Share

Bab 21 ( part 1)

Author: HierzhaThree
last update Last Updated: 2025-05-30 18:00:53

Andini menatap ibunya yang sedang bersiap di depan cermin. Wajah Ratna tampak muram, sisa kesedihan dari kemarin masih tergurat jelas. Andini tahu betapa hancur hati ibunya ketika tidak diundang ke pernikahan adik ipar mereka. Meskipun Andini sudah mencoba menghibur ibunya, tapi tetap saja sang ibu masih sedikit tersinggung dengan keluarga ayahnya.

Selama ini, Ratna lah yang mengurus rumah itu. Tapi sedikitpun tidak ada artinya di mata mereka. Bahkan Bu Rodhiah tidak pernah menganggap Ratna sebagai menantunya.

Andini tidak ingin melihat ibunya terus larut dalam kesedihan. Hari ini ia bertekad membuat sang ibu tersenyum. Ia ingin memberikan kejutan untuk ibunya.

“Ibu, ayo cepat, sudah hampir jam sepuluh. Athala juga sudah siap,” ujar Andini sambil menuntun adiknya yang sudah bersiap.

“Lho, kita mau ke mana sih, Nak?” tanya Ratna, bingung.

“Pokoknya ikut saja, Bu. Ini penting,” jawab Andini, tersenyum penuh arti.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 59

    Hera menatap jam dinding di kamarnya. Jarum pendek hampir menyentuh angka sembilan, sementara jarum panjang terus bergerak mendekati angka dua belas. Ia menghela napas pelan, rasa gelisah mulai merayapi pikirannya. Seharusnya Alvin sudah pulang sejak satu jam lalu. Biasanya, selepas Isya, suaminya itu sudah ada di rumah, bahkan sering kali lebih awal.Perutnya mulai terasa nyeri. Bukan hanya karena kehamilan yang sudah besar, tetapi juga karena lapar yang semakin menggigit. Terakhir kali ia makan adalah siang tadi, setelah pulang dari warung Ratna. Seharusnya malam ini ia sedang makan di luar bersama Alvin, menikmati makanan hangat seperti yang dijanjikan suaminya. Namun kenyataannya, ia masih di sini, sendirian, dengan perut kosong dan hati yang mulai tidak tenang.Ia melirik ponselnya. Puluhan pesan yang dikirimnya ke Alvin masih berstatus centang satu. Panggilan yang berulang kali ia lakukan hanya berakhir di nada sambung, tanpa jawaban."Mungkin dia masih di jalan," gumamnya, menc

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 58

    Linda menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang tamu. Tubuhnya terasa lemas, seperti tersedot semua energinya. Dua minggu terakhir, rasa sakit yang menyerangnya setiap kali buang air kecil semakin parah. Ia tahu ia harus periksa ke dokter, tapi bayangan tentang apa yang mungkin ia dengar membuatnya takut.Ia melirik pintu kamar Hera yang masih tertutup. Biasanya Hera sudah keluar kamar, tapi tumben hari ini adiknya belum keluar kamar. Awalnya ia ingin meminta Hera untuk menemani ke klinik. Tapi pikiran buruk menyerangnya. Bagaimana kalau ini berhubungan dengan pekerjaan yang ia lakukan kemarin? Bagaimana kalau Hera tahu semuanya?Linda menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa takut yang terus menghantuinya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi sendiri. Dengan menekan tombol aplikasi ojek online, ia memesan perjalanan menuju klinik terdekat.Di ruang tunggu klinik, Linda duduk memeluk dompet kecil di pangkuannya. Pandangannya kosong, pikirannya melayang-layang. Hatinya berperang antar

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 57

    "Ini bayaran hari ini, ya, Hera." Fina menyodorkan uang sejumlah 70 ribu ke tangan Hera."Terima kasih banyak, Mbak." Hera menyambut uang itu dengan senyum tipis, meski dalam hati merasa nominal itu terlalu kecil untuk kerja kerasnya seharian.‘Berarti uangku sudah terkumpul 210 ribu sama ini. Untuk ganti uang Mbak Linda kurang 90 ribu lagi’ gumam Hera dalam hati."Besok berangkat lagi, ya? Tinggal satu hari lagi, lho," Fina mengingatkan dengan nada ceria."Iya, Mbak. Pasti dong." Hera mencoba menunjukkan semangatnya. Namun, rasa lelah di tubuhnya tak bisa sepenuhnya ia tutupi. "Oh ya, Mbak. Pemilik warungnya sudah datang belum ya?" tanyanya, mencoba memastikan."Sudah, tuh. Lagi ngobrol di luar sama tukang parkir, kayaknya." Fina menunjuk ke arah depan warung. "Kamu jadi mau tanya soal kerjaan?""Iya, Mbak. Sekalian mau kenalan, biar lebih enak kalau kerja di sini." Hera berusaha menenangkan dirinya."Yaudah, duduk dulu aja, Her. Aku mau melayani pelanggan dulu, nih.""Iya, Mbak Fina

