Share

4. Gerombolan Bayangan Tengkorak

Empat orang berpakaian hitam juga merias wajah mereka melesat dari pohon ke pohon. Dua diantaranya mendarat dekat Gao Tian dan lanjut berlari kencang ke arah dia.

“Minggir, bocah!”

Buk!

Buk!

Salah satu dari orang berkedok itu mendorong Gao Tian. Sehingga, tubuhnya tersontong dan yang satu lagi menabraknya.

Bluk!

Serta-merta, baik Gao Tian dan orang yang beradu dengannya terjatuh. Gao Tian masih terbaring di tanah, sedangkan pria yang bertabrakan dengannya langsung bangkit.

“Anak berengsek, kau menghalangi jalanku!”

Tanpa bersuara, Gao Tian mengeluh. Alangkah tidak beruntungnya dia hari itu. Setelah dihajar oleh Liu Tong hingga meriang, dia nyaris kehujanan.

Tidak cukup sampai di situ, dirinya hampir saja terkubur dalam sebuah gua. Kini, sekelompok orang membuat ia kembali terjerembab di tanah.

Kembali bangkit berdiri, Gao Tian berucap, “Maafkan aku, paman-paman. Aku tidak melihat …”

“Kau taruh di mana matamu itu, hah …?!” bentak orang yang dibuat jatuh oleh Gao Tian, tanpa menunggu lawan bicaranya selesai bertutur.

Sejenak, Gao Tian memperhatikan para lelaki tersebut. Dua diantaranya memikul karung besar pada pundaknya masing-masing. Wajah mereka tersamarkan oleh rias wajah berbentuk tengkorak.

Saat itulah dia menyadari. Dari dandanan mereka, sudah dapat dipastikan orang-orang tersebut berasal dari kelompok bandit yang menamakan diri mereka Gerombolan Bayangan Tengkorak.

“Ada-ada saja … bisa-bisanya aku berhadapan dengan para Bayangan Tengkorak. Mereka pasti baru saja mencuri atau melakukan perampokan entah di mana!” batin Gao Tian risau.

Gerombolan Bayangan Tengkorak merupakan perkumpulan penjahat yang ditakuti oleh warga sekitar tempat Gao Tian berada.

Aksi mereka sudah barang tentu membuat masyarakat resah. Tapi yang menjadi penyebab utama mengapa orang berhati-hati terhadap kelompok itu adalah karena ilmu bela diri para anggotanya bisa dikatakan tinggi-tinggi.

“Sekali lagi, aku mohon maaf paman-paman. Aku permisi,” ucap Gao Tian seraya merundukkan kepala. Tanpa berkata-kata lebih lanjut, ia segera membalikkan badan dan bermaksud melenggang pergi.

“Hey, tunggu dulu!”

Salah satu anggota Bayangan Tengkorak menyergah. Dua orang yang berada dekat Gao Tian segera menghalangi jalannya.

Pria yang membuat Gao Tian berhenti melangkah mendekati dia. Laki-laki tersebut memandangi Gao Tian dengan seksama.

“Dilihat dari pakaianmu, sepertinya … kamu adalah murid Sekte Tujuh Bintang Kejora. Benar, bukan?”

Seketika itu Gao Tian mematung. Ia mengehela napas. Sudah barang tentu dirinya mengenakan baju berwarna merah gelap berpadu warna biru pada kerah, pergelangan dan sabuk, yang menandakan ia datang dari salah satu sekte yang disegani di daerah mereka.

Baik sekte Tujuh Bintang Kejora maupun sekte-sekte lain di Negeri Pertama berperan aktif dalam memelihara keamanan di wilayah tempat mereka berdiri.

Sedangkan Gerombolan Bayangan Tengkorak beraksi di sekitar daerah Lembah Merah, tempat di mana perguruan Gao Tian berada. Hal itu membuat keduanya menjadi musuh bebuyutan.

Sekarang, Gao Tian yang merupakan murid sekte Tujung Bintang Kejora berhadapan dengan anggota rival mereka.

“Aku masih ingat bagaimana salah satu gurumu membantai teman-teman kami, Nak. Meskipun itu 2 tahun yang lalu, perstiwa tersebut membekas dalam hati kami!” salah satu orang yang menghadang Gao Tian berkata-kata.

“Gara-gara kalian, selama 2 tahun ini kami mengurangi beraksi di daerah timur ini dan selalu ke arah barat …”

“Teman-teman, sepertinya kita mendapat mangsa.”

“Bagaimana kalau kita bunuh dia dan kirim kepalanya ke Balai Riung Kejora Merah sebagai pesan bahwa Bayangan Tengkorak tidak takut terhadap para Bintang Kejora?!”

