Share

4. Gerombolan Bayangan Tengkorak

Penulis: Lucky Number 12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 11:22:34

Empat orang berpakaian hitam juga merias wajah mereka melesat dari pohon ke pohon. Dua diantaranya mendarat dekat Gao Tian dan lanjut berlari kencang ke arah dia.

“Minggir, bocah!”

Buk!

Buk!

Salah satu dari orang berkedok itu mendorong Gao Tian. Sehingga, tubuhnya tersontong dan yang satu lagi menabraknya.

Bluk!

Serta-merta, baik Gao Tian dan orang yang beradu dengannya terjatuh. Gao Tian masih terbaring di tanah, sedangkan pria yang bertabrakan dengannya langsung bangkit.

“Anak berengsek, kau menghalangi jalanku!”

Tanpa bersuara, Gao Tian mengeluh. Alangkah tidak beruntungnya dia hari itu. Setelah dihajar oleh Liu Tong hingga meriang, dia nyaris kehujanan.

Tidak cukup sampai di situ, dirinya hampir saja terkubur dalam sebuah gua. Kini, sekelompok orang membuat ia kembali terjerembab di tanah.

Kembali bangkit berdiri, Gao Tian berucap, “Maafkan aku, paman-paman. Aku tidak melihat …”

“Kau taruh di mana matamu itu, hah …?!” bentak orang yang dibuat jatuh oleh Gao Tian, tanpa menunggu lawan bicaranya selesai bertutur.

Sejenak, Gao Tian memperhatikan para lelaki tersebut. Dua diantaranya memikul karung besar pada pundaknya masing-masing. Wajah mereka tersamarkan oleh rias wajah berbentuk tengkorak.

Saat itulah dia menyadari. Dari dandanan mereka, sudah dapat dipastikan orang-orang tersebut berasal dari kelompok bandit yang menamakan diri mereka Gerombolan Bayangan Tengkorak.

“Ada-ada saja … bisa-bisanya aku berhadapan dengan para Bayangan Tengkorak. Mereka pasti baru saja mencuri atau melakukan perampokan entah di mana!” batin Gao Tian risau.

Gerombolan Bayangan Tengkorak merupakan perkumpulan penjahat yang ditakuti oleh warga sekitar tempat Gao Tian berada.

Aksi mereka sudah barang tentu membuat masyarakat resah. Tapi yang menjadi penyebab utama mengapa orang berhati-hati terhadap kelompok itu adalah karena ilmu bela diri para anggotanya bisa dikatakan tinggi-tinggi.

“Sekali lagi, aku mohon maaf paman-paman. Aku permisi,” ucap Gao Tian seraya merundukkan kepala. Tanpa berkata-kata lebih lanjut, ia segera membalikkan badan dan bermaksud melenggang pergi.

“Hey, tunggu dulu!”

Salah satu anggota Bayangan Tengkorak menyergah. Dua orang yang berada dekat Gao Tian segera menghalangi jalannya.

Pria yang membuat Gao Tian berhenti melangkah mendekati dia. Laki-laki tersebut memandangi Gao Tian dengan seksama.

“Dilihat dari pakaianmu, sepertinya … kamu adalah murid Sekte Tujuh Bintang Kejora. Benar, bukan?”

Seketika itu Gao Tian mematung. Ia mengehela napas. Sudah barang tentu dirinya mengenakan baju berwarna merah gelap berpadu warna biru pada kerah, pergelangan dan sabuk, yang menandakan ia datang dari salah satu sekte yang disegani di daerah mereka.

Baik sekte Tujuh Bintang Kejora maupun sekte-sekte lain di Negeri Pertama berperan aktif dalam memelihara keamanan di wilayah tempat mereka berdiri.

Sedangkan Gerombolan Bayangan Tengkorak beraksi di sekitar daerah Lembah Merah, tempat di mana perguruan Gao Tian berada. Hal itu membuat keduanya menjadi musuh bebuyutan.

Sekarang, Gao Tian yang merupakan murid sekte Tujung Bintang Kejora berhadapan dengan anggota rival mereka.

“Aku masih ingat bagaimana salah satu gurumu membantai teman-teman kami, Nak. Meskipun itu 2 tahun yang lalu, perstiwa tersebut membekas dalam hati kami!” salah satu orang yang menghadang Gao Tian berkata-kata.

“Gara-gara kalian, selama 2 tahun ini kami mengurangi beraksi di daerah timur ini dan selalu ke arah barat …”

“Teman-teman, sepertinya kita mendapat mangsa.”

