Aneh, pikir Gao Tian saat mendengar perkataan Xuanwu. Tetapi sekali lagi, dia masih ragu perjumpaannya dengan lelaki itu riil. Namun, dia berucap singkat.
“Baik, Tuan Xuanwu.”
Jawaban Gao Tian membuat Xuanwu kembali tersenyum sangat tipis. Selanjutnya, mereka melakukan apa yang diminta oleh lelaki dengan rambut panjang molek tertata dengan aksesoris cantik tersebut.
Keduanya bertukar piring. Lengan mereka telah terbelit satu sama lain. Sebelum saling menenggak darah, Xuanwu kembali berkata.
“Bersiaplah untuk menjadi yang terkuat, Gao Tian.”
“Terima kasih untuk bantuanmu, Tuan Xuanwu,” balas Gao Tian.
Bagai sudah saling tahu, dengan kompak Gao Tian dan Xuanwu menuangkan darah yang berada dalam piring mereka ke dalam mulut.
Sebetulnya apa yang mereka lakukan adalah budaya wajar bagi dua orang yang tidak memiliki hubungan apapun, ingin menjalin sumpah persaudaraan.
Xuanwu berujar dalam hati. “Anak bodoh. Dia mau melakukan apa saja demi menjadi kuat. Jika penyatuan ini gagal, dia bisa mati dan aku akan tetap tersegel. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi.”
Baik Gao Tian dan Xuanwu meneguk darah mereka. Begitu tetesan darah dalam piring Guo Tian tiris, kesadarannya seolah tergugah.
Gao Tian yang tengah terbaring dalam gua terjaga. Seolah lupa bahwa sebelum ini tubuhnya meriang dan terasa ngilu, dia langsung bangkit.
“Apa aku bilang, aku hanya bermimpi,” katanya pada dirinya sendiri.
Draaak …!
Seketika itu, Gao Tian terkejut. Batu nisan yang berada di depan dia terpecah dengan sendirinya. Tak memahami apa yang terjadi, gua tempat dia berada terguncang. Bebatuan yang terdapat pada langit-langitnya mulai berjatuhan.
“Celaka, tidak mau juga aku mati di sini!” seru Gao Tian panik.
Dengan segera Guo Tian berlari keluar dari gua tersebut. Begitu dirinya berada di luar, mulut gua itu pun roboh dan tertutup.
“Fiuh …, untung saja. Jika tidak, aku—”
Bersyukur dia dapat keluar dari dalam gua itu, Gao Tian baru menyadari. Efek samping dari jurus yang dikerahkan oleh Liu Tong sudah tidak lagi ia rasakan. Badannya sudah prima seperti sedia kala.
“Ak-aku …, sudah pulih? Apakah …, jadi … aku bukan bermimpi? Semoga saja begitu dan Xuanwu akan menepati janjinya. Meskipun aku juga harus menurut pada dia. Tapi benarkah yang aku alami barusan nyata?” pikir Gao Tian seraya beranjak karena hujan telah berhenti.
Di tempat ia berada. Xuanwu telah kembali duduk di tahtanya. Dia memangku kaki. Tangannya menopang kepala, dengan jemari di sekitar bibir. Dia terkekeh.
“Huehehe … hehehe … hahahaha!” Xuanwu tertawa kemudian ia berkata-kata sendiri. “Tak kuduga. Aku sama sekali tidak menyangka. Gao Tian. Siapa kamu? Kau tetap hidup dan kini aku berada dalam dirimu.”
Merasa bersemangat, Xuan Wu bangkit dari tempat ia duduk. “Keinginanmu akan terkabulkan, Dik. Kau akan menjadi kuat dan aku, Xuanwu telah bebas. Wahai dunia persilatan, kalian akan tahu. Si Raja Iblis telah kembali … hahaha … hahahaha!”
Sementara itu. Setelah santap bersama di sebuah kedai dan menunggu hujan reda, Xiao Mei dan Liu Tong berjalan pulang.
Beberapa kali terlihat, Liu Tong mengibaskan tangan kanannya yang ia gunakan untuk melepaskan teknik Cakar Api Beracun.
