Empat orang berpakaian hitam juga merias wajah mereka melesat dari pohon ke pohon. Dua diantaranya mendarat dekat Gao Tian dan lanjut berlari kencang ke arah dia.
“Minggir, bocah!”
Buk!
Buk!
Salah satu dari orang berkedok itu mendorong Gao Tian. Sehingga, tubuhnya tersontong dan yang satu lagi menabraknya.
Bluk!
Serta-merta, baik Gao Tian dan orang yang beradu dengannya terjatuh. Gao Tian masih terbaring di tanah, sedangkan pria yang bertabrakan dengannya langsung bangkit.
“Anak berengsek, kau menghalangi jalanku!”
Tanpa bersuara, Gao Tian mengeluh. Alangkah tidak beruntungnya dia hari itu. Setelah dihajar oleh Liu Tong hingga meriang, dia nyaris kehujanan.
Tidak cukup sampai di situ, dirinya hampir saja terkubur dalam sebuah gua. Kini, sekelompok orang membuat ia kembali terjerembab di tanah.
Kembali bangkit berdiri, Gao Tian berucap, “Maafkan aku, paman-paman. Aku tidak melihat …”
“Kau taruh di mana matamu itu, hah …?!” bentak orang yang dibuat jatuh oleh Gao Tian, tanpa menunggu lawan bicaranya selesai bertutur.
Sejenak, Gao Tian memperhatikan para lelaki tersebut. Dua diantaranya memikul karung besar pada pundaknya masing-masing. Wajah mereka tersamarkan oleh rias wajah berbentuk tengkorak.
Saat itulah dia menyadari. Dari dandanan mereka, sudah dapat dipastikan orang-orang tersebut berasal dari kelompok bandit yang menamakan diri mereka Gerombolan Bayangan Tengkorak.
“Ada-ada saja … bisa-bisanya aku berhadapan dengan para Bayangan Tengkorak. Mereka pasti baru saja mencuri atau melakukan perampokan entah di mana!” batin Gao Tian risau.
Gerombolan Bayangan Tengkorak merupakan perkumpulan penjahat yang ditakuti oleh warga sekitar tempat Gao Tian berada.
Aksi mereka sudah barang tentu membuat masyarakat resah. Tapi yang menjadi penyebab utama mengapa orang berhati-hati terhadap kelompok itu adalah karena ilmu bela diri para anggotanya bisa dikatakan tinggi-tinggi.
“Sekali lagi, aku mohon maaf paman-paman. Aku permisi,” ucap Gao Tian seraya merundukkan kepala. Tanpa berkata-kata lebih lanjut, ia segera membalikkan badan dan bermaksud melenggang pergi.
“Hey, tunggu dulu!”
Salah satu anggota Bayangan Tengkorak menyergah. Dua orang yang berada dekat Gao Tian segera menghalangi jalannya.
Pria yang membuat Gao Tian berhenti melangkah mendekati dia. Laki-laki tersebut memandangi Gao Tian dengan seksama.
“Dilihat dari pakaianmu, sepertinya … kamu adalah murid Sekte Tujuh Bintang Kejora. Benar, bukan?”
Seketika itu Gao Tian mematung. Ia mengehela napas. Sudah barang tentu dirinya mengenakan baju berwarna merah gelap berpadu warna biru pada kerah, pergelangan dan sabuk, yang menandakan ia datang dari salah satu sekte yang disegani di daerah mereka.
Baik sekte Tujuh Bintang Kejora maupun sekte-sekte lain di Negeri Pertama berperan aktif dalam memelihara keamanan di wilayah tempat mereka berdiri.
Sedangkan Gerombolan Bayangan Tengkorak beraksi di sekitar daerah Lembah Merah, tempat di mana perguruan Gao Tian berada. Hal itu membuat keduanya menjadi musuh bebuyutan.