“Bagaimana kalau kita bunuh dia dan kirim kepalanya ke Balai Riung Kejora Merah sebagai pesan bahwa Bayangan Tengkorak tidak takut terhadap para Bintang Kejora?!”

Begitu dia menyelesaikan kata-katanya, orang yang berujar barusan langsung menyerang Gao Tian. Teman-temannya mengikuti. Sudah pasti, Gao Tian tidak diam saja. Ia menyambut agresi yang tertuju padanya.

Selama beberapa saat, Gao Tian lebih banyak mengelak dan menangkis. Namun sesekali, dia melepaskan serangan balasan. Setelah berusaha mengeroyok Gao Tian, para pria dengan rias tengkorak pada wajah itu berhenti.

“Kenapa kamu menghindar terus, anak muda?”

“Apakah kau takut pada kami?”

Sejujurnya, ya. Gao Tian takut-takut dalam menghadapi lawannya. Bukan berarti dia ciut. Beberapa saat yang lalu, dia baru saja bertarung dengan salah satu murid paling tangguh dari sekte Amukan Penguasa Api.

Yang membuat Gao Tian tidak lepas dalam menghadapi lawan-lawannya adalah karena dia tidak memiliki kekuatan spiritual. Begitu para musuh mengerahkan kemampuan spiritual mereka, sudah barang tentu dirinya akan kalah.

“Ayo, jangan takut. Kerahkan seluruh kemampuanmu …”

“Kami ingin melihat seberapa hebat pendekar Tujuh Bintang Kejora sebenarnya …!”

Untuk sejenak, 4 orang yang wajahnya bersolek layaknya tengkorak itu mengambil kuda-kuda dan mengerahkan teknik pernapasan. Mereka mulai menegrahkan qi. Sesudahnya, empat-empatnya kembali menyerbu Gao Tian secara bersamaan.

Terpaksa, Gao Tian mengerahkan kemampuannya. Soal pertarungan tangan kosong, Gao Tian sama sekali tidak khawatir dirinya kalah.

Tumbuh besar di Balai Riung Kejora Merah, sudah barang tentu ilmu bela diri Gao Tian tidak kalah dari para murid-murid di sana. Cara dia mengolah qi juga setara dengan para senior.

“Tetapi jika tiba saatnya musuh-musuhku ini menggunakan ilmu spiritual, aku harus segera mencari celah untuk lari dari pertarungan!” Gao Tian mewanti-wanti dirinya sendiri.

Benar saja. Gao Tian mampu mengatasi lawan-lawannya. Empat orang yang mengerubuti dia terkena tendangan maupun pukulannya. Untuk yang kedua kali, mereka menghentikan serangan.

“Ternyata boleh juga kemampuan bela dirimu itu, bocah!”

“Tapi apakah kamu memang sehebat itu?”

Set!

Tidak memiliki kemampuan spiritual membuat Guo Tian lengah. Ia baru menyadari. Salah satu anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak telah menggunakan kekuatan spiritual. Tahu-tahu saja, satu dari 4 lelaki itu sudah berada di hadapannya.

“Jurus Tinju Peremuk Tulang!” ucap salah satu lawan Guo Tian.

“Gawat, aku tidak sempat …”

Pada tahtanya, Xuanwu duduk tenang dengan gaya malasnya. Kedua tangannya terbuka melebar di depan wajah, jari jemarinya bertemu.

Sejak tadi, Xuanwu yang bersemayam dalam diri Gao Tian menyaksikan semuanya. Rupanya, bagaimana Gao Tian menghadapi musuh-musuhnya membuat si Raja Iblis terkesan.

Tersenyum tanpa menunjukkan gigi, Xuanwu berucap, “Ternyata kamu tidak sebodoh itu, Dik Gao Tian. Kau hanya tak sekuat itu. Baiklah. Tiba saatnya aku untuk memenuhi janjiku padamu. Tsk …! Lawan-lawanmu hanya cecunguk macam begini pula.”

Deps!

Bhuast!

Jangankan ketiga anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak. Bahkan Gao Tian sendiri terkejut. Sebelumnya, ia sudah siap kembali terkena serangan yang mengandung kekuatan spiritual setelah jurus milik Liu Tong tadi.

