Chapter: Bab 40 Adelia Keluar Dari PenjaraSebulan kemudian.Pagi itu, seperti biasa, udara di blok tahanan masih lembap dan sunyi. Adelia baru saja selesai melipat selimut ketika suara langkah cepat petugas terdengar di lorong.“AdelIa Widyantara,” suara tegas itu memanggil dari balik jeruji, “Bawa semua barangmu. Kamu dipanggil ke kantor administrasi.”Adelia menoleh dengan bingung, jantungnya berdetak cepat. “Semua barang saya, Bu?” tanyanya ragu.Petugas itu mengangguk singkat. “Ya. Sekarang!”Seketika, wajah Sukma berubah tegang. Ia melangkah maju dengan emosi yang langsung membara. “Apa-apaan ini? Adel mau dipindahin ke sel isolasi?!”“Sukma!” tegur Paula cepat, mencoba menahan temannya yang sudah setengah siap ribut.Namun petugas itu hanya menggeleng dan berkata datar, “Tenang saja. Adelia tidak dipindahkan ke mana-mana. Dia… dibebaskan. Suaminya menyewa pengacara, dan semua tuntutan atas kematian Ny.Arabella telah dicabut. Tidak ada lagi yang menahan dia di sini.”Adelia membeku di tempat. Kata-kata petugas itu seakan
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Bab 39 Amelia Datang Berkunjung"Kak, aku sangat merindukanmu." Amelia memeluk Adelia.Adelia menangis ketika melihat adiknya datang. Ia merasa bahagia bisa bertemu dengan adiknya, meskipun dalam situasi yang sulit.Amelia memperhatikan wajah kakaknya dengan hati gembira, matanya berbinar meski terselip bayang-bayang kekhawatiran yang sulit disembunyikan. "Kak, aku bersyukur kakak terlihat sehat dan lebih bugar dari yang kukira,"Amelia lalu menelusuri wajah dan lengan Adelia dengan sorot mata yang penuh perhatian. Ia mencari bekas luka, memar, atau tanda-tanda kelelahan yang mungkin tersembunyi di balik senyum yang kakaknya paksakan. Namun, tak ia temukan apapun yang janggal."Kakak baik-baik saja dek... Selama di penjara tidak ada yang menyakiti kakak." Adelia mencoba menenangkan adiknyaAmelia mendengus, ia tahu kakaknya ini tipe yang kuat dan selalu berusaha tampak baik-baik saja, walaupun hatinya menangis.Adelia memeluk Amelia lagi, kali ini lebih erat. "Kakak juga senang, kamu baik-baik saja. Bagaimana sekola
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Bab 38 Teman-teman Baru Adelia“Gila, sih! Bisa-bisanya mereka tega fitnah kamu sampai masuk penjara!" Sukma menggelengkan kepala, tak percaya. Setelah mendengarkan kisah miris Adelia yang hampir di korbankan nyawanya, setelah itu di fitnah pula.Adelia mencoba tetap tersenyum walaupun hatinya sedih, "Aku bahkan masih nggak percaya bisa berada disini. Kesalahanku cuma satu… menikah dengan pria yang gak pernah mencintaiku," ucapnya lirih.Namun, tiba-tiba, terdengar suara lain dari sebelah.“Kalau gue jadi lo, mana sudi gue donor-in darah gue demi istri kedua!” celetuk perempuan gemuk berbadan besar.Seorang narapidana lain menimpali, “Salut sama kamu, masih bisa bertahan selama 1 tahun lebih hidup sama suami beruang kutub dan mertua cabe rawit.”“Saat suami Lo nikah lagi, kenapa nggak tinggalin saja suami kau? Mertuamu juga ingin kamu cerai sama anaknya." tanya Sukma.Beberapa tahanan duduk mendekat, penasaran dengan kisah Adelia.“Aku terpaksa... Aku tidak mau cerai demi biaya pendidikan adikku. Kedua orangtua kam
