Hilto berkata dengan volume suara kecil, "Ardika, kamu nggak perlu khawatir. Pak Jace sudah memberitahuku, tujuanmu dengannya sama, yaitu sama-sama ingin melawan Grup Mitsun. Selain itu, hal yang ingin kuberitahukan padamu adalah, tujuan Keluarga Yasin sama dengan tujuanmu.""Oh, ternyata begitu ...."Saat itu juga, Ardika sudah menyadari sesuatu.Tidak ada orang yang bodoh.Hilto bertekad mengikuti Jace, kelihatannya seperti orang kepercayaan Jace.Akan tetapi, hubungannya dengan Jace lebih cocok disebut sebagai hubungan aliansi.Sangat jelas Keluarga Yasin juga tidak puas dengan Grup Mitsun. Itulah sebabnya, mereka memilih untuk memihak Jace.Setelah memahami hal ini, Ardika sudah mengetahui dengan sangat jelas alasan mengapa Hilto begitu bertekad untuk menjatuhkan Dinda, alasan mengapa dia bersikeras menyerang Rumah Sakit Marim pada saat bersamaan tanpa memedulikan beberapa pemegang saham besar Rumah Sakit Marim.Dikatakan itu adalah instruksi dari Jace, tetapi sesungguhnya ucapan i
"Satu tamparan ini sebagai balasan satu tamparan yang kamu layangkan pada Gijran tadi."Ardika mengibaskan tangannya, melontarkan satu kalimat itu dengan acuh tak acuh."Terima kasih, Kak Ardika!"Saking senangnya, mata Gijran sampai berkaca-kaca. Ardika membantunya membalaskan dendamnya, itu artinya Ardika telah memaafkan dirinya yang sebelumnya tidak menjalankan tugas dengan baik."Ardika, aku sudah mengingat tamparan ini.""Sampai jumpa lagi!"Sambil menutupi wajahnya, Dinda memelototi Ardika dengan tajam, lalu berencana untuk pergi begitu saja."Tunggu!"Ardika tiba-tiba berkata, "Apa aku sudah mengizinkanmu untuk pergi?"Tubuh Dinda langsung membeku. Kemudian, dia menoleh dan berkata sambil menggertakkan giginya, "Apa lagi yang kamu inginkan?"Ardika tidak memedulikan wanita itu. Sebaliknya, dia menunjuk Keiko dan berkata, "Pak Hilto, sebelumnya seorang adikku diculik oleh polisi palsu yang dikirim oleh Dinda. Tapi, pihak Rumah Sakit Marim sama sekali nggak mengambil tindakan untu
"Sebagai seorang wakil kantor polisi, hanya dengan sebuah laporan yang nggak jelas saja, kamu langsung datang melakukan penangkapan?""Plak ....""Nggak punya bukti, maka menggunakan cara menjebak?""Plak ....""Ada yang mempertanyakan tindakanmu, kamu malah memukul orang?""Plak ....""Apa seperti ini caramu mencoreng nama baik kepolisian ibu kota provinsi?""Plak ...."Hilto sama sekali tidak memberi Dinda muka. Dia melayangkan tamparan beruntun ke kedua sisi wajah wanita itu.Akibat tamparan beruntun itu, Dinda berteriak dengan menyedihkan dan terus melangkah mundur. Pada akhirnya, bekas tamparan berlapis-lapis menghiasi wajahnya. Dia terlihat sangat menyedihkan."Gijran, apa kamu sudah puas?"Hilto mengalihkan pandangannya ke arah Gijran.Sembari tersenyum senang, Gijran mengangguk dan berkata, "Puas, puas! Aku sangat puas dengan tamparan-tamparan Pak Hilto ini!"Mendengar ucapan Gijran, Dinda melontarkan makian dalam hatinya diliputi dengan emosi yang bergejolak.Dasar sialan! Kam
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Pak Hilto, tadi semua orang sudah melihat dengan jelas, dia yang terus memohon padaku untuk menamparnya. Karena aku adalah tipe orang yang suka membantu sesama, itulah sebabnya aku menamparnya.""Yah, hanya saja wajahnya terlalu kotor, tanganku sampai dipenuhi dengan bedak dan minyak. Awalnya aku berencana untuk memintanya memberi sedikit uang ganti rugi untuk cuci tangan.""Tapi kalau dilihat sekarang, seharusnya dia bersekongkol dengan Dinda. Yang satu memohon agar aku menamparnya, yang satunya lagi memang ingin mencari-cari alasan untuk melakukan penangkapan.""Aku ingin tanyakan pada Pak Hilto, apa mungkin cara bertugas kalian sekarang ini memang dengan cara menjebak?"Mendengar ucapan Ardika, Keiko hampir muntah darah saking emosinya.Ini benar-benar sebuah penghinaan yang sangat besar baginya. Apa yang disebut dengan wajahnya terlalu kotor?Hilto mengerutkan keningnya, lalu bertanya dengan dingin, "Dinda, apa benar begitu?""Nggak ... nggak,
Walaupun Cahdani baru berusia tiga puluhan tahun, tetapi sejak kematian Sirilus, dia sudah menjadi pemimpin Keluarga Halim, beraliansi dengan Vita untuk melawan Wilgo. Walaupun fondasinya belum cukup kuat, tetapi dengan status dan kedudukannya, seharusnya dia adalah orang yang kedudukannya sudah bisa setara dengan kepala keluarga kaya.Sementara itu, Ardika adalah orang yang bisa menundukkan orang seperti Cahdani.Dinda berinisiatif datang untuk melawan Ardika, apa lagi kalau bukan cari mati?"Hehe ...."Dinda mencibir dengan dingin dan acuh tak acuh.Dia sama sekali tidak memercayai ucapan Gijran.Terlepas dari seberapa besar latar belakang Ardika dan ada rahasia apa di balik pria itu, hari ini dia adalah seorang anggota instansi pemerintahan, sedangkan Ardika adalah penduduk biasa. Jadi, tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya menjalankan tugasnya."Gijran, cepat minggir sana! Kalau nggak, kamu juga akan kutangkap!"Dinda melangkah maju, melontarkan kata-kata itu dengan tidak
"Dinda, siapa yang mengizinkanmu menangkap orang sembarangan?!"Tepat pada saat Dinda akan melakukan penangkapan, Gijran menendang pintu bangsal hingga terbuka, berjalan memasuki ruangan dengan napas terengah-engah.Dia sangat ingin melakukan yang terbaik untuk menebus kesalahannya. Jadi, begitu menerima panggilan telepon dari Ardika, dia bergegas datang kemari."Gijran?"Dinda mengangkat alisnya dengan agak terkejut.Tentu saja dia mengenal keponakan Jace ini. Selain itu, dia juga sering berinteraksi dengan pria tersebut. Bagaimanapun juga, ada banyak tempat yang sering dikunjungi oleh sesama kalangan kelas atas."Kak Ardika."Setelah menyapa Ardika, Gijran segera menghampiri Dinda, lalu berkata dengan dingin, "Dinda, kamu membawa orang-orangmu untuk melakukan penangkapan seperti ini, apakah atasanmu mengetahuinya?""Kukira siapa yang sehebat itu, ternyata keponakan Pak Jace, Tuan Muda Gijran, ya."Dinda mencibir dan berkata, "Tuan Muda Gijran, walau kamu adalah seorang tokoh penting,