Share

Bab 3

Author: Osaka ois
last update Last Updated: 2024-06-06 12:00:26

"Ibu!" seru seorang anak menghampiri Jharna, kaki kecilnya berlarian dan menabrakkan diri ke sang ibu di saat tubuh wanita itu direndahkan.

Jharna memilih berjongkok guna menyamakan tinggi sang anak. Memeluk erat buah hatinya sembari mengusap punggung mungil itu. "Ibu merindukanmu, sayang."

"Aku juga, Bu!" balas anaknya riang.

"Jharna, bisakah kita bicara sebentar? Sebelum itu, mari mengobrol di dalam," pinta seorang wanita, dia adalah bibinya Jharna.

Jharna lumayan memahami situasi serta langsung menyetujui, sehingga dengan lembut dirinya membawa sang anak pula masuk ke rumah, ditambah malam kian larut. Setelah di dalam sana, Jharna menidurkan sang anak kala usai membersihkan diri, dia adalah Aidan Benjamin.

Sesosok anak kecil lugu nan polos, hidup dalam penuh kesengsaraan akibat ulah dirinya dan mendiang suaminya sendiri. Kini Jharna bisa berekspektasi bagaimana mendambakan realitas sosial dengan lingkungan baik untuk Aidan. Namun, lamunan Jharna buyar ketika ketukan pintu kamar berbunyi.

"Maaf telah merepotkan Bibi," sesal Jharna saat sudah ada di hadapan saudara mendiang ibunya itu. "Aku juga mempunyai kabar untukmu."

Keduanya berjalan ke ruang tamu tampak minimalis milik Jharna. Rula Sterne adalah kerabat dekat tersisa hingga saat ini. Wanita hampir memasuki paruh baya tersebut duduk tenang di samping Jharna seraya menatap lekat sang ponakan.

"Aku sebenarnya tak keberatan, Jharna. Tapi kau pun tahu aku tidak bisa secara terus menerus mengawasi Aidan, di umurku segini terlalu banyak bergerak membuat beberapa sendiku kian sakit."

"Sekali lagi, maafkan aku, Bi. Untuk itu aku juga mau memberikan kabar, jika aku akan menikah dengan seseorang," ungkap Jharna sendu.

Rula memiliki firasat ketika raut wajah tak bahagia itu muncul. Kegusaran mencuat keluar, tatkala melihat mata Jharna yang berkaca-kaca. "Mengapa tiba-tiba, apa kau ini perjodohan paksa?" cercanya.

Kepala Jharna menggeleng lemah di iringi senyuman kecut. "Aku menerima tawaran pernikahan dari seseorang, agar hutang mendiang suami ku lunas dan kehidupan Aidan membaik."

Rula menutup mulutnya. "Mengapa baru kau beritahu aku, Jharna? Kau anggap apa aku ini!"

"Oh, astaga. Aku benar-benar gagal menjaga kalian," racaunya turut bersedih.

Bayangan janji demi menjaga Jharna pun terlintas, mengikis pertahan seorang Rula. "Bagaimana kalau kau tidak bahagia? Jangan pikirkan Aidan saja, kau juga penting Jharna!"

Jharna tetap terdiam. Mulutnya bungkam seribu kata dan bahasa. Dia tak sanggup menjelaskan secara detail, apa lagi perlakuan Max yang diyakini memang kurang setuju dengan perjodohan mendadak tersebut.

"Bibi ... kau tak salah, hanya aku yang bodoh. Sejak awal aku memilih pria itu sebagai suami, ini adalah buah yang aku petik akibat menuai benih dari kesalahan," tutur Jharna berusaha menguatkan diri.

"Kau sangat baik Jharna," ucap Rula bersuara parau.

***

Keesokan harinya. Jharna menyiapkan segala kebutuhan untuk Aidan bawa. Anak kecil berumur lima tahun itu tampak tenang saat Rula menyuapi makanan. Ketika semua telah siap, Jharna mengambil alih Aidan, dan Rula pun membersihkan sisanya.

Si kecil tersenyum manis sambil memeluk leher jenjang Jharna setelah membersihkan mulut Aidan. Rula menghampiri kedua insan berbeda generasi tersebut. Menunjuk keluar bermaksud memberitahu, jika seseorang telah datang.

"Ada seorang pria berpakaian rapi, dia mencari mu," kata Rula sedikit bingung.