Sekarang, Gao Tian yang merupakan murid sekte Tujung Bintang Kejora berhadapan dengan anggota rival mereka.
“Aku masih ingat bagaimana salah satu gurumu membantai teman-teman kami, Nak. Meskipun itu 2 tahun yang lalu, perstiwa tersebut membekas dalam hati kami!” salah satu orang yang menghadang Gao Tian berkata-kata.
“Gara-gara kalian, selama 2 tahun ini kami mengurangi beraksi di daerah timur ini dan selalu ke arah barat …”
“Teman-teman, sepertinya kita mendapat mangsa.”
“Bagaimana kalau kita bunuh dia dan kirim kepalanya ke Balai Riung Kejora Merah sebagai pesan bahwa Bayangan Tengkorak tidak takut terhadap para Bintang Kejora?!”
Begitu dia menyelesaikan kata-katanya, orang yang berujar barusan langsung menyerang Gao Tian. Teman-temannya mengikuti. Sudah pasti, Gao Tian tidak diam saja. Ia menyambut agresi yang tertuju padanya.
Selama beberapa saat, Gao Tian lebih banyak mengelak dan menangkis. Namun sesekali, dia melepaskan serangan balasan. Setelah berusaha mengeroyok Gao Tian, para pria dengan rias tengkorak pada wajah itu berhenti.
“Kenapa kamu menghindar terus, anak muda?”
“Apakah kau takut pada kami?”
Sejujurnya, ya. Gao Tian takut-takut dalam menghadapi lawannya. Bukan berarti dia ciut. Beberapa saat yang lalu, dia baru saja bertarung dengan salah satu murid paling tangguh dari sekte Amukan Penguasa Api.
Yang membuat Gao Tian tidak lepas dalam menghadapi lawan-lawannya adalah karena dia tidak memiliki kekuatan spiritual. Begitu para musuh mengerahkan kemampuan spiritual mereka, sudah barang tentu dirinya akan kalah.
“Ayo, jangan takut. Kerahkan seluruh kemampuanmu …”
“Kami ingin melihat seberapa hebat pendekar Tujuh Bintang Kejora sebenarnya …!”
Untuk sejenak, 4 orang yang wajahnya bersolek layaknya tengkorak itu mengambil kuda-kuda dan mengerahkan teknik pernapasan. Mereka mulai menegrahkan qi. Sesudahnya, empat-empatnya kembali menyerbu Gao Tian secara bersamaan.
Terpaksa, Gao Tian mengerahkan kemampuannya. Soal pertarungan tangan kosong, Gao Tian sama sekali tidak khawatir dirinya kalah.
Tumbuh besar di Balai Riung Kejora Merah, sudah barang tentu ilmu bela diri Gao Tian tidak kalah dari para murid-murid di sana. Cara dia mengolah qi juga setara dengan para senior.
“Tetapi jika tiba saatnya musuh-musuhku ini menggunakan ilmu spiritual, aku harus segera mencari celah untuk lari dari pertarungan!” Gao Tian mewanti-wanti dirinya sendiri.
Benar saja. Gao Tian mampu mengatasi lawan-lawannya. Empat orang yang mengerubuti dia terkena tendangan maupun pukulannya. Untuk yang kedua kali, mereka menghentikan serangan.
“Ternyata boleh juga kemampuan bela dirimu itu, bocah!”
“Tapi apakah kamu memang sehebat itu?”
Set!
Tidak memiliki kemampuan spiritual membuat Guo Tian lengah. Ia baru menyadari. Salah satu anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak telah menggunakan kekuatan spiritual. Tahu-tahu saja, satu dari 4 lelaki itu sudah berada di hadapannya.
“Jurus Tinju Peremuk Tulang!” ucap salah satu lawan Guo Tian.
“Gawat, aku tidak sempat …”
Pada tahtanya, Xuanwu duduk tenang dengan gaya malasnya. Kedua tangannya terbuka melebar di depan wajah, jari jemarinya bertemu.
