Share

Perubahan Sikap

last update Last Updated: 2021-08-21 13:43:34

Malam ini...

Cahaya rembulan menemaniku

...Mengungkap wajahnya...

Di balik tabir hati

Yang selalu ku samarkan

Perlahan...

Ku uraikan perasaan yang terpendam

Mengalirkan cerita pada sang maha cinta

Tentang dia

Yang hadirnya tersimpan indah

Dalam rajutan jiwa

Gemerlapnya bintang-bintang

Hanya nampak di malam hari

Berperasaan yang kini terpendam

Yang menyalakan lampu cintanya

Di sunyinya malam dalam doa

Mencintaimu dalam sunyi

Itulah caraku

Membiarkan kesunyian ini datang

Dan kau pun menyapa dalam angan

Malam itu satu puisi tercipta dari seorang cowok tampan yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta? Entahlah. Dia pun belum tahu apa nama perasaan yang kini ia rasakan. Yah... hari ini dengan pembicaraan di perpustakaan tadi pagi di sekolah bersama Zahra membuatnya semakin kagum pada gadis cantik itu. Menurutnya Zahra begitu bijak, ia memiliki pemikiran yang dewasa. Tidak sama sepertinya yang masih bersikap kanak-kanak. Melalui nasehat Zahra tadi sedikit banyak telah membuka mata dan perasaan Fikri bahwa apa yang selama ini dia lakukan itu keliru, bagaimana dia bertingkah di sekolah selama ini, dengan melakukan hal-hal yang semakin membuat orang tuanya malu dan susah. Namun satu yang masih sulit ya terima, yaitu keberadaan ibu Rani di rumahnya. keberadaan ibu Rani yang telah menjadi ibunya.

"hari ini, kamu memberikan nasehat yang sangat berarti untuk aku zah, kamu adalah perempuan yang sangat berbeda dari yang lain. entah kenapa kamu selalu punya tempat di hatiku saat melihatmu hatiku menjadi tenang, begitu pun saat kamu memberikan nasehat padaku seolah kamu telah memberikan titik cerah pada kegelapan hatiku saat ini. malam ini, bulan dan bintang menjadi saksi tentang perasaanku padamu. entah perasaan yang seperti apa aku pun masih bingung. tapi yang perlu kau tahu bahwa kau ma aku selalu ingin berada didekatmu, selalu ingin bersamamu. dan bahkan, saat hanya melihat dan memandangmu dari kejauhan saja itu sudah cukup membuat hatiku merasa lebih baik zah. "Fikri berkata pelan dalam kesunyian dari balik jendela kamarnya.

Tok-tok-tok

Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar Fikri. Tak lama kemudian seorang wanita memanggil dari luar kamar. Fikri tahu betul itu siapa, awalnya seperti biasa Fikri tidak mau membukakan pintu untuk seseorang yang setiap malam selalu datang untuk memanggilnya makan malam. Meskipun hampir setiap harinya Fikri selalu menolak, semenjak Fikri dimarahi sama papanya malam itu. Fikri tidak pernah ikut makan malam bersama lagi. Kalaupun dia lapar, dia hanya akan makan ketika semua orang sudah tidur, bahkan tidak membukakan pintu. Tapi tetap saja setiap makan malam tiba, pintu kamar Fikri selalu diketuk. Saat ingin mengabaikan ketukan pintu dan suara panggilan itu, Fikri teringat akan kata-kata Zahra. 'Kenallah Mama kamu yang sekarang lebih dekat, dan kamu bisa tahu dia sayang sama kamu atau tidak ke rumah bapak kamu juga pasti punya alasan kenapa memilih dia, barangkali papa kamu berpikir dia akan menyayangi kamu setulus hatinya seperti anak kandungnya sendiri.' "

gadis itu sungguh membuatku berubah pikiran." Kata Fikri dalam hati.

Beberapa saat kemudian, Fikri pun membukakan pintu. Terlihat wanita itu tersenyum padanya.

"Makan malam dulu yah nak." Ajak ibu rani

tanpa menjawab, Fikri hanya mengisyaratkan kalau ia mau makan malam bersama hari ini ini dengan segera berjalan menuju meja makan. Ibu Rani yang melihat hal tersebut merasa sangat senang. Ia sampai tidak percaya Fikri hari ini tidak menolak untuk makan bersama. Ibu Rani pun segera menyusul langkah Fikri dengan sumringah. Biasanya ia hanya akan mendapat penolakan, entah itu dengan pintu yang tidak dibuka, atau dengan kata-kata Fikri yang terkadang cukup menyakitkan hatinya. Namun walaupun begitu dia tidak pernah marah kepada Fikri.

Bukan hanya ibu Rani yang terkejut melihat perubahan Fikri, pak Kusuma yang melihat Fikri duduk di hadapannya malam ini di meja makan cukup terkejut dibuatnya. Keluarga kecil itu pun duduk bersama di meja makan.

"Mama ambilkan kamu nasinya yah..." Ibu Rani menawarkan.

