Tidak ada pilihan lain selain Tom yang harus keluar dari sana dan Lisa akan membersihkan kamar tamu yang terlihat begitu berdebu. Dia kini berdiri di lorong kamar, tegak, melamun, memandang dinding pintu, dan penasaran apa yang akan terjadi jika di memberitahu Martin. Kepalanya berkecamuk walau wajahnya tampak tenang, nafasnya pelan, dan suasana dingin mencekam. Angin semakin kencang serta hujan semakin deras membuatnya merasa kedinginan dengan penolakan Lisa yang membuat Tom lebih tercekik. “Tom?” Dialihkanlah pandangan Tom ke arah Martin yang tiba-tiba muncul, tangannya masihembab dan basah menandakan bahwa dia sudah selesai mencuci piring. “Martin.” “Kenapa di luar?” “Lisa ada di dalam, dia membersihkan kamar.” Dia tersenyum, “Tidak mungkin kan kalau aku berada di dalam berduaan dengan putrimu.” Martin tertawa kecil, dia mendekat ke arah Tom lalu berkata juga, “Memangnya apa yang bisa kalian lakukan jika berduaan? Lisa pasti akan sangat canggung dan malu-malu, dan aku pikir
“Ah, apa kau sudah mencuci semua piring, Lisa?” Martin yang tiba-tiba berdiri dan membuat Tom kembali menarik tangannya sendiri dari Lisa. “Hmm belum, Ayah.” Lisa tampak gugup. “Aku akan lanjutkan saja cuci piringnya.” Dia hendak pergi tetapi Martin menahannya, “Tidak, Ayah saja. Kau temani saja Om Tom ke kamar tamu, bersihkan tempat tidurnya.” “Aku?” Lisa menoleh pada Tom sementara Tom menginginkan momen ini. “Ayah tidak terbiasa membersihkan tempat tidur, Lisa, kau ingin tamu kita tidur di tempat yang berdebu?” Sementara ayah dan anak itu berdebat, Tom tampak menikmatinya dengan senyum tipis, lalu Lisa, mau tidak mau harus melakukannya. “Baiklah.” Yang akhirnya membuat gadis itu meninggalkan ruang tamu sementara Tom mengikut di belakang gadis itu. Martin sendiri menuju dapur membersihkan sisa-sisa piring kotor yang ada di wastafel. “Apa kamarnya cukup berdebu, Lisa?” Tom berjalan pincang di belakang Lisa yang mengencangkan ritme langkahnya. “Jika sangat berdebu, kenapa aku t
“Ah, apa kau sudah mencuci semua piring, Lisa?” Martin yang tiba-tiba berdiri dan membuat Tom kembali menarik tangannya sendiri dari Lisa. “Hmm belum, Ayah.” Lisa tampak gugup. “Aku akan lanjutkan saja cuci piringnya.” Dia hendak pergi tetapi Martin menahannya, “Tidak, Ayah saja. Kau temani saja Om Tom ke kamar tamu, bersihkan tempat tidurnya.” “Aku?” Lisa menoleh pada Tom sementara Tom menginginkan momen ini. “Ayah tidak terbiasa membersihkan tempat tidur, Lisa, kau ingin tamu kita tidur di tempat yang berdebu?” Sementara ayah dan anak itu berdebat, Tom tampak menikmatinya dengan senyum tipis, lalu Lisa, mau tidak mau harus melakukannya. “Baiklah.” Yang akhirnya membuat gadis itu meninggalkan ruang tamu sementara Tom mengikut di belakang gadis itu. Martin sendiri menuju dapur membersihkan sisa-sisa piring kotor yang ada di wastafel. “Apa kamarnya cukup berdebu, Lisa?” Tom berjalan pincang di belakang Lisa yang mengencangkan ritme langkahnya. “Jika sangat berdebu, kenapa aku t
Makan malam di rumah Tuan Braun yang saat ini bertambah satu anggota meja makan, Thomas Archer yang duduk di antara ayah dan putrinya, Martin dan juga Lisa. “Sudah sekian lama aku tidak ikut makan malam bersama mu, Mart.” Tom yang sekarang terlihat menikmati makan malamnya. “Kau yang memasak semua ini? Luar biasa.” Tom menyanjung dan Martin tersanjung. Sementara Lisa, dia berkespresi datar dan tak mengatakan apa pun di meja makan. “Sebenarnya kami menyewa seorang pembantu, hanya saja dia sakit-sakitan dan aku tidak sempat untuk mencari pembantu baru, jadi ya, aku harus memasak sendiri, kadang Lisa juga membantu,” jelasnya sembari tertawa kecil dengan pipi merona. “Benarkah Lisa?” Tom mengangkat pandangannya pada Lisa, berniat menggoda gadis itu tetapi Lisa hanya membalas dengan tatapan tajam. “Aku pikir Om tahu kalau aku sering masak di rumah. Kenapa harus bertanya?” Ucapan Lisa, dengan nada suara sinis membuat Martin menyipit heran pada putrinya. Dia bertanya-tanya kenapa akhir
Karena dia tidak dapat mengemudi sendiri, Tom memanggil taksi dan membawanya ke rumah Martin Braun dengan dalih meminta cap stempel, waktu itu sudah sore, nyaris malam tetapi Tom tidak peduli, istrinya juga belum pulang dari terapi kakinya, Annie juga tidak terlihat dan Lucas, dia tahu bahwa putranya itu sedang menikmati hari dengan Lisa Braun, kekasih gelap Tom. Hanya beberapa menit dibutuhkan untuk dia sampai di hadapan rumah sahabatnya, atau di hadapan rumah kekasih gelapnya. Dia membayar taksi dengan beberapa lembar uang lalu keluar dari sana dengan kaki pincang dan tongkat, sedikit merapikan pakaiannya dengan harapan dia akan lama di rumah itu. Dia mengetuk pintu dan tak lama setelahnya Martin Braun membuka pintu itu dari dalam. “Tom, oh aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini,” kata Martin dengan senyum, “Masuklah dulu, akan aku siapkan teh hangat.” Tom Archer kemudian masuk tanpa menyatakan apa pun, dia menatap seisi rumah dan tak melihat Lisa di mana pun dan dia t
“Terima kasih Lucas,” ucapku pada Lucas yang sekarang mengantarku pulang, “Kau tidak ingin masuk dulu, ketemu ayah?” Aku bertanya lagi tetapi dia menggelengkan kepala. “Tidak, aku ada beberapa pertemuan lagi, sayang, jadi aku minta maaf nggak bisa terima tawaran kamu, maaf ya sayang.” Suara Lucas tertekan tetapi aku hanya tersenyum tipis dan berkata padanya, “Baiklah.” Lalu dia memajukan wajahnya padaku dan kami berciuman dalam sesaat hingga akhirnya aku keluar dari mobil itu berdiri di pinggir jalan dan melambai saat mobil yang dikendarainya sudah bergerak menjauh. Aku segera berjalan masuk ke halaman rumah setelah Lucas sudah tak terlihat, dan sekarang berdiri di teras rumah. Tok, tok, tok! Suara ketukan pintu saat aku berdiri di hadapan pintu dan aku menunggu di depan pintu sampai pintu itu akhirnya terbuka dari dalam dan betapa terkejut aku saat melihat Thomas Archer sekarang berdiri di hadapanku. “Hai Lisa, selamat datang.” Aku sedikit menganga tipis, saat kami sekarang in