Home / Romansa / Malam Kelam Bersama Presdir / Bab 3 - Kau Harus Bertanggung Jawab!

Share

Bab 3 - Kau Harus Bertanggung Jawab!

Author: SHy
last update Last Updated: 2023-11-14 06:36:17

"Apa yang telah kau lakukan kemarin malam di sini?" Bella—kakak sulung Langit menatap pria itu tajam setelah mengulang pertanyaannya.

Langit terkesiap. Ekspresi wajahnya berubah terkejut setelah mendengarkan perkataan sang kakak.

"Kenapa diam? Apa lidahmu sudah tidak bisa digunakan dengan benar untuk menjawab pertanyaanku, huh?" bentak Bella. Wanita muda itu nampak marah menatap wajah adik bungsunya.

"Dari mana Kakak tahu?" Bukannya menjawab, Langit justru bertanya balik pada Bella.

"Apa yang tidak Kakak ketahui tentang dirimu? Beberapa banyak wanita yang telah kau tiduri saja Kakak tahu!" sentak Bella.

Langit terdiam. Ditatapnya wajah asistennya yang nampak datar seakan tidak merasa bersalah.

"Kali ini Kakak tidak bisa memberikan dispensasi lagi kepadamu, Langit. Jika biasanya Kakak membiarkanmu menyewa banyak wanita untuk memenuhi hasratmu, tapi kali ini tidak. Kakak tidak bisa membiarkanmu bersikap sesuka hatimu karena wanita yang sudah kau perkosa tadi malam bukanlah wanita bayaran melainkan gadis baik-baik yang berjuang mencari nafkah di sini!" lanjut Bella dengan keras.

"Apa maksud perkataan Kakak?" Langit tak ingin berbasa-basi.

"Kakak ingin kau bertanggung jawab dengan menikahinya!" Ucap Bella tegas.

"Apa?" Kedua kelopak mata Langit terbuka lebar. "Kakak jangan bercanda. Aku tidak mau menikahinya!" lanjut Langit tak kalah tegas.

"Kau memang pria bejat, Langit. Setelah kau memperkosa gadis tak bersalah, kini kau tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang telah kau perbuat! Kau pikir dengan uang yang kau berikan kepadanya bisa membuat keperawanannya kembali?!" maki Bella.

Langit terdiam. Sebenarnya ia sadar dengan hal itu. Ia juga merasa sangat bersalah pada Sora. Namun apa daya, ia tidak bisa diminta bertanggung dalam bentuk menikahi Sora.

"Aku tidak bisa menikahi wanita yang tidak aku cintai, Kak. Lagi pula aku masih menunggu dia kembali," jawab Langit. Kali ini suaranya terdengar sedikit pelan mengingat sang pujaan hati yang pergi entah ke mana.

Kedua tangan Bella terkepal. Lagi, ia mendengarkan jawaban yang sama dari Langit saat dirinya meminta Langit untuk segera menikah.

"Jangan memaksaku untuk menikahi wanita yang tidak aku cintai, Kak. Karena bila itu terjadi, aku tidak bisa menjamin wanita itu akan bahagia hidup bersamaku,” ujar Langit penuh penekanan.

**

Hari-hari terus berlalu, perlahan Sora mulai melupakan kejadian memilukan yang terjadi kepada dirinya. Ia menjalani aktivitas sehari-hari dengan perasaan tenang sebab setelah kejadian malam itu ia sangat jarang bertemu dengan Langit.

Tugasnya membuatkan kopi untuk Langit pun kini sudah berpindah tangan kepada rekan kerjanya yang lain. Hal itu tentu saja membuat Sora senang sebab kemungkinannya bertatap muka dengan Langit sangatlah tipis.

Pagi itu, Sora merasakan tubuhnya terasa tidak enak. Perutnya terasa mual dan kepalanya terasa pusing. Ingin sekali Sora mengambil cuti untuk beristirahat di rumah, namun hal tersebut tidak mungkin ia lakukan sebab Bibi Rida dan atasannya di perusahaan pasti akan memarahinya.