Fikri hanya terdiam dan tidak berkata apa-apa ketika lbu Rani mengambilkan nasi untuknya. Masih dengan wajah yang terlihat sangat senang, Ibu Rani memberikan lauk-pauk kepada Fikri. Mereka bertiga pun makan bersama sesekali Pak Kusuma dan ibu Rani saling tatap dan tersenyum mengisyaratkan kebahagiaan mereka melihat Fikri malam ini.

Setelah makan malam, Fikri kembali ke kamarnya. Terlihat ia kembali sibuk dengan puisinya, dan sesekali membayangkan wajah dan senyum Zahrah. Sepertinya gadis itu benar-benar telah membuatnya jatuh hati. Tidak lama kemudian kembali terdengar ketukan pintu dari luar kamar Fikri. Fikri pun membuka pintu kamarnya saat ini telah terlihat lbu Rani yang berdiri di depan kamar Fikri sambil tersenyum padanya ditangannya terdapat susu putih hangat.

"Ini nak, Ibu bawakan susu hangat untuk kamu." Sambil memberikan susu yang di bawah.

"Iya terima kasih. " Jawab Fikri singkat. Saat akan masuk kembali ke kamar dan menutup pintu, Ibu Rani menghentikannya dengan berkata

"Terima kasih Nak, malam ini kamu mau makan bersama mama dan Papa lagi. "

"Tapi bukan berarti aku sudah bisa menerima Tante jadi Mama aku. Aku makan malam sama tante karena aku memang... a.ku.... memang sedang ingin makan bersama papa. " Fikri sempat bingung memberi alasan pada lbu Rani. Setelah itu Fikri segera menutup pintunya. Dan ibu Rani segera berlalu dari depan kamar Fikri. Ada perasaan senang namun juga sedih yang ia rasakan. Kurang lebih setahun berada di rumah ini, tapi dia belum bisa mengambil hati Fikri, Fikri belum bisa menerimanya sebagai mamanya.

Tanpa ibu Rani dan Fikri tahu Pak Kusuma sedari tadi sedang mendengar percakapan mereka berdua dari balik tembok dekat kamar Fikri. Dia baru kembali dari dapur, mengambil air minum. Saat dia melewati kamar Fikri didengarlah percakapan anak dan ibu tiri itu. Awalnya dengan Fikri makan malam hari ini bersama mereka, dia mengira bahwa Fikri sudah bisa menerima Ibu Rani. Tapi ternyata, dengan melihat sikapnya tadi, ia baru sadar bahwa Fikri masih belum bisa menerima Ibu Rani.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   berangkat bersama lagi

    Tok tok tok“Zah, kamu udah selesai nak? Tanya Bu ….Zahra yang mendengar Bundanya mengetuk pintu segera membukanya. “Zahra lagi siap-siap Bun.” Terlihat Zahra sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer yang ada di atas meja rias. Bu… tidak masuk dan hanya berdiri di ambang pintu.“Ya sudah siap-siapnya jangan kelamaan, teman keja kamu sudah menunggu di bawah, dia mau jempt kamu katanya.”Zahra mengerutkan keningnya.“Hah teman kerja? Si Deni?”“Bukan, bukan Deni, yang ini juga ibu gak kenal.”“Perasaan Zahra tidak menyuruh siapa pun untuk menjemput. Atau….” Zahra tampak berpikir.Ia membulatkan bola matanya saat nama seseorang terlintas di benaknya.“Bun, apa dia orangnya tinggi, tampan, dan memakai kacamata?” “Iya. Tuh kamu tahu, ya sudah ibu tunggu di bawa yah, cepetan siap-siap tidak enak kalau dia menunggu kamu terlalu lama.” Bu … menepuk pundak Zahra dan tersenyum, lalu meninggalkna kamar anaknya itu. Zahra kembali menutup pintunya, entah kenapa ia merasa aga kesal kar

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Hatiku Mengatakan Itu Dirinya

    Sejak kejadian itu, Kenzo tinggal bersama dengan keluarga Fikri. Kedua riang tua Fikri memperlakukannya seperti anak mereka sendiri. Menyekolahkannya, dan memberinya kasih sayang dan perhatian. Yah, ia memiliki keluarga baru yang begitu menyayanginya. Memiliki Kakak angkat membuat Fikri sangat bahagia, ia tidak merasa kesepian lagi di rumah, seseorang akan ada untuknya berbagi keluh kesahnya saat kedua orangtuanya sedang bekerja. Ia akan jadi memiliki teman untuk mengobrol hal-hal yang menyenangkan, dan merasa terlindungi karena memiliki seorang kakak. Kenzo merasa sangatlah berhutang Budi pada keluarga Fikri, dan ia berjanji akan selalu mengabdi pada keluarga tersebut, memberikan yang terbaik dan melakukan yang terbaik untuk Fikri dan kedua orang tuanya. ***Kenzo menyeka air matanya yang menetes karena mengenang masa lalunya. Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata dari perasaan haru dan bahagia. Baginya Fikri adalah adik yang sangat ia sayangi, walau kadang bertengkar, namu

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Apa Karena Gadis Itu?