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 56

    Andini sedang menjalankan tugas ke luar kota untuk mempromosikan produk baru dari perusahaannya. Dia memutuskan membawa ibunya, Ratna, dan adiknya, Athala, untuk sekaligus liburan.Dua hari Ratna dan Athala hanya duduk tenang di dalam kamar, karena Andini sibuk bekerja bersama timnha. Dan hari ini adalah waktu kosong Andini. Ia manfaatkan untuk mengajak ibu dan adiknya jalan-jalan.Setelah seharian menikmati suasana kota yang baru bagi mereka, malam itu mereka kembali ke kamar hotel dengan wajah-wajah lelah tapi puas.Athala, yang masih kecil, tampak paling bersemangat. Tawa dan celotehnya mengiringi sepanjang hari, membuat hati Andini dan Ratna hangat meski tubuh mereka terasa penat.Sesampainya di kamar hotel, Athala langsung melompat ke atas kasur. Andini masih sibuk merapikan perlengkapan kerja, sementara Ratna menyiapkan minuman hangat."Athala, sudah malam. Tidur, ya," ujar Ratna lembut sambil menepuk punggung kecil anak itu."Iya, Bu," jawab Athala, lalu menggeliat manja sebelu

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 55

    Alvin meletakkan tas kerjanya dengan bunyi berdebam di kursi kamar. Raut wajahnya lelah, dan napasnya terasa berat setelah seharian bekerja. Ia membuka kancing kemejanya, mencoba menghilangkan rasa gerah, namun pandangannya langsung terpaku pada sebuah tas belanjaan di pojok kamar.Ia mendekat, menyingkap isinya, dan matanya membulat. Pakaian bayi berwarna-warni tersusun rapi di dalamnya. Ia menyentuh salah satu baju mungil itu, merasa ada sesuatu yang mengganjal."Hera!" panggilnya dengan nada tajam, memecah keheningan kamar.Hera, yang tengah bersandar di ranjang sambil menggulir layar ponselnya, menoleh dengan alis terangkat. “Ada apa sih?” tanyanya santai, meski nada Alvin membuatnya sedikit tegang.Alvin mengangkat tas belanjaan itu. “Ini semua dari mana?” tanyanya, tatapannya tajam menusuk. “Banyak sekali, dan ini pasti mahal.”Hera duduk tegak, berusaha terlihat tenang meski jemarinya saling meremas. “Aku belikan untuk persiapan bayi kita, Vin. Kebetulan ada toko baru yang buka

  • Ku Bayar Derita Ibuku sebagai Menantu   Bab 54

    Sejak pulang kerja, Alvin belum juga makan malam. Biasanya sang istri mengajaknya makan bareng, tapi kali ini Hera tidak menawarkan makan sama sekali. Hera yang biasanya cerewet dan menyebalkan, kini hanya diam seribu bahasa. Alvin mengalah, pergi ke dapur sendiri.Alvin mengambil piring di rak piring, kemudian mengambil nasi di rice cooker milik Bu Rodhiah. Berbeda dengan Anisa dan Linda yang memakai rice cooker sendiri, Hera masih gabung dengan ibunya.Alvin membuka lemari makan khusus untuk tempat lauk milik Hera. Tapi ternyata nggak ada lauk sama sekali.Alvin mendengus kasar, kemudian meletakan piring yang berisi nasi ke lemari tersebut. Alvin kembali ke kamarnya.Alvin duduk dan melirik istrinya, yang sedang berbaring membelakanginya di atas tempat tidur. Dia tahu alasan di balik diamnya Hera, pasti karena dirinya yang sudah membohongi Hera. Tapi semua itu sudah terjadi, harusnya Hera belajar mengerti dan menerima keadaan."Hera," panggil Alvin pelan. Suaranya terdengar ragu. Bu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status