Papa Baru untuk Anakku

Papa Baru untuk Anakku

Oleh:  A mum to be  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 Peringkat
141Bab
12.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

“Aku bersedia menjadi papa untuk anakmu, tetapi jangan pernah berharap agar aku menganggapmu layaknya seorang istri.” Demi mewujudkan mimpi putranya yang sangat ingin memiliki seorang papa, Lily bersedia melakukan pernikahan kontrak dengan Keenan yang juga kebetulan terdesak untuk mencari seorang istri demi mewarisi perusahaan keluarganya. Perjanjian pun dilakukan di mana hubungan keduanya akan terlihat harmonis hanya di depan sang anak saja. Namun, mereka tak bisa menolak takdir yang telah menumbuhkan perasaan tak biasa. Sayangnya kemunculan sosok masa lalu juga tidak bisa dielakkan. Membuat keduanya berat untuk melangkah lebih jauh lagi. Akankah Lily dan Keenan akan tetap bersama? Ataukah masing-masing memilih menyerah saat tak ada lagi alasan untuk bertahan?

Lihat lebih banyak
Papa Baru untuk Anakku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zaid Zaza
Kerren Bangett! Rugi Kalau nggak Baca!! Izin promo Thor. Yok mampir di novel: "ROH KAISAR LEGENDARIS"
2024-02-03 14:45:18
0
user avatar
NACL
aku baru baca karena lewat di beranda salam kenal dari Istri Kontrak Mr Billionaire ...
2023-09-22 14:06:15
1
default avatar
yuniewahyuni3
Ceria nya bagus,aku suka
2023-09-16 22:01:46
1
user avatar
Rich Mama
Keren, Kak. Semoga Lily dan Keenan tetap bersatu. ^_^
2023-09-13 18:54:34
1
user avatar
Darine Dinara
bagus.. gx sabar nungguin klnjutannya
2023-09-06 17:25:43
2
user avatar
A mum to be
Hai, selamat datang di karya kedua saya. Semoga betah ya...
2023-08-20 23:24:54
2
141 Bab
1. Dia Tidak Akan Datang
“Aku cuma mau papa," gumam anaknya. Lily hanya tersenyum getir usai mendengar kalimat barusan. Permintaan sederhana yang ternyata sangat sulit untuk dia wujudkan. Wanita bersurai panjang itu terdiam cukup lama sembari memandangi buah hatinya yang tengah sibuk menyantap makan siang. “Mau tambah lagi, hemm? Tempe goreng atau ikannya?” tanyanya dengan wajah yang terlihat kembali ceria. “Enggak. Aku sudah kenyang,” tolak Farel pelan. “Mama denger tidak yang aku katakan tadi? Aku mau papa datang di pesta ulang tahunku.” “I-iya. Akan mama usahakan ya, Sayang,” jawab Lily yang sebenarnya juga tak begitu yakin. “Atau aku yang telepon papa saja ya? Aku sudah kangen.” Gelengan Lily membuat bocah yang usianya hampir mencapai empat tahun tersebut seketika cemberut. “Kenapa sih? Papa sudah tidak sayang aku?” “Eh? Siapa bilang begitu? Papa lagi sibuk bekerja. Kamu sabar ya. Nanti mama yang hubungi papa kamu. Sekarang cepat selesaikan makannya, terus tidur siang. Oke?” Anggukan Farel membuat