"Yeah, dia adalah supir pribadi keluarga Kingston. Memang kewajibannya menjemput ku kerja sejak Nyonya Agustine memperkenalkan aku pada pekerja di sana," jelas Jharna singkat.

Alis Rula terangkat, lalu mengernyit. Bergumam, "Kingston? Itu tampak familiar."

Jharna tertawa kecil mendengar gumaman si bibi. "Tentu kau kenal, mereka adalah keluarga sukses karena sang anak pemegang perusahaan ternama yang telah diwariskan. Begitu juga dengan anak lain, mereka sukses di bidang masing-masing."

Mulut Rula terbuka lebar saking terkejutnya. Kakinya mengikuti langkah Jharna saat keponakannya itu telah selesai dan mengunci pintu rumah. Rula mengatupkan mulut dan menggeleng tak habis pikir.

'Pantas dia rela mengorbankan diri demi membayar hutang dan hidupnya untuk kebaikan Aidan, ternyata calon suaminya adalah orang terpandang,' pikir Rula mulai cemas.

Kini tanpa sadar dia mengangguk pelan ketika Jharna berpamitan. Otaknya membayangkan sesulit apa hidup di lingkungan orang-orang penting, masalahnya keponakannya itu tidak suka dikekang, walau penampilannya terlihat sekali penurut.

Wanita penurut selalu mempunyai hal luar biasa di baliknya, sama dengan Jharna, dia pun begitu. Rula hanya bisa berdoa agar kehidupan pernikahan Jharna kali ini tak seperti sebelumnya.

Di sisi Jharna. Selang waktu, sekarang Jharna dan Aidan tiba di kafe. Semua pekerja di sana mengenal Aidan, ada yang menyukai kehadirannya saat mengikuti Jharna, dan ada pula yang menatapnya sinis.

"Tunggu sampai Paman Wycliff menjemput, selagi menunggu, mainkan ini dulu ya?" Jharna tersenyum senang melihat sang anak mengangguk patuh dengan gerakan lucu.

Kemudian pekerjaan pun dimulai. Segelintir pelanggan datang dan pergi silih berganti. Hingga tak lama pria yang ditunggu datang sesuai janji di tempo hari. Jharna tersenyum lebar seraya melambaikan tangan, meminta izin sebentar pada bosnya supaya bisa menitipkan Aidan terlebih dahulu, dan untungnya si bos berbaik hati untuk mengizinkan Jharna.

"Wah, lihat siapa yang datang!" Tangan besar menyambut tubuh Aidan, sampai Aidan terangkat dan digendong secara nyaman di dekapan Tuan Wycliff, alias Theodor Wycliff.

Jharna mengajak keduanya keluar kafe dan berjalan bersama-sama ke arah parkiran tepat sebuah mobil mewah datang memarkirkan mobil di samping Jharna.

"Kalau begitu aku dan Aidan pergi dulu. Nak, katakan sesuatu pada ibumu," ucap Theodor.

"Ibu, aku akan pergi bersama Paman dan pulang esok hari. Boleh?" cicit Aidan bersuara kecil.

Tawa renyah Jharna melayang di udara, hingga orang lain di antara mereka mendengarnya sedari awal datang dan menunggu. "Ya, tentu. Jangan nakal, kasihan Paman Wycliff, dia mudah terkena sakit pinggang," guraunya jahil.

"Yang benar saja, aku masih sanggup jika harus menggendong mu juga, Jharna," dengus Theodor kurang terima. "Baiklah, mari kita pergi dan biarkan ibumu bekerja."

"Ibu sampai jumpa!" Lambaian tangan mungil Aidan mencuri perhatian seseorang.

Theodor baru menyadari ada orang lain  selain mereka bertiga, namun dirinya telat karena Jharna sudah terlebih dahulu sadar dan membuang pandangan. Pria ini akhirnya benar-benar pergi bersama Aidan ke kediamannya.

Sedangkan Jharna dan Max tampak sangat canggung, atau itu hanya dirasakan Jharna saja? Entahlah.

Max memandang Jharna dengan tatapan tajam bak elang. "Apa aku mesti mengingatkan dirimu, kendati pernikahan ini berlangsung karena perjodohan?"