"Kenapa tubuhku rasanya tidak enak sekali," gumam Sora seraya mengurut kepalanya yang terasa sakit.

"Hei, Sora, kenapa kau diam saja di situ. Ayo lanjutkan pekerjaanmu!" titah Regina yang sedang memantau kinerja bawahannya di lantai lima belas dan melihat Sora berdiri diam di sudut ruangan.

"Baik, Bu." Sora menurut. Kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali sambil menahan rasa sakit di kepalanya.

"Jangan lupa bersihkan ruangan Presdir juga!" tambah Regina sebelum berlalu dari hadapan Sora.

Sora mengangguk. Dengan cekatan, Sora menyapu, mengepel dan membuang sampah yang berada di dalam ruangan kerja presdir. Dan kini, tinggallah pekerjaan terakhirnya membersihkan kamar mandi.

Hoek!

Sora menutup mulut dengan telapak tangannya saat mencium aroma sabun yang menyeruak masuk ke dalam hidungnya. "Bau sekali. Rasanya aku tidak sanggup untuk membersihkan kamar mandi ini,” gumam Sora. Walau pun mengeluh, tapi Sora tetap membersihkannya. Sebab, Regina pasti akan memarahinya jika pekerjaannya tidak beres.

Merasa tidak tahan dengan gejolak dari dalam perutnya yang terasa ingin keluar, Sora bergegas melangkah ke arah wastafel dan memuntahkan sesuatu dari dalam mulutnya.

“Hoek!” 

Suara muntahan dari dalam kamar mandi menyambut kedatangan Langit yang baru saja masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dahi Langit mengkerut. Merasa bingung siapa yang sedang berada di dalam kamar mandinya saat ini. Penasaran, Langit bergegas menuju arah kamar mandi.

"Kau..." kedua kelopak mata Langit terbuka lebar melihat Sora yang ternyata berada di dalam kamar mandi tersebut dalam kondisi muntah-muntah.

"Tu-tuan Langit." Sora yang turut melihat kedatangan Langit dari pantulan cermin wastafel segera membalikkan tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat menatap pria yang sangat ia hindari beberapa waktu belakangan ini.

Langit memperhatikan wajah Sora yang nampak pucat seakan tidak teraliri darah di sana. Kedua kaki jenjangnya pun akhirnya melangkah mendekati Sora berniat mempertanyakan keadaan wanita itu.

“Ja-jangan…”

Melihat Langit yang berjalan mendekati dirinya membuat Sora semakin takut. Ingatan tentang malam kelamnya bersama Langit kembali berputar di kepalanya hingga membuat kepalanya bertambah pusing dan pandangannya mulai gelap.

"Sora!" Terdengar suara teriakan Langit yang menggema sebelum akhirnya Sora menutup kedua kelopak matanya.

**

"Hamil?" Langit berucap lirih dalam hati. Ditatapnya wajah Sora yang masih pucat dan terpejam.

Ketegangan terlihat jelas di wajah Langit setelah dokter pribadi keluarganya memberitahu hasil diagnosa keadaan Sora saat ini. 

Dokter yang sudah selesai memeriksa Sora segera berpamitan setelah menitipkan pesan pada Langit agar memberitahu Sora untuk melakukan pemeriksaan kondisi kandungannya pada dokter obgyn setelah sadar nanti.

Theo yang berdiri tidak jauh dari Langit berada memilih diam walau dirinya ikut terkejut dengan informasi yang baru saja ia dengar.

"Bagaimana ini…" Langit mengusap wajahnya frustrasi. Perasaannya mulai cemas memikirkan jika anak yang dikandung Sora saat ini adalah darah dagingnya.

Ceklek!

Baru saja Dokter pergi meninggalkan ruangan kerjanya, pintu ruangan kerja Langit sudah kembali terbuka dan memperlihatkan wajah tak bersahabat Bella di sana.