Namun yang terjadi di luar perkiraan Gao Tian. Musuh yang bermaksud mendaratkan tinju pada perutnya tahu-tahu saja terpental hingga tujuh meter jauhnya dari tempat Gao Tian berdiri.

Brugh!

Terempas di atas tanah, orang itu terguling-guling. Gao Tian yang tak menyangka dia dapat melakukan hal seperti itu terperangah.

“Kitab Penguasa Dunia Kelam, Teknik Tembok Kuil Terlarang Tingkat Pertama: Raga Pelindung Jiwa.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Kesatria Iblis Tanpa Tanding   100. Iblis Dalam Diri Penguasa Barat

    “Sembarangan bagaimana maksudmu?!” balas si nenek cuek.Dia terlihat tersenyum lega malahan girang. Seolah, dia merasa puas. Karena, selesai melakukan tugasnya dengan baik. Sudah mulai bungkuk, dia masih berjalan penuh kepercayaan diri. Malahan, gagah walau lambat.“Nenek menyebut pendekar muda Bintang Kejora itu sebagai Tuan Muda Gao di hadapan Nona Su dan Tuan Muda Fang. Aku hanya khawatir, mereka berdua merasa tersinggung karena ada rakyat biasa yang disebut demikian,” ujar sang cucu lagi.“Rakyat biasa? Dia bukan warga sipil, cucuku. Tuan Muda Gao merupakan saudara sumpah mereka sejak ribuan tahun. Tak mungkin mereka merasa demikian. Lagi pula, anak itu memang adalah seorang Gao!”Walau merasa neneknya bertingkah agak aneh, sang cucu tersenyum jenaka. Menurut dia, neneknya memang melakukan hal yang lucu.“Bagaimana bisa Nenek merasa yakin bahwa dia adalah seorang Gao?” tanya si cucu. Wajahnya menjadi kocak karena ingin mencandai neneknya.“Wajahnya. Aku dapat memastikan. Pahatan t

  • Pembalasan sang Kesatria Iblis Tanpa Tanding   99. Keturunan Terakhir Dinasti Gao

    Tiba-tiba kedengaran suara seorang ibu tua memanggil-manggil. Semestinya, orang yang pantas untuk dipanggil demikian adalah Fang Fenglei atau Lai Chun Ho.Akan tetapi secara mengejutkan, ibu tua yang mulai bongkok itu berjalan buru-buru mendekat pada Xiao Mei dan Gao Tian.“Tuan Muda …!”Sebetulnya Gao Tian juga Xiao Mei telah mendengar suara ibu tua tersebut memanggil-manggil. Akan tetapi, keduanya mengira ia memanggil si Kakak Pertama.Namun ternyata, ia mendatangi Gao Tian hingga meraih dan menarik baju murid Tujuh Bintang Kejora tersebut.“Tuan Muda Gao …!”Sontak, Gao Tian menoleh ke belakang. Wanita tua yang ia terka mungkin sudah berada di atas 80 tahun malahan mungkin 90-an itu menatap tersenyum padanya.Bukan senyum biasa. Dia memandang Gao Tian bak melihat cucunya sendiri, begitu penuh welas asih bahkan riang.“Tuan Muda Gao, aku sudah melihatmu dari kejauhan sejak tadi, ini

  • Pembalasan sang Kesatria Iblis Tanpa Tanding   98. Untung Ada Fenglei

    Menurut Xiao Mei, kehadiran Fenglei justru bakal menjadi penetralisir kencan dia dengan Gao Tian. Ia bisa menyembunyikan dari Chun Ho bahwa sebetulnya dia dan si Bintang Kejora sudah membuat janji makan siang bersama terlebih dahulu.Pengakuan Gao Tian membuat Xiao Mei tersenyum. “Tidak mengapa. Biar Kakak Pertama ikut bersama kita,” kata dia ceria.“Sebetulnya …, aku berjanji akan mentraktir dia. Karena, paman dan bibimu memberiku upah yang lumayan …”“Tidak perlu kau mentraktir Kakak Pertama. Biar aku saja yang membayarnya nanti!” Xiao Mei menyerobot kata-kata Gao Tian.“Ya sudah, berarti aku yang akan membayar bagianmu,” sambut Gao Tian mengusulkan dengan tersenyum cerah. Akan tetapi, Xiao Mei malah cemberut.“Aku yang mengajakmu untuk makan siang bersama sebagai imabalan kamu dapat memusnahkan roh jahat malam itu, Gao Tian. Jadi, tidak usah kau mengeluarkan uang buatku!” sergah Xiao Mei galak.Gao Tian hanya bisa menurut pada gadis bangsawan yang ada di hadapannya. Xiao Mei memand

