutlah bersama kami sekarang.”

“Siapa yang kau panggil Tuan Muda?” Althon menetap pria-pria asing di depannya.

“Tuan Muda Althon, ikutlah bersama kami. Kami akan mengantar Anda untuk bertemu dengan kakek Anda di Paradise Mansion.”

“Tuan Muda Althon? Kakekku? Paradise Mansion?” Althon menunjuk dirinya, kebingungan. “Siapa kalian sebenarnya? Jangan mempermainkanku!”

“Kami datang untuk menjemput Anda. Kami bisa mengetahui posisi Anda dari cincin yang Anda kenakan.”

“Cincinku?” Althon mundur beberapa langkah, menyembunyikan cincinnya. “Cincin ini adalah peninggalkan orang tuaku. Pergilah dari hadapanku sekarang.”

“Kami tidak akan pergi sebelum Anda ikut bersama kami, Tuan Muda.”

Althon menarik napas panjang, mengembuskan perlahan. “Berhentilah bersandiwara. Aku tahu kalian adalah suruhan Alvin untuk menangkapku. Jika kalian memang ingin menangkapku, kalian tidak perlu berakting dan memanggilku dengan panggilan Tuan Muda. Aku … aku hanyalah pria yatim piatu yang besar dan tumbuh di panti asuhan. Aku tidak mengenal orang tuaku, apalagi kakekku.”

“Kami adalah bawahan dari kakek Anda, Master Anthony. Dia memerintahkan kami untuk mencari cucunya yang hilang.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Ahli Waris Terhebat   Chapter 293

    “Bukankah aku harus siap, Ayah?” Althon merasa sangat bahagia karena semua impiannya sudah tercapai. Ia melewati banyak hal sulit untuk sampai di titik sekarang. Althon, Arthur, dan Adele keluar dari ruangan, berjalan menuruni tangga. Mereka bertemu dengan Anthony, Abraham, dan Adam di ruangan utama.“Apa kau sudah memiliki kekasih, Althon?” Adele bertanya. Althon tiba-tiba menunduk, malu. “Aku belum memikirkan hal itu sekarang, Ibu. Aku akan fokus pada pekerjaanku sekarang.”“Kau tampak luar biasa, Althon.” Anthony tersenyum. “Aku sangat bangga padamu.”Sementara itu, Lily memeriksa penampilannya, mengembus napas panjang. “Aku tidak boleh mengecewakan Master.”“Apakah kau sudah siap, Lily?” tanya Linda seraya berdiri dari sofa, memeriksa penampilan Lily. “Kau sangat menawan hari ini.”“Kami tidak menduga jika putra Master Arthur Leander memanggilmu ke kantor utama hari ini. Kami akhirnya bisa bertemu dengannya dan putranya hari ini,” ujar ayah Lily. “Aku akan melakukan yang terba

  • Kembalinya Sang Ahli Waris Terhebat   Chapter 292

    292“Selamat kau menang, Arthur.” Arnold tertawa. “Kau memang selalu menang dalam segala hal. Kau memang lahir untuk menjadi pemenang.”“Ayah,” gumam Alex, Alexa, dan Albert. Aaron dan Andy menoleh ke arah lain.Anthony mengembus napas panjang, menatap ketiga putranya berkaca-kaca. “Akulah yang bersalah dalam semua kejadian ini. Aku salah menunjukkan rasa sayangku pada kalian. Rasa iri dan benci sudah mendorong kalian untuk melakukan hal buruk.”Anthony menjeda sejenak. “Sebagai seorang ayah, aku merasa sudah gagal. Aku gagal menjadi penengah di antara kalian semua. Aku juga gagal menjadi sosok yang peka dan tegas.”“Meski begitu, semua itu tidak akan mengubah apa pun. Kalian akan mendapatkan hukuman atas semua perbuatan jahat kalian.”Alex, Alexa, Albert, Andrew, Aldhen, Alfie, dan Ana terdiam. “Aku akan tetap memberikan status ahli waris pada Arthur sesuai dengan keputusanku dahulu. Aku menilainya sebagai sosok yang paling layak.” “Sebagai hukuman atas kesalahan kalian, sembilan