"Kak Bella..."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Kelam Bersama Presdir   Bab 32 - Memberikan Izin Kembali

    Beberapa hari berlalu, Pandu nampak masih berupaya untuk bertemu dengan Sora. Namun lagi-lagi, dia harus menelan kekecewaan sebab Sora begitu sulit untuk ditemui bahkan tidak pernah keluar dari dalam apartemen. Pandu dibuat bingung dan bertanya-tanya, kenapa sikap Sora saat ini seperti orang yang sedang dikurung saja? Agh, memikirkannya membuat Pandu jadi semakin berpikiran buruk saja.Di saat Pandu terus kepikiran dengan sosok Sora, sosok yang tengah dipikirkannya itu ternyata turut memikirkannya. Dia bahkan sering berupaya untuk bisa keluar dari dalam apartemen namun selalu berujung dengan kegagalan sebab Langit begitu sulit untuk memberikannya izin untuk keluar.Bukan tanpa alasan Langit melakukannya, dia hanya tidak ingin Sora bertemu kembali dengan bibinya dan membuat hati wanita itu jadi bersedih karenanya.Berita Sora yang dikurung di dalam apartemen akhirnya sampai di telinga Bella. Ibu dari satu anak itu nampak berang karena Langit sudah bersikap sangat gegabah mengurung istr

  • Malam Kelam Bersama Presdir   Bab 31 - Dia Sudah Menikah

    Pertemuan Sora tadi bersama Pandu akhirnya membuat Sora terus kepikiran dengan pria itu. Bagaimana masa sekolahnya saat bersama Pandu dulu hingga pada saat ia menolak cinta Pandu karena takut bibinya akan marah jika ia ketahuan menjalin hubungan dengan seorang pria."Huh, kenapa aku jadi memikirkan Kak Pandu terus." Gumam Sora diikuti helaan napas yang terasa berat. Akibat terlalu banyak memikirkan sosok Pandu, Sora sampai lupa jika tadi ia sempat merindukan sosok Langit dan ingin segera bertemu dengannya."Baby, apa kau akan marah pada Mama jika Mama memikirkan pria yang bukan ayah kandungmu?" Sora berbicara pada janinnya yang masih bersemayam di dalam rahimnya. Rasanya tidak pantas sekali dia memikirkan pria yang tidak memiliki hubungan apa pun di dalam hidupnya.Di apartemen berbeda, Pandu yang tadi sempat berniat untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Sora berinisiatif menghampiri apartemen Sora setelah memastikan putri kecilnya sudah tertidur dengan lelap di atas ranjang.Keluar

  • Malam Kelam Bersama Presdir   Bab 30 - Jadi Memikirkannya

    Pandu yang turut melihat wajah Sora dibuat terkejut melihat wajah wanita itu setelah sekian lama mereka tidak bertemu."Sora." Kata Pandu sambil menatap intens wajah Sora.Bi Nina yang menyadari jika keduanya saling kenal pun menatap pada Sora. "Nona kenal sama pria itu?" Tanya Bi Nina.Sora mengangguk pelan. "Dia Kak Pandu, Bi. Kakak kelasku di sekolah dulu." Bi Nina yang hendak kembali bersuara mengurungkan niatnya saat Pandu berjalan mendekat pada mereka sambil menggendong gadis kecil di tangannya. "Sora, kau benar Sora, kan?" Tanya Pandu seakan memastikan. Sora mengangguk pelan. Dirinya sungguh tidak menyangka setelah sekian lama tidak bertemu dengan pria yang sempat menjadi idolanya, kini mereka kembali di pertemukan dalam situasi yang tak terduga.Pandangan Sora tertuju pada gadis kecil yang nampak manja berada di dalam gendongan Pandu. "Apa gadis kecil ini anak Kakak?" Tanya Sora.Pandu menganggukkan kepalanya. "Ya. Dia anakku dengan almarhum istriku." Jawab Pandu apa adanya