Begitu dia menyelesaikan kata-katanya, orang yang berujar barusan langsung menyerang Gao Tian. Teman-temannya mengikuti. Sudah pasti, Gao Tian tidak diam saja. Ia menyambut agresi yang tertuju padanya.

Selama beberapa saat, Gao Tian lebih banyak mengelak dan menangkis. Namun sesekali, dia melepaskan serangan balasan. Setelah berusaha mengeroyok Gao Tian, para pria dengan rias tengkorak pada wajah itu berhenti.

“Kenapa kamu menghindar terus, anak muda?”

“Apakah kau takut pada kami?”

Sejujurnya, ya. Gao Tian takut-takut dalam menghadapi lawannya. Bukan berarti dia ciut. Beberapa saat yang lalu, dia baru saja bertarung dengan salah satu murid paling tangguh dari sekte Amukan Penguasa Api.

Yang membuat Gao Tian tidak lepas dalam menghadapi lawan-lawannya adalah karena dia tidak memiliki kekuatan spiritual. Begitu para musuh mengerahkan kemampuan spiritual mereka, sudah barang tentu dirinya akan kalah.

“Ayo, jangan takut. Kerahkan seluruh kemampuanmu …”

“Kami ingin melihat seberapa hebat pendekar Tujuh Bintang Kejora sebenarnya …!”

Untuk sejenak, 4 orang yang wajahnya bersolek layaknya tengkorak itu mengambil kuda-kuda dan mengerahkan teknik pernapasan. Mereka mulai menegrahkan qi. Sesudahnya, empat-empatnya kembali menyerbu Gao Tian secara bersamaan.

Terpaksa, Gao Tian mengerahkan kemampuannya. Soal pertarungan tangan kosong, Gao Tian sama sekali tidak khawatir dirinya kalah.

Tumbuh besar di Balai Riung Kejora Merah, sudah barang tentu ilmu bela diri Gao Tian tidak kalah dari para murid-murid di sana. Cara dia mengolah qi juga setara dengan para senior.

“Tetapi jika tiba saatnya musuh-musuhku ini menggunakan ilmu spiritual, aku harus segera mencari celah untuk lari dari pertarungan!” Gao Tian mewanti-wanti dirinya sendiri.

Benar saja. Gao Tian mampu mengatasi lawan-lawannya. Empat orang yang mengerubuti dia terkena tendangan maupun pukulannya. Untuk yang kedua kali, mereka menghentikan serangan.

“Ternyata boleh juga kemampuan bela dirimu itu, bocah!”

“Tapi apakah kamu memang sehebat itu?”

Set!

Tidak memiliki kemampuan spiritual membuat Guo Tian lengah. Ia baru menyadari. Salah satu anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak telah menggunakan kekuatan spiritual. Tahu-tahu saja, satu dari 4 lelaki itu sudah berada di hadapannya.

“Jurus Tinju Peremuk Tulang!” ucap salah satu lawan Guo Tian.

“Gawat, aku tidak sempat …”

Pada tahtanya, Xuanwu duduk tenang dengan gaya malasnya. Kedua tangannya terbuka melebar di depan wajah, jari jemarinya bertemu.

Sejak tadi, Xuanwu yang bersemayam dalam diri Gao Tian menyaksikan semuanya. Rupanya, bagaimana Gao Tian menghadapi musuh-musuhnya membuat si Raja Iblis terkesan.

Tersenyum tanpa menunjukkan gigi, Xuanwu berucap, “Ternyata kamu tidak sebodoh itu, Dik Gao Tian. Kau hanya tak sekuat itu. Baiklah. Tiba saatnya aku untuk memenuhi janjiku padamu. Tsk …! Lawan-lawanmu hanya cecunguk macam begini pula.”

Deps!

Bhuast!

Jangankan ketiga anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak. Bahkan Gao Tian sendiri terkejut. Sebelumnya, ia sudah siap kembali terkena serangan yang mengandung kekuatan spiritual setelah jurus milik Liu Tong tadi.

Namun yang terjadi di luar perkiraan Gao Tian. Musuh yang bermaksud mendaratkan tinju pada perutnya tahu-tahu saja terpental hingga tujuh meter jauhnya dari tempat Gao Tian berdiri.

Brugh!

Terempas di atas tanah, orang itu terguling-guling. Gao Tian yang tak menyangka dia dapat melakukan hal seperti itu terperangah.

“Kitab Penguasa Dunia Kelam, Teknik Tembok Kuil Terlarang Tingkat Pertama: Raga Pelindung Jiwa.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status