  • Kembalinya Sang Ahli Waris Terhebat   Chapter 291

    Anthony menangis semakin kencang. Ia mengabaikan keadaan tubuhnya yang lemah. “Di mana Arthur? Aku ingin bertemu dengannya sekarang. Aku harus meminta maaf padanya.”“Kakek.” Althon memeluk dan menenangkan Anthony. “Semua sudah baik-baik saja sekarang, Kakek. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi.”“Apa maksudmu, Althon? Di mana ayahmu sekarang?”Althon melepas pelukan, mengembus napas panjang. “Kakek, ayah sedang mengejar ketiga orang itu sekarang.”“Apa?” Anthony seketika menahan napas, menatap Abraham. “Mereka harus mendapatkan hukuman atas semua kesalahan mereka. Aku tidak akan lagi membela ataupun melindungi mereka.”Anthony memejamkan mata, membiarkan air mata menetes. “Aku seharusnya menghukum mereka saat aku tahu mereka adalah dalang di balik kejahatan bertahun-tahun lalu. Mereka pantas mendapatkan hukuman.”Arnodl, Aaron, dan Andy bergegas menyelamatkan diri. Sayangnya, pasukan Arthur menghadang mereka dari berbagai tempat. “Dasar brengsek!” pekik Arnold, mengepalkan

  • Kembalinya Sang Ahli Waris Terhebat   Chapter 290

    Tembakan dari Arnold menjadi genderang perang. Ali dan para pengawal segera melindungi Althon dari tembakan. Sayangnya, beberapa pengawal terkena tembakan hingga nyaris terjatuh. Suasana yang tegang berubah menjadi kacau saat suara tembakan terdengar di mana-mana. Dua kubu seketika saling berperang. Anggota keluarga Leander sontak terkejut, bergegas mengikuti arahan para pengawal mereka. “Jangan biarkan dia melarikan diri,” ujar Althon sembari menahan perih karena bahunya membentur lantai cukup keras.Arnold mendengkus kesal, memberi tanda pada para pengawalnya untuk segera pergi. Ia mengamati Arthur dan Althon yang berada dalam penjagaan para pengawal. “Dasar sialan! Aku cukup sulit menghabisi mereka sekarang. Aku sebaiknya pergi dari tempat sialan ini secepatnya! Aku bisa kembali mengatur rencana.”“Ayah!” teriak Alex saat melihat para pengawal membawa Arnold keluar ruangan. “Astaga! Kenapa semua ini harus terjadi?” Alexa menjerit seraya menutup telinga. “Bawa aku dari tempat i

  • Kembalinya Sang Ahli Waris Terhebat   Chapter 289

    “Siapa pria yang berteriak barusan?” tanya Arnold sembari mengamati dua sosok yang mirip dengan Adam di dekat Althon dan Abraham. “Dasar brengsek! Siapa di antara mereka yang merupakan sosok Adam asli? Apakah keduanya adalah sosok palsu?”“Lalu, suara teriakan barusan?” Arnold sontak menegang di tempat, menatap kedua tangannya yang bergetar hebat. Matanya terbuka sangat leba. “Suaranya sangat mirip dengan Arthur? Apa mungkin dia ....”“Di mana dia?” Arnold mengamati keadaan sekeliling, mengabaikan ketegangan yang terjadi. “Apa mungkin dia Arthur?”Ketakutan terlihat di wajah Arnold. Keringat mulai menetes dari dahi. Ia seperti mendengar teriakan Arthur dari berbagai arah, tetapi ia tidak melihat sosok adiknya itu. Arnold menatap sosok Adam di atas panggung, mengepalkan tangan erat-erat. “Pra itu adalah Arthur.”Aaron dan Andy merasakan ketakutan dan ketegangan yang sama. Mereka mengenal suara teriakan tadi.“Adam.” Aaron dan Andy terkejut saat melihat dua sosok Adam di dua tempat ber

  • Kembalinya Sang Ahli Waris Terhebat   Chapter 288

    Althon tersenyum, melirik ke belakang sesaat, merasa sangat tertolong. “Tanpa bantuan mereka, aku tidak mungkin bisa melakukan semua ini. Aku harus berterima kasih pada mereka, terutama pada Paman Adam.”“Kalian tidak bisa langsung mempercayai pria asing itu, Paman, Bibi. Dia hanya orang yang ingin mengacaukan acara ini sekaligus menjegalku dari posisi ahli waris,” kata Arnold penuh penekanan. “Bagaimana mungkin kalian bisa langsung mempercayai pria itu?”Abraham berdiri dari kursi roda, menarik napas panjang sebelum berbicara. “Anthony sudah menceritakan semua kebenarannya padaku. Pria itu memang putra dari Arthur. Dia tiba di rumah ini sekitar empat bulan lalu.”Abraham menatap tajam Arnold, Aaron, dan Andy. “Anthony juga memberi tahuku soal kejahatan kalian pada Arthur, Adele, dan Althon. Kalian bahkan merencanakan pembunuhan pada Anthony, ayah kalian sendiri. Tindakan kalian tidak mungkin bisa dimaafkan sehingga harus mendapatkan hukuman yang sangat berat.”“Tidak!” pekik Arnold s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status