    Fikri duduk di tepi kolam renang, membiarkan separuh kakinya terendam di dasar kolam. Merilekskan pikirannya yang sempat kacau karena berusaha mengingat sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa. Aneh?? Yah, memang tampak aneh, tapi itulah yang ia rasakan. "Sebenarnya siapa dia?" Gumam Fikri lirih.Sementara Kenzo yang baru sampai di rumah Tuan mudanya itu segera menuju ke arah kolam renang di rumah tersebut, ia tahu kalau Fikri ada di sana dari salah satu pengawal yang berjaga di rumah itu. Langkah besarnya telah membawanya sampai ke sana, melihat punggung Tuan Mudanya yang memunggunginya. Ia menarik nafas leganya. "Permisi Tuan Muda." Sapa Kenzo. Fikri berbalik sejenak saat mendengar suara asisten pribadinya itu. "Ah, iya. Apa meeting-nya sudah selesai?" Tanyanya."Iya Tuan Muda, meeting-nya sudah selesai dan berjalan dengan lancar. Perusahaan GCF resmi bekerja sama dengan perusahaan kita." "Alhamdulillah kalau semuanya berjalan dengan lancar. Kamu memang bisa diandalkan Kenzo."

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Rasa Ini... Fikri?

    Zahra berjalan dengan terburu-buru menuju gerbang kampus, dengan beberapa buku yang ada di tangannya. Hari ini jadwalnya di kampus hanya sampai pukul 12 siang. Begitu kelasnya selesai, dengan cepat ia segera memesan driver online. "Aku harus cepat, sebelum..." "Bu Zahra!" Teriak seseorang dari belakang . Terdengar suara langkah kaki yang berlari kecil menuju ke arahnya. Yah, lagi-lagi lelaki tampan itu, Zaki. "Aduh, tuh kan." Ucap Zahra kecil. Ia masih berusaha untuk menghindari pria itu dengan lebih mempercepat langkah kakinya. Namun, tentu saja ia kalah cepat."Bu Zahra!" Tanyanya dengan nafas yang terengah."E... eh, pak Zaki." Sapa Zahra kikuk. "Ibu kok jalannya cepat banget sih, saya juga dari tadi panggilin ibu loh.""Maaf Pak saya tidak dengar. Ini lagi buru-buru mau pulang, hhmmmm.... kalau gitu saya permisi yah Pak." Ucapnya ingin melangkah pergi. "Biar saya saja yang antar Bu, motornya kan masih ada di bengkel." Zahra merinding mendengar kata-kata itu. Ia melihat ke se

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Merasa Mengenal

    Seorang supir dengan langkah terburu-buru Segeran membungkukkan badannya sembari membukakan pintu mobil untuk tuannya. "Selamat siang Tuan Muda." Sapa Pak Edo, supir pribadi Fikri. "Iya." Jawab Fikri singkat, lalu langsung masuk ke mobil. "Kita akan ke mana Tuan Muda?" Tanya Pak Edo yang telah duduk di kursi kemudi. "Jalan saja Pak, nanti akan ku tunjukkan jalannya." Jawabnya sambil memainkan tablet ditangannya. "Baik Tuan Muda." 20 menit kemudian, mereka telah sampai di halaman sebuah Masjid yang cukup luas. "Tuan akan sholat Dzuhur di sini?" Pak Edi kembali bertanya. "Iya." "Kenapa tidak di mushola perusahaan saja Pak? Atau mungkin di Masjid yang cukup dekat dari kantor." Tak ada jawaban, hal itu membuat Pak Edi merasa tak enak hati. Ia mungkin sudah terlalu lancang karena terus bertanya pada tuannya."Maaf kalau saya lancang bertanya Tuan Muda. Lupakan saja pertanyaan saya, sekali lagi saya minta maaf Tuan." Takut-takut Pak Edo menghadapi lelaki muda yang sudah enam bulan

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Seperti Pelakor

    Zahra dan Zaki berjalan beriringan menuju Fakultas. Sesekali Zahra menjaga jaraknya pada pria tampan disampingnya itu. Ia tak ingin menyulut api amarah pada kaum hawa yang masih dengan setia menatap iri benci padanya. Zahra tak bersuara dan hanya mengangguk atau menggelengkan kepala saja saat Zaki bertanya padanya. Zaki sadar bahwa dia telah menciptakan kehebohan di kampus hari ini, namun ia juga hanya ingin menunjukkan kepada semua wanita Yanga selalu mengejar-ngejarnya kalau ia sudah memiliki wanita istimewa disisinya. walau dia tahu bila situasi ini mungkin tidak cukup baik untuk Zahra nantinya, namun ia berjanji pada dirinya sendiri, akan selalu berada di samping gadis ini saat seseorang ingin melakukan hal yang berbahaya karena telah dianggap merebut lelaki yang banyak disukai wanita. Hal lainnya adalah ia juga bisa menjauhkan para lelaki yang juga menyukai gadisnya. Tak bisa dipungkiri bahwa Zahra Salsabila adalah wanita yang sangat cantik dan manis. Kulit putih, hidung mancun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status