Sejak tadi, Xuanwu yang bersemayam dalam diri Gao Tian menyaksikan semuanya. Rupanya, bagaimana Gao Tian menghadapi musuh-musuhnya membuat si Raja Iblis terkesan.
Tersenyum tanpa menunjukkan gigi, Xuanwu berucap, “Ternyata kamu tidak sebodoh itu, Dik Gao Tian. Kau hanya tak sekuat itu. Baiklah. Tiba saatnya aku untuk memenuhi janjiku padamu. Tsk …! Lawan-lawanmu hanya cecunguk macam begini pula.”
Deps!
Bhuast!
Jangankan ketiga anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak. Bahkan Gao Tian sendiri terkejut. Sebelumnya, ia sudah siap kembali terkena serangan yang mengandung kekuatan spiritual setelah jurus milik Liu Tong tadi.
Namun yang terjadi di luar perkiraan Gao Tian. Musuh yang bermaksud mendaratkan tinju pada perutnya tahu-tahu saja terpental hingga tujuh meter jauhnya dari tempat Gao Tian berdiri.
Brugh!
Terempas di atas tanah, orang itu terguling-guling. Gao Tian yang tak menyangka dia dapat melakukan hal seperti itu terperangah.
“Kitab Penguasa Dunia Kelam, Teknik Tembok Kuil Terlarang Tingkat Pertama: Raga Pelindung Jiwa.”
Di kursi kebesarannya, Xuanwu berucap. Ia masih duduk bergeming dengan gayanya yang santai. Senyum tipis miring menghiasi wajahnya.Sedangkan dalam benaknya, Gao Tian terheran-heran. “Sudah barang tentu bukan aku yang melakukan hal barusan. Yang dapat berbuat seperti itu hanyalah …”“Inilah saatnya bagimu untuk mempelajari ilmu spiritual, Gao Tian.”Terjadi kontak antara Xuanwu dengan Gao Tian. Seolah, mereka dapat mengatur sendiri. Kapan saat bagi mereka berdua untuk saling berkomunikasi, kapan tidak. Sekarang suara Xuanwu terdengar dalam batin Gao Tian.“Ap-apa yang harus aku lakukan, Tuan Xuanwu?” balas Gao Tian tanpa bersuara. Meski demikian, saat itu suara hatinya terhubung dengan si Raja Iblis.“Untuk saat ini? Pokoknya, kerahkan saja ilmu bela dirimu yang … ya …, lumayan itu. Biar aku yang beraksi. Tapi, aku akan memberitahu apa yang mesti kamu lakukan. Apakah kau mengerti?” Xuanwu menjawab mengunakan suaranya yang tenang lagi dalam.“Ba-baik. Aku paham.”“Sekarang bersiaplah.