“Apa yang terjadi dengan tanganmu, apa ada yang salah dengannya?” tanya Xiao Mei dingin.
“Tidak. Aku hanya …, mungkin, aku menggunakan teknikku dengan cara yang salah barusan. Sangking gemasnya aku pada pemuda lemah itu,” Liu Tong menjelaskan seraya tersenyum. Ia kembali menggerak-gerakkan jemarinya, memutar-mutar sendi pergelangan.
Dia sendiri terheran-heran. Ketika dirinya melepaskan salah satu teknik andalannya tersebut, Liu Tong bisa merasakan. Badan Gao Tian seperti melindungi pemuda itu dari serangannya.
Begitu Cakar Api Beracun mendera tubuh Guo Tian, bagai ada pancaran kekuatan yang menyengat balik pada Liu Tong. Sekarang, jari-jemari dan lengannya terasa pegal akibat pertahanan tubuh Gao Tian tersebut.
Selin itu, Liu Tong juga terheran-heran. Lawannya masih mampu berkata-kata. Malahan, Gao Tian dapat bangkit meskipun lemah. Biasanya, orang yang terkena Cakar Api Beracun akan langsung merasakan sekujur tubuhnya panas diiringi sesak napas.
Mereka tidak mampu bangkit berdiri karena tubuh mereka meriang diiringi pegal-pegal. Tetapi tadi, Gao Tian bahkan masih bisa melangkah pergi.
“Oh, ya, Liu Tong …,” ucap Xiao Mei yang berjalan agak di depan rekannya.
“Ada apa, putri cantikku?” jawab Liu Tong segera.
“Baru saja aku berniat mengatakan padamu. Tolong, berhentilah menyebutku dengan sebutan-sebutan manis itu. Kau dan Gao Tian sama saja. Kalian bukan siapa-siapa bagiku. Jadi, tidak usah memanggilku dengan julukan yang berlebihan.”
“Oh …, begitu. Ba-baiklah, Xiao Mei. Maaf, a-aku … hanya ingin menganggapmu istimewa.”
“Tidak perlu. Hanya orang yang aku anggap istimewa pulalah yang boleh memanggilku seperti yang dilakukan olehmu.”
Tidak ada yang tahu. Di balik paras cantik dan pembawaannya yang supel lagi ramah, sebetulnya Xiao Mei merupakan sosok yang angkuh. Bahkan Liu Tong yang sudah akrab dengan Xiao Mei tidak menyadari akan hal itu.
Xiao Mei kembali berkata, “Setelah kita pulang nanti, tidak usah kita bertemu lagi. Mulai lusa, aku akan berguru di Institut Bukit Elok. Agak jauh memang. Tapi ayahku kenal baik dengan guru besarnya. Tinggalkan aku dan tidak usah lagi kau menghubungi diriku.”
Mendengar perkataan Xiao Mei tersebut, Liu Tong hanya bisa menoleh ke arah perempuan muda di sebelahnya dengan lesu. Ia terkejut dengan sikap yang ditunjukkan si gadis bangsawan.
Dia sama sekali tidak menyangka Xiao Mei akan berkata seperti itu. Padahal, keduanya sudah berteman dengan baik. Malahan, Liu Tong menilai bahwa hubungan mereka sudah cukup dekat.
Dirinya rela bertarung dengan Gao Tian karena ia menganggap Xiao Mei semacam mengadu padanya bagaimana Gao Tian telah mengaku dirinya dan putri Su itu memiliki hubungan istimewa.
Tapi sekarang, Liu Tong dapat merasakan bagaimana Xiao Mei juga telah menghardik dia dari sisi gadis cantik jelita tersebut.
“B-ba-baiklah …, Xiao Mei,” ucap Liu Tong canggung dengan tertunduk. Xiao Mei melangkah mendahuluinya.
Lagi-lagi, Liu Tong menggerak-gerakkan jemarinya yang terasa pegal. Sia-sia sudah dia mengerahkan Cakar Api Beracun terhadap Guo Tian. Karena kini, dirinya sendiri bernasib serupa dengan anak itu.
“Gao Tian tidak memiliki kekuatan spiritual. Tetapi … mengapa dia mampu—, masa bodoh! Sekarang Xiao Mei juga sepertinya membenciku!” keluh Liu Tong dalam benaknya.