"Aku tahu kau mengerti, kalau ini adalah kesalahan pahaman. Tetapi—"

"Aku tidak banyak bicara. Namun aku tegaskan sekarang, agar kau mengingat statusmu itu. Jangan pernah melewati batas kesabaranku, pernikahan ini terjadi karena dirimu, kau harus tahu di mana kau berpijak, Jharna Obelia. Aku senantiasa mengawasi segala kau bernapas atau bergerak sekalipun."

"Saya tak mengerti Tuan," sahut Jharna cepat.

"Maka gunakan otakmu untuk mencerna semuanya." Perkataan pedas terlontar lancar lewat bibir indah si pria, ringannya kata, ringan pula perlakuan. Max memilih masuk kembali ke mobil dan melaju meninggal Jharna sendirian.

Sedangkan Jharna masih tertegun dengan perkataan Max barusan, setiap kalimat dan kata ada maksud yang kurang dipahami. Dirinya layaknya orang bodoh tanpa diberitahu secara jelas tentang inti permasalahan, mengapa perlakuan Max berlebihan begini.

Padahal Max sendiri memasang dinding tinggi di antara keduanya seakan tak mau mengenal. Andai kata Jharna mempunyai uang sebanyak hutang piutang suaminya saja, mungkin akan langsung Jharna bayar kontan, sehingga pernikahan antara dirinya dan Max tidak terjadi nantinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Tuan Maximilian   Bab 48

    "Apa berita tempo hari cukup menghibur anda, Tuan?" Seseorang yang sedang dia tanya tak langsung menoleh.Max, dirinya tengah memandangi foto cantik Jharna melalui ponselnya. Perhatiannya harus teralihkan, karena pertanyaan menarik dari Austin barusan. "Ya, lumayan. Apa ada masukkan tentang bumbu tambahan?"Austin diam-diam tersenyum miring. "Tentu ada, Tuan-ku. Bumbu penyedap mana yang paling bagus, agar masakan tersebut kian sedap dirasa?""Saya menyarankan pemanis, seperti gula," tambah Austin bersemangat.Kening Max berkerut sesaat, lalu tak lama kepalanya mengangguk. Benaknya sampai membayangkan, rasa puas hasil kinerja anak buahnya satu ini. Perlahan-lahan bibirnya membentuk seringai menyeramkan. Dia gemar sekali hal yang menurutnya pantas dimasak. Contohnya, yang sedang mereka perbincangkan sekarang."Tampaknya aku mesti memberikan bonus untukmu, Austin," cetus Max sempat berpikir. "Lakukan apa maumu terhadap masakan yang sedang kau pegang. Janjikan aku hasil memuaskan nantinya

  • Menikahi Tuan Maximilian   Bab 47

    Oliver menggaruk kepala belakangnya, ada rasa malu menghinggapi dirinya sejak memasuki kamar. Kekasihnya, Mac, tak mau berpisah kamar dan hanya ingin bersamanya. Dua insan yang sedang melakukan kegiatan masing-masing sesekali mencuri pandang ke satu sama lainnya.Mac menutup kasar laptopnya. Kini tatapan tajam menghadap Oliver sepenuhnya dia berikan. Wanita itu berpindah, mengikis jarak yang hampir membuat Oliver bangun. Tangannya mencekal lembut menghentikan pergerakan Oliver bersama kegugupan sang pria amat kentara kental di mimik wajah tampannya tersebut."Mau ke mana?" Oliver segera menggeleng cepat saat Mac melayangkan pertanyaan.Tiba-tiba Mac kembali bergerak, lalu duduk mengangkang di pangkuan Oliver, mengalungi pinggang kokoh sang kekasih menggunakan kaki jenjangnya. Kedua tangannya memegang pundak, seraya tatapannya kian serius. "Masih ingat janjimu setelah kita keluar dari sini nantinya?"Oliver menghembuskan napas lega, dia kira Mac mau melakukan hal tidak-tidak di kediama