“Ap-apa …?!” Gao Tian spontan membalas ujaran Xuanwu.Membuat mimik keheranan namun tetap tenang di tempat ia duduk, Xuanwu menyambut, “Aku bilang: bunuh … mereka … semua,” katanya lambat bemaksud memperjelas.Untuk sejenak, Gao Tian memandangi lawan-lawannya yang tergolek. Dampak dari serangan ilmu spiritual yang terutama sudah pasti membuat tubuh seseorang terasa lemas. Disusul sakit-sakit pada tulang juga kepala, hingga keram pada titik yang terkena hantaman.Jika kekuatan spiritual yang diterima lebih kuat dari yang dimiliki seseorang, mereka dapat pingsan seketika. Dalam pengerahan yang lebih tinggi, tentu saja bisa mematikan.Tampak jelas, semua musuh Gao Tian sudah tidak berdaya. Keempat laki-laki bertata rias wajah tengkorak tersebut hanya mampu mengerang-ngerang setelah merasakan betapa kuatnya hantaman lawan.“Mereka semua sudah tidak berdaya, Tuan Xuanwu. Sepertinya, aku tidak perlu membunuh mereka,” tentang Gao Tian lugu.Seta-merta, Xuanwu yang masih duduk dengan pose sep
Tertawa sendiri, dalam batinnya Xuanwu berkata-kata, “Gao Tian, mesti aku akui. Kamu memiliki persona yang menarik. Aku jadi penasaran. Siapa kau sebenarnya. Mampu membuka segelku, juga tidak mudah dirasuki. Sepertinya, kamu bukan orang sembarangan.”Akhirnya Gao Tian telah tiba di Balai Riung Kejora Merah. Markas sekte Tujuh Bintang Kejora itu merupakan sebuah komplek bangunan besar yang lega. Entah para guru. Yang jelas, murid-murid di sana telah mengetahui. Gao Tian menerima tantangan bertarung Liu Tong karena desas-desus hubungannya dengan Xiao Mei.“Sudah bertarungnya, apakah kamu menang?” tanya murid senior yang menjaga gerbang pada Gao Tian.“Sudah, Kak. Liu Tong bukanlah tandinganku,” jawab Gao Tian lugu.“Hahaha …! Lagi pula, mengapa sok jagoan menerima tantangannya? Karena kamu tidak mau menanggung malu di hadapan Xiao Mei?” murid senior lain yang juga menjaga gerbang turut angkat bicara.“Ti-tidak juga. Bukan itu alasan aku bertarung dengan Liu Tong,” sangkal Gao Tian.“H
Begitu Dokter Lau menyelesaikan kalimatnya, para guru sekte Tujuh Bintang Kejora memandang ke arah dia. Ada salah satu guru yang menatap Dokter Lau lekat-lekat.Pria tersebut mengenakan sebuah selendang biru yang membelit lehernya beberapa kali hingga nyaris menyelubungi wajah dan menutupi dada. Itupun, syalnya tersebut masih menyisakan juntaian panjang.Sang guru duduk dengan seenaknya. Sebelah kakinya terangkat, tergantung pada tumpuan tangan. Gayanya kelihatan seperti tengah bermalas-malasan. Sorot matanya memandangi Dokter Lau tak bersemangat.“Apa benar Gao Tian bertarung dengan salah satu murid Amukan Penguasa Api?” tanya Guan Ming.“Gao Tian berkelahi?”Seorang perempuan yang memiliki postur tubuh jangkung berisi bertanya. Dia adalah Tsui Ga Bo, pimpinan komisi disiplin dan keamanan sekte Tujuh Bintang Kejora.“Kabar yang tersebar di kalangan para murid begitu. Aku mendengarnya tadi pagi,” tenang Guan Ming menjawab bawahannya.“Betul, Grand Master. Baru saja Gao Tian menjumpaik
“Lantas, bagaimana kalau salah satu anggotanya ternyata adalah seorang siluman?” tanya Zi Qi. Ia menatap Guan Ming seraya menenggelamkan dagunya ke balik syal yang dirinya kenakan.Gunung Perak merupakan sebuah gunung yang terdapat di wilayah paling utara dari penghujung kawasan barat Negeri Pertama.Banyak yang meyakini, Gunung Perak merupakan pusat kerajaan siluman. Itulah mengapa, orang-orang datang ke sana dengan membawa sesajen demi dianugerahi ilmu spiritual atau kekayaan secara cuma-cuma, mendapat jimat, wejangan, hingga menyerahkan diri untuk menjadi siluman.Desa Siluman yang Zi Qi sebut tadi hanyalah sebuah julukan yang disematkan bagi sebuah kawasan pemukiman yang terdapat di kaki gunung itu.Pemukiman di sana digunakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan hal-hal tersebut sebagai persinggahan sementara mereka. Itulah mengapa, tempat itu dinamai Desa Siluman.Sembari meracik teh, Guan Ming menjawab pertanyaan bawahannya. “Seseorang menjadi jahat karena latar belakangnya.
