Max terkejut melihat sosok wanita yang dikenalnya sedang mengendap-endap untuk mencuri dengar pembicaraan orang tuanya. Sudah hampir satu minggu tak bertemu secara pribadi, Max tentu heran mendapati Sasha tiba-tiba ada di tempat itu.
“Max …,” panggil Sasha gugup, lalu segera bersikap seolah kebingungan. “Kupikir, kau juga ada di dalam sana.”
Max mendekati Sasha dengan langkah tegap. Sorot mata penuh gairah yang biasa dia tunjukkan kepada wanita itu, kini tak terlihat.
Sejak melihat Sasha bersama pria lain, Max enggan memanggil Sasha untuk melayani dirinya. Kendati demikian, Sasha masih berusaha merayu di setiap ada kesempatan.
Max dengan tegas menolak dan menganggap Sasha seperti karyawan yang tidak berarti apa pun baginya. Dia justru kerap kali menunjukkan ketertarikan pada karyawan wanita lain yang cukup dekat dengan Sasha.
“Kenapa kau ada di sini? Apa yang akan kau lakukan? Apa kau ingin menemui orang tuaku untuk memeras kami?” geram Max selagi menatap Sasha dengan sorot menga