  • Malam Kelam Bersama Presdir   Bab 29 - Dikurung Lagi

    "Ada beberapa hal yang tidak bisa saya jelaskan pada Bibi. Yang terpenting saat ini, saya harap Bibi dapat mengikuti segala perintah saya demi kebaikan Sora."Bi Nina akhirnya mengangguk tanpa berniat bertanya lebih jauh. Ia mengerti Langit memiliki privasi dan ia tidak ingin terlalu ikut campur di dalamnya.Setelah berbincang sejenak dengan Bi Nina, Langit segera kembali ke ruangan tengah dimana Sora tengah menunggunya di sana.Wajah Sora terlihat tegang melihat kedatangan Langit. Wanita itu tengah berpikir jika Langit akan memarahinya mengingat kejadian yang terjadi tadi siang.Namun di luar ekspetasi, nyatanya Langit tidak memarahi atau membahas perkara yang terjadi tadi siang. Pria itu justru membahas hal lain tentang kehamilan Sora. Ya, jelas saja Langit tidak akan memarahinya karena pria itu tahu marah pun tiada guna. Memarahi Sora itu sama saja membuat Sora semakin takut kepadanya. Selain dari pada itu, dia juga sudah membicarakan permasalahan Sora tadi siang bersama Bi Nina. La

  • Malam Kelam Bersama Presdir   Bab 28 - Tidak Mau Jatuh Hati

    Sora menanti kedatangan Langit ke apartemen dengan harap-harap cemas setelah mendengar cerita dari Bibi Nina jika sudah menceritakan apa yang terjadi di supermarket tadi pada Langit."Apa Tuan Langit akan memarahiku. Atau dia akan melarangku untuk keluar lagi karena sudah membuat kekacauan." Sora bermonolog.Kecemasan yang Sora rasakan semakin bertambah saat melihat pintu apartemen terbuka dan memperlihatkan wajah Langit di sana."Tuan..." Sora bangkit dari posisi duduk menyambut kedatangan Langit.Langit yang sedang menenteng beberapa bungkus makanan di tangannya tak menyahut dan terus melangkah ke arah Sora. "Ini aku bawakan makanan untukmu." Kata Langit datar seraya menyerahkan plastik berisi makanan tersebut pada Sora.Sora menerimanya. Ia menatap kotak makanan tersebut dengan tatapan lapar. Kecemasan yang melandanya sejak tadi pun perlahan hilang melihat makanan tersebut.Langit dapat menangkap ekspresi Sora. Dia segera meminta Bi Nina untuk menyalin makanan yang ia bawa agar bis

  • Malam Kelam Bersama Presdir   Bab 27 - Hal Yang Ditakutkan Terjadi

    "Heh, siapa anda yang berani ikut campur dalam urusan saya dan Sora!" Sahut Bibi Rida dengan tatapan tak kalah nyalang. Ia menatap tubuh Bi Nina dari atas sampai bawah dengan tatapan menghina. Dari penampilan Bi Nina saja Bibi Rida sudah dapat menyimpulkan jika Bi Nina adalah wanita rendahan sama seperti Sora."Saya adalah orang yang bertugas menjaga Nona Sora saat ini. Termasuk menjaganya dari wanita jahat seperti anda!" Tegas Bi Nina."Hahah." Bibi Rida tertawa mencemooh Bi Nina. "Kau pikir dia ini adalah bangsawan yang harus dijaga segala?!" Ketusnya.Bi Nina hendak kembali menjawab, namun Sora dengan cepat menghentikan niatnya dengan memegang lengannya."Bibi, sudahlah. Jangan membuat keributan di sini." Pinta Sora. Namun permintaan Sora tidak akan membuat Bi Nina menurut begitu saja. Sebab dia sangat tidak suka dengan sikap arogan yang Bibi Rida tunjukkan saat ini."Heh, Sora. Siapa wanita ini, kenapa dia sok dermawan sekali membela wanita seperti dirimu?" Tanya Bibi Rida dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status