  • Menikahi Tuan Maximilian   Bab 46

    Dua hari berikutnya, Max memenuhi permintaan Jharna. Memulangkan anak tirinya ke rumah mereka sekarang ini. Pria itu semakin menerima kehadiran Aidan, walau anak itu bukanlah dari benihnya sendiri. Kehadiran calon anak mereka berdua seolah berdampak aura positif ke sekitar, hingga berpengaruh ke kehidupan Max. "Jadi aku akan mempunyai seorang adik?" tanya seorang anak kecil, tiada lain ialah Aidan. Sirat bahagia serta antusias ternyata juga membubuhi hati anak itu, membuat Jharna dan Max menganggukkan kepalanya serentak. "Wah, akhirnya!" "Apa kau sangat senang?" Max menggali sedikit kejujuran sang anak. Tentunya Aidan tanpa berbohong mengangguk semangat. "Sangat, sangatlah senang, Ayah!" "Aku berjanji akan menjadi seorang kakak yang baik," lanjutnya tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi susu. Max menoleh ke Jharna. Jharna memahaminya pun mengusap sayang lengan kekar nan kokoh tersebut, pertanda semuanya dapat berjalan lancar. Rasa haru sulit Max bendung, tapi kali ini dia

  • Menikahi Tuan Maximilian   Bab 45

    "Hmm, pagiku disambut dengan berita terbaru ini—adalah hiburan," gumamnya menonton tayangan televisi. Kedua lesung pipinya tampak terbentuk, setelah sadar ulah siapa atau dalang di balik berita menggemparkan jagat media. Di luaran sana pasti khalayak telah menggunjing habis-habisan dua orang itu. Apa lagi dia tahu wanita di dalam berita, yang tengah menjadi sorotan perbincangan panas. Dia hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir. Ada untungnya sempat menurut oleh pria itu, kalau tidak, semua keburukan yang dirinya sembunyikan bertahun-tahun akan terbongkar dengan cara melebihi kasus perselingkuhan sekaligus hal mengejutkan lainnya seperti di berita pagi ini. Ya, setidaknya menuruti keinginan ego adalah pilihan terbaik, ketimbang mengutamakan perasaan sendiri. "Mau bagaimana lagi, aku masih mencintai Jharna. Sekeras aku menepis kenyataan dan berusaha melupakannya, bagian terbaik ialah mencoba meletakkan dirinya di lubuk hati terdalam. Meski aku tersiksa sendirian, namun bayan

  • Menikahi Tuan Maximilian   Bab 44

    Setelah sekian lama tidak memberi waktu pada dirinya sendiri, terutama mengistirahatkan mentalnya agar selalu terkendali dengan baik, Jharna kini tahu permasalahan tersebut selama dirinya sudah menerima Max kembali. Tanpa sadar dia menyisihkan celah buat mengaturnya sesuai keinginannya sendiri. Memanipulasi car berpikirnya dan tak serta-merta turut andil dalam permainan emosi. Sehingga menciptakan ruang di hati Jharna supaya mau terbuka, terlebih memaafkan atas kesalahan pria selaku suaminya. Entah itu perbuatan masa lalu atau masa sekarang yang tengah mereka jalani. Rasanya helaan napas berat adalah isyarat kurang tak nyaman, gambaran tepat mengenai suasana hati. Bahkan, raut wajah tanpa ekspresi enggan sekali menampilkan sedikit empati. Sayangnya, semua tidak bertahan lama. Jharna mempunyai sisi berpasrah serta firasatnya mengatakan, harus mau bersabar menghadapi Max. Dikarenakan pria itu pintu masuk penderitaan juga pintu keluar menuju kebahagiaan. Dia harap pun begitu. "Apa

  • Menikahi Tuan Maximilian   Bab 43

    Pada malam harinya di restoran mewah berbintang lima. Max memutuskan mengajak Jharna menikmati suasana malam, hitung-hitung melepaskan penat setelah rasa letih mempengaruhi akibat kegiatan di kantor memuakkan. Rencananya Max mengajak Jharna ke tempat lain selain restoran nantinya. Jharna sendiri menuruti apa kemauan Max, sampai keduanya tak perlu pulang dan hanya membersihkan diri di kamar pribadi milik Max di ruang kerjanya. Terlebih, di sana sudah tersedia sebuah gaun indah nan anggun. Sama sekali tidak menunjukkan desain lekukan tubuh berlebih, tampak sangat sopan seperti gaun formal. Kini Jharna telah siap. Wajahnya di poles tipes dengan riasan sederhana, di tambah max juga baru keluar dari kamar mandi, mampu mengalihkan sebentar pandangan Jharna. "Apa gaun ini kau yang memilihnya?" Max berjalan menghampiri sang istri sembari mematri senyuman di bibirnya. "Tentu, khusus untukmu, hanya boleh aku menilai seberapa layak pakaian melekat di tubuh ini. Sekarang kau adalah istriku,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status