Kembali pada Gao Tian. Dia terus berjalan menuju ke markas sekte Tujuh Bintang Kejora. Kepalanya tidak terlalu memikirkan perjanjiannya dengan Xuanwu. Dia malah terus-terusan terkenang akan Xiao Mei yang tidak akan lagi berlatih di perguruannya.
Set!
Set!
Melamun karena memikirkan Xiao Mei, saat itu Gao Tian terkesiap tatkala muncul sosok-sosok yang mengelebat ke arahnya.
“Sembarangan bagaimana maksudmu?!” balas si nenek cuek.Dia terlihat tersenyum lega malahan girang. Seolah, dia merasa puas. Karena, selesai melakukan tugasnya dengan baik. Sudah mulai bungkuk, dia masih berjalan penuh kepercayaan diri. Malahan, gagah walau lambat.“Nenek menyebut pendekar muda Bintang Kejora itu sebagai Tuan Muda Gao di hadapan Nona Su dan Tuan Muda Fang. Aku hanya khawatir, mereka berdua merasa tersinggung karena ada rakyat biasa yang disebut demikian,” ujar sang cucu lagi.“Rakyat biasa? Dia bukan warga sipil, cucuku. Tuan Muda Gao merupakan saudara sumpah mereka sejak ribuan tahun. Tak mungkin mereka merasa demikian. Lagi pula, anak itu memang adalah seorang Gao!”Walau merasa neneknya bertingkah agak aneh, sang cucu tersenyum jenaka. Menurut dia, neneknya memang melakukan hal yang lucu.“Bagaimana bisa Nenek merasa yakin bahwa dia adalah seorang Gao?” tanya si cucu. Wajahnya menjadi kocak karena ingin mencandai neneknya.“Wajahnya. Aku dapat memastikan. Pahatan t
Tiba-tiba kedengaran suara seorang ibu tua memanggil-manggil. Semestinya, orang yang pantas untuk dipanggil demikian adalah Fang Fenglei atau Lai Chun Ho.Akan tetapi secara mengejutkan, ibu tua yang mulai bongkok itu berjalan buru-buru mendekat pada Xiao Mei dan Gao Tian.“Tuan Muda …!”Sebetulnya Gao Tian juga Xiao Mei telah mendengar suara ibu tua tersebut memanggil-manggil. Akan tetapi, keduanya mengira ia memanggil si Kakak Pertama.Namun ternyata, ia mendatangi Gao Tian hingga meraih dan menarik baju murid Tujuh Bintang Kejora tersebut.“Tuan Muda Gao …!”Sontak, Gao Tian menoleh ke belakang. Wanita tua yang ia terka mungkin sudah berada di atas 80 tahun malahan mungkin 90-an itu menatap tersenyum padanya.Bukan senyum biasa. Dia memandang Gao Tian bak melihat cucunya sendiri, begitu penuh welas asih bahkan riang.“Tuan Muda Gao, aku sudah melihatmu dari kejauhan sejak tadi, ini
Menurut Xiao Mei, kehadiran Fenglei justru bakal menjadi penetralisir kencan dia dengan Gao Tian. Ia bisa menyembunyikan dari Chun Ho bahwa sebetulnya dia dan si Bintang Kejora sudah membuat janji makan siang bersama terlebih dahulu.Pengakuan Gao Tian membuat Xiao Mei tersenyum. “Tidak mengapa. Biar Kakak Pertama ikut bersama kita,” kata dia ceria.“Sebetulnya …, aku berjanji akan mentraktir dia. Karena, paman dan bibimu memberiku upah yang lumayan …”“Tidak perlu kau mentraktir Kakak Pertama. Biar aku saja yang membayarnya nanti!” Xiao Mei menyerobot kata-kata Gao Tian.“Ya sudah, berarti aku yang akan membayar bagianmu,” sambut Gao Tian mengusulkan dengan tersenyum cerah. Akan tetapi, Xiao Mei malah cemberut.“Aku yang mengajakmu untuk makan siang bersama sebagai imabalan kamu dapat memusnahkan roh jahat malam itu, Gao Tian. Jadi, tidak usah kau mengeluarkan uang buatku!” sergah Xiao Mei galak.Gao Tian hanya bisa menurut pada gadis bangsawan yang ada di hadapannya. Xiao Mei memand