  • Pembalasan sang Kesatria Iblis Tanpa Tanding   97. Acara Kencan Yang Terganggu

    Serasa melihat dewi yang turun dari langit, Chun Ho tersenyum pada Xiao Mei penuh keterkaguman, lantas dia berucap, “Kau cantik sekali hari ini.”Dipuji oleh Chun Ho, Xiao Mei malah agak kikuk. Nyaris saja dia menkuk wajah karena tak mampu menyembunyikan demi siapa dia tampil paripurna sedemikian rupa.Meski begitu, sang putri Su terpaksa tersenyum anggun, lalu membalas, “Aku adalah seorang putri Su. Sudah seharusnya aku tampil seperti ini.”“Xiao Mei …, apakah … kamu ada kesibukan?” tanya Chun Ho bagai ragu pada wanita yang tengah disanding-sandingkan oleh keluarganya dengan dirinya tersebut.Ingin rasanya Xiao Mei ‘mengusir’ Chun Ho dengan menyampaikan bahwa hari itu ia memiliki janji. Akan tetapi, Xiao Mei tahu. Diam-diam di ruang sebelah, ayah dan ibunya pasti menyimak.Memang benar. Su Yu Ping dan Liao Bi berusaha menyimak obrolan anak perempuan mereka dengan Chun Ho.Terpaksa, Xiao Mei menjawab pertanyaan si Kesatria Bukit Elok. “Sebetulnya, aku berencana untuk keluar memang …”

  • Pembalasan sang Kesatria Iblis Tanpa Tanding   96. Berdandan Cantik Demi Seseorang

    Begitu ucap Pendeta Fu setelah Zi Qi menyampaikan apa yang terjadi saat mereka berhadapan dengan Ruo Gang. Sang pendeta berkata lagi.“Namun setidaknya, ia tidak seperti ingin menunjukkan bahwa dirinya telah memiliki kekuatan spiritual atau juga tanda-tanda memberontak pada sekte atau apapun. Setidaknya, itu merupakan pertanda bahwa didikan kalian dipegang teguh dengan sangat baik oleh dia.”“Terpujilah para dewa apabila ajaran kami tertanam dalam dirinya,” sambut Tan Guan Ming. “Kemudian semalam, sepertinya ia sudah mengusir roh jahat dalam gua tersebut. Itu berarti, dia menggunakan kekuatan spiritualnya untuk kebajikan.”Semalam, Gao Tian telah melaporkan dan mendapat rekomendasi dari Xiao Mei. Bahwa, insiden supranatural Raja Kalajengking Iblis atau disebut ‘teror hantu kalajengking’ telah diselesaikan. Lucunya, Gao Tian mengaku bahwa ternyata, roh jahat itu takut pada jimat yang diberikan Zi Qi.Terang saja, para gurunya langsung tahu. Gao Tian yang berhasil mengalahkan kalajengki

  • Pembalasan sang Kesatria Iblis Tanpa Tanding   95. Sumpah Setia Huanzu

    “Ha…?”Lucu. Gao Tian yang berpembawaan kalem melongo melihat sosok wanita yang ada di hadapannya. Bukan apa-apa, Huanzu saat itu muncul tanpa berpakaian sedikitpun.Kulit putih dan tonjolan-tonjolan pada tubuhnya terekspos. Rambutnya tertata cantik dengan aksesoris indah pada kepalanya. Dia mengenakan anting-anting berbandul hijau.Bibirnya berwarna hijau cerah, bahkan kuku-kuku baik tangan maupun kaki Huanzu juga berwarna hijau.“Hai, adik kecil, bagaimana. Apakah kamu suka melihatku?” ucap Huanzu. Dia berpose dengan menekuk sebelah lutut, sementara berkacak pinggang.Sebagai laki-laki sejati, sudah barang tentu tubuh Gao Tian bereaksi melihat pemandangan indah yang ada di hadapannya.Akan tetapi, ia sadar. Yang dia lihat merupakan sosok roh jahat wanita. Selain itu hingga saat ini, mungkin hanya tubuh indah Xiao Mei yang merupakan wujud yang sangat ideal baginya.Terutama saat itu, Gao Tian sedang merasa riang. Nanti siang, dia akan makan bersama dengan Xiao Mei. Sehingga, dia tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status