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Bab 37 Adelia Jadi Tahanan*TENG!! TENG!! TENG!!“Bangun! Apel pagi!”Suara lonceng besi berdentang keras menggema, diikuti teriakan sipir dari lorong yang membangunkan seluruh narapidana, termasuk Adelia.Adelia menggeliat bangun merasakan nyeri di punggungnya karena hanya tidur beralaskan tikar tipis di atas kerangka besi. Setelah melipat selimut dan menurunkan barang-barangnya, termasuk gelas dan mangkuk.Ia melihat Sukma—napi termuda di sel itu—sedang mencuci muka di wastafel berkarat. Rambutnya yang pendek seperti laki-laki, memiliki tato gambar naga dengan warna mencolok di lengan serta lehernya.Sukma menoleh ke arah Adelia dengan mata menyipit, "Apa kamu liat-liat!" bentaknya tajam. Adelia terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya, tidak ingin menimbulkan masalah di hari keduanya di penjara.Setelah selesai, Sukma berjalan mendekati Adelia, tatapannya masih terlihat tajam. "Kamu kan baru masuk, ya?" Suaranya masih kasar, tapi sedikit mereda. Adelia mengangguk pelan, berusaha tetap tenang. "Iya, kem
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Bab 36 Harga Sebuah Ketulusan “Kami akan memanggil saksi pertama. Saudari Tutik, pelayan rumah tangga keluarga Widyantara. Sudah lama bekerja lebih dari dua puluh tahun,” seru jaksa penuntut, suaranya menggelegar dalam ruang sidang yang dipenuhi tatapan dan bisik-bisik tajam.Tutik, seorang wanita paruh baya, melangkah ke kursi saksi. Wajahnya pucat. Tangannya gemetar saat bersumpah. Sesekali ia melirik ke arah Devina, duduk tegak di bangku belakang dengan tatapan dingin yang seolah menjadi peringatan.“Apakah benar terdakwa, Adelia, rutin menyiapkan makanan untuk almarhumah Arabella?” tanya jaksa.“Benar,” jawab Tutik.“Seberapa sering terdakwa melakukannya?”“Setiap hari. Pagi-pagi dia sudah di dapur. Siang juga masak, malamnya juga.”“Apakah Saudari pernah melihat Adelia memasukkan sesuatu ke dalam makanan atau minuman korban?”Tutik terdiam cukup lama. Devina tiba-tiba terbatuk pelan—cukup keras, seolah sedang memberikan kode rahasia.“Saya... saya pernah lihat... dia menaburkan sesuatu ke jusnya Bu Arabella,”
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Bab 35 Hari Pemakaman Arabella Tiga hari setelah kematian Arabella, hujan deras mengguyur Jakarta, seolah turut merasakan duka mendalam. Di tempat pemakaman, tubuh Arabella telah dimakamkan dengan hormat, sementara bayinya masih terbaring lemah di rumah sakit, jauh dari kehangatan pelukan ibunya.Peti mati yang sebelumnya dihiasi dengan bunga segar kini perlahan diturunkan ke dalam liang lahat. Ketika tanah mulai menutupi peti tersebut, suara isak tangis Samuel memecah kesunyian.Devina meraih lembut meraih bahu putranya. "Samuel," suaranya bergetar, penuh empati. "Aku tahu ini sangat berat. Tetapi kamu harus kuat. Kamu masih punya anak, masih ada hidup yang harus dijalani.""Aku... aku merasa sangat kehilangan. Bella pergi begitu cepat. Aku tak siap." Samuel terus menatap tanah basah di depan makam.Selly, adik perempuan Samuel yang sejak tadi berdiri di belakang, kini melangkah maju. "Kak, kita semua di sini. Aku akan bantu merawat anakmu," katanya, mencoba menghibur kakaknya yang baru kehilangan ibu dari anaknya
Last Updated: 2025-05-01