Serasa melihat dewi yang turun dari langit, Chun Ho tersenyum pada Xiao Mei penuh keterkaguman, lantas dia berucap, “Kau cantik sekali hari ini.”Dipuji oleh Chun Ho, Xiao Mei malah agak kikuk. Nyaris saja dia menkuk wajah karena tak mampu menyembunyikan demi siapa dia tampil paripurna sedemikian rupa.Meski begitu, sang putri Su terpaksa tersenyum anggun, lalu membalas, “Aku adalah seorang putri Su. Sudah seharusnya aku tampil seperti ini.”“Xiao Mei …, apakah … kamu ada kesibukan?” tanya Chun Ho bagai ragu pada wanita yang tengah disanding-sandingkan oleh keluarganya dengan dirinya tersebut.Ingin rasanya Xiao Mei ‘mengusir’ Chun Ho dengan menyampaikan bahwa hari itu ia memiliki janji. Akan tetapi, Xiao Mei tahu. Diam-diam di ruang sebelah, ayah dan ibunya pasti menyimak.Memang benar. Su Yu Ping dan Liao Bi berusaha menyimak obrolan anak perempuan mereka dengan Chun Ho.Terpaksa, Xiao Mei menjawab pertanyaan si Kesatria Bukit Elok. “Sebetulnya, aku berencana untuk keluar memang …”
Begitu ucap Pendeta Fu setelah Zi Qi menyampaikan apa yang terjadi saat mereka berhadapan dengan Ruo Gang. Sang pendeta berkata lagi.“Namun setidaknya, ia tidak seperti ingin menunjukkan bahwa dirinya telah memiliki kekuatan spiritual atau juga tanda-tanda memberontak pada sekte atau apapun. Setidaknya, itu merupakan pertanda bahwa didikan kalian dipegang teguh dengan sangat baik oleh dia.”“Terpujilah para dewa apabila ajaran kami tertanam dalam dirinya,” sambut Tan Guan Ming. “Kemudian semalam, sepertinya ia sudah mengusir roh jahat dalam gua tersebut. Itu berarti, dia menggunakan kekuatan spiritualnya untuk kebajikan.”Semalam, Gao Tian telah melaporkan dan mendapat rekomendasi dari Xiao Mei. Bahwa, insiden supranatural Raja Kalajengking Iblis atau disebut ‘teror hantu kalajengking’ telah diselesaikan. Lucunya, Gao Tian mengaku bahwa ternyata, roh jahat itu takut pada jimat yang diberikan Zi Qi.Terang saja, para gurunya langsung tahu. Gao Tian yang berhasil mengalahkan kalajengki
“Ha…?”Lucu. Gao Tian yang berpembawaan kalem melongo melihat sosok wanita yang ada di hadapannya. Bukan apa-apa, Huanzu saat itu muncul tanpa berpakaian sedikitpun.Kulit putih dan tonjolan-tonjolan pada tubuhnya terekspos. Rambutnya tertata cantik dengan aksesoris indah pada kepalanya. Dia mengenakan anting-anting berbandul hijau.Bibirnya berwarna hijau cerah, bahkan kuku-kuku baik tangan maupun kaki Huanzu juga berwarna hijau.“Hai, adik kecil, bagaimana. Apakah kamu suka melihatku?” ucap Huanzu. Dia berpose dengan menekuk sebelah lutut, sementara berkacak pinggang.Sebagai laki-laki sejati, sudah barang tentu tubuh Gao Tian bereaksi melihat pemandangan indah yang ada di hadapannya.Akan tetapi, ia sadar. Yang dia lihat merupakan sosok roh jahat wanita. Selain itu hingga saat ini, mungkin hanya tubuh indah Xiao Mei yang merupakan wujud yang sangat ideal baginya.Terutama saat itu, Gao Tian sedang merasa riang. Nanti siang, dia akan makan bersama dengan Xiao Mei. Sehingga, dia tida