Terlintas pemikiran kotor dalam kepala Xuanwu. Pada masanya, sosok si Raja Iblis dipuja-puja oleh kaum hawa. Parasnya sangat tampan. Bentuk wajah tirusnya memiliki hidung lancip. Rambut Xuanwu memanjang indah mencapai pinggang dan dihiasi aksesoris mahal. Dia seorang lelaki bermuka manis. Bahkan bisa dibilang, parasnya itu sudah menjurus ke arah cantik. Ilmu hitam bisa mempengaruhi sisi buruk orang yang mendalaminya dari segi mental, laksana candu. Tidak mengherankan jika dahulu kala, banyak wanita yang jatuh dalam pelukan Xuanwu. Itulah kenapa, ia disebut juga sebagai: ‘Iblis Gairah’. Karena, mampu membuat perempuan manapun memasrahkan keperawanannya pada dia. Belum lagi, mematahkan hati mereka yang tidak ia kehendaki. “Aku tidak bisa mengadali Gao Tian bahwa sebagai syarat agar dia bisa mengerahkan ilmu spiritualku, ia mesti meniduri seorang wanita. Dia anak baik-baik. Bisa-bisa, si dungu ini curiga terhadapku. Tetapi mungkin aku bisa mengajarinya untuk tebar pesona, merayu …”
Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian. Telah mengucurkan keringat karena sedari tadi mesti memanggul dua bakul tumpukan batu dari satu tempat ke tempat yang lain, perkataan Xuanwu tentu membuat dirinya dongkol.“Kau setuju karena yang menjatuhkan hukuman bagiku adalah wanita idamanmu?”Sambil membalas apa yang diucapkan Xuanwu melalui kontak batin mereka, Gao Tian menatap keki pada kakak angkatannya yang berlagak bak seorang mandor.“Tidak, bukan begitu. Aku serius. Pagi-pagi kamu sudah membersihkan perguruan dilanjut latihan fisik. Sekarang kau membantu pembangunan pengembangan institut. Nanti sore kamu akan kembali bersih-bersih dan latihan fisik lagi. Bagus,” papar Xuanwu diakhiri memuji.“Bagus kenapa? Supaya aku lelah dan akan merengek pada Master Tsui untuk minta dipijat dan kau senang karena bisa disentuh-sentuh oleh beliau?” keluh Gao Tian. Dia beranjak untuk membawa tumpukan batu selanjutnya.“Ide yang bagus. Pada saat perempuan sakti nan seksi itu memijatmu, tolong izinkan
“Ha …?!”Benar apa yang dikatakan kakak kelas Gao Tian. Bakul yang dibawa oleh si adik angkatan jebol. Dengan polosnya, Gao Tian melongo memandangi bebatuan yang berserakan di tanah.“Sudah ku bilang, jangan kau membawa terlalu banyak batu, Gao Tian … lihat, bakulmu sekarang rusak dasar anak bebal!”Senior Gao Tian langsung bereaksi. Diiringi mimik gusar, ia melangkah mendekat pada Gao Tian yang kikuk karena melakukan kesalahan.“Ma-maaf, Kak Hwan Ching. Biar aku mengambil bakul baru dan memasangnya lagi,” sambut Gao Tian.“Kamu memang tidak berguna, Gao Tian! Kamu tidak layak untuk berada di sekte Tujuh Bintang Kejora. Untung saja Grand Master berbelas kasihan padamu. Keberadaanmu di sini seperti noda bagi sekte ini, tahu tidak …?!”Xuanwu yang masih duduk di kursi kebesarannya memandang tajam ke arah pemuda yang berbicara pada Gao Tian tersebut.Dia tidak tahu apa yang dirasakan Gao Tian. Tapi bahkan ia sendiri saja menilai kata-kata siswa tingkat akhir itu sangatlah berlebihan.Tua