Baca selengkapnya
2. Papa Ke Mana Saja?
Napasnya terasa sesak ketika melihat tubuh Farel yang menggigil di bawah selimut. “Pa-pa!” “Sayang, bangun. Ini mama,” ucap Lily dengan suara seraknya yang tertahan. Dirinya panik bukan main ketika merasakan sekitaran badan putranya yang panas. Farel masih dalam keadaan mata terpejam dengan racauannya yang tadi. Dengan cepat Lily menyibak selimut kemudian mengggendong tubuh sang putra dalam hitungan detik. Saat itu juga dia merasakan adanya guncangan yang hebat. “Bibi! Paman! Tolong!!” pekik Lily yang sudah berada di ambang pintu. Tak butuh waktu lama hingga seorang wanita paruh baya muncul dari kamar yang lain. “Eh? Kenapa sama Farel?” “Farel demam lagi, Bi. Dia barusan kejang-kejang! Kita harus ke rumah sakit sekarang.” “Iya iya. Bibi bangunin paman kamu dulu ya.” Kini kendaraan roda tiga yang biasanya dijadikan sang paman untuk mencari nafkah sehari-hari sedang melaju kencang membawa Lily, Farel dan bibinya menuju rumah sakit terdekat. Beruntung jarak fasilit
Baca selengkapnya
3. Tawaran Gila
“Papa di sini saja. Jangan pergi ke mana-mana lagi,” pinta Farel dengan wajahnya yang masih kelihatan pucat.“Sayang, sudah ya. Susternya mau pasang infus kamu dulu. Sebentar lagi obatnya mau dimasukkan. Dengerin kata mama ya, Nak,” ucap Lily yang hampir frustrasi. Farel hendak memberontak, tetapi tubuh pria dewasa yang dianggapnya adalah sang papa tadi mulai mendekat. Jadilah dia mengangguk dan akhirnya menurut untuk tidak bergerak lagi.“Sakit itu tidak enak. Jadi kau harus cepat sembuh,” katanya dengan suara datar. Namun, ternyata berhasil membuat Farel senang karena merasa diperhatikan.“Papa janji ya tidak akan jauh-jauh dari kami lagi,” gumam Farel dengan sorot matanya yang sendu. “Besok aku ulang tahun. Teman-teman pasti akan bertanya lagi di mana papa. Jadi jangan pergi.”“Aku ada—“Ucapan tadi terjeda saat dokter yang menangani Farel muncul ke dalam ruangan. “Selamat pagi. Wah. Infusnya terlepas ya?”“Maaf, Dokter,” cengir Farel seraya menunjukkan cengiran kudanya
Baca selengkapnya
4. Pilihan Ada Di Tanganmu
Keenan mengatakan itu dengan sadar, tetapi wanita yang ada di hadapannya malah menuduh kalau dia sudah gila. Rahangnya pun mengeras dengan tatapan yang begitu menusuk pada Lily. “Kau akan menyesali ucapanmu.”“Dasar pria aneh,” gumam Lily. Dia pun lekas berbalik badan dan bergerak cepat meninggalkan Keenan. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah sayu sang putra yang tampak celingukan kian kemari. Lily mengulas senyumnya lalu mendekat ke arah brankar.“Papa di mana, Ma?” tanya Farel tanpa mengindahkan kehadirannya sama sekali. “Aku enggak mimpi ‘kan? Tadi kita ketemu papa di taman rumah sakit. Nenek saja yang tidak percaya.” Diamnya sang mama membuat bocah itu menoleh ke arah wanita paruh baya yang tadi menjaganya. “Beneran loh, Nek. Papa nemenin aku di sini. Iya ‘kan, Ma?”“Beneran, Ly?” tanya bibi Lily yang terlihat masih ragu.Lily menggeleng lemah. Dia pun segera mengalihkan pembicaraan. “Gimana, Sayang? Apa tadi bekas infusnya sakit, hemm?”“Mama belum jawa
Baca selengkapnya
5. Status Baru
“Kita tidak akan melakukan peperangan di atas ranjang,” gumam Keenan sambil tersenyum miring. Wajah Lily yang tadinya terlihat tegang kini tampak kemerahan. “Kenapa? Apa kau kurang belaian, hemm?”“Jaga ucapanmu!” sentak Lily kemudian. Sungguh perkataan barusan sangat menyinggung harga dirinya. Ah. Dia hampir lupa kalau sudah lama kehilangan itu sejak memutuskan menikah dengan Adrian.“Jadi bagaimana?” Keenan sama sekali tak peduli dengan perubahan diri lawan bicaranya tersebut yang tampak tertekan. “Karena kau diam, maka aku anggap setuju. Aku akan urus ini bersama pengacaraku. Jadi bilang pada anakmu bahwa aku akan kembali.” Tanpa ingin mendengar balasan dari Lily, pria arogan tersebut melenggang pergi begitu saja. Kini Lily duduk di sofa ruang rawatan mewah putranya. Di sisi lain ada sang bibi yang sudah tertidur pulas di ranjang samping pasien. Sementara dirinya masih juga terjaga sejak dua jam yang lalu. Meratapi kemalangan hidup yang sepertinya tiada bertepi.
Baca selengkapnya
6. Semakin Menderita
Teguran tadi membuat sepasang suami istri baru tersebut mematung seketika. Keduanya saling memandang dengan tatapan entah. Hingga beberapa detik kemudian Keenan mengulurkan tangan kanannya pada Lily.“Nah begitu. Jangan lupa diambil buat dokumentasi ya,” kata Pak Penghulu pada orang suruhan Keenan yang tengah memegang kamera.Sementara itu Lily menempelkan dahinya ke arah punggung tangan Keenan. Tak pelak sang pria pun mendekatkan bibir ke telinganya.“Aku bersedia menjadi papa untuk anakmu, tetapi jangan pernah berharap agar aku menganggapmu layaknya seorang istri.” Ucapan yang hanya bisa didengar oleh Lily saja karena jarak mereka yang sangat dekat.CUP!! Suami barunya itu mengecup singkat dahinya. Lantas kembali memundurkan tubuh menjauhi Lily.Penderitaannya bukan berakhir. Malahan bertambah hanya karena status baru yang sekarang ia sandang. Sebagai istri dari seorang pria yang bahkan tidak dikenal sama sekali. Bodoh. Tentu saja. Namun, nalurinya sebagai se
Baca selengkapnya
7. Terlalu Mudah Bagiku
“Maaf, Pak. Emm... Bb-Bang Keenan maksud saya,” cicit Lily dengan suara seraknya. “Kali ini aku maafkan.” Keenan menatapnya dengan tajam. “Dengar baik-baik, Lily. Aku tak suka kau memanggilku dengan nada yang tinggi. Jadilah penurut kalau mau aku memperlakukan kalian dengan baik.” Wanita itu mengangguk tanpa suara. Lalu kembali berjalan berdampingan dengan Keenan menuju mobil. Tempat di mana putranya kini sudah berada. “Pa, kita mau ke mana?” tanya Farel ketika keduanya sudah berada di masing-masing sisi kanan kirinya. “Kau tunggu saja. Nanti juga akan sampai,” jawab Keenan dengan wajah dingin dan datarnya. Hal itu membuat Farel menunduk dan tak lagi berkata-kata. “Hei, tadi papa bilang apa, hemm? Dia mau kasih kejutan loh. Jadi jangan diganggu dulu,” bisik Lily seraya mengusapi puncak kepala anaknya. “Papa begitu karena dia takut keceplosan bicara, Sayang.” “Oh. Iya,” sahut Farel bernada pelan. Keenan yang tadinya membuang pandangan ke arah luar melirik Farel yang t
Baca selengkapnya
8. Dasar Kampungan!!
Suara barusan membuat Lily terhenyak seketika. Dalam sekejap kehadirannya sudah menjadi fokus semua orang yang ada di ruang tengah itu. Sementara Keenan sama sekali tak peduli."Keenan, kau jangan membual." Wanita dengan baju kekurangan bahan yang berdiri di hadapannya tersebut begitu meradang. "Dia hanya pembantu baru di rumah ini 'kan? Kalian ... tidak mungkin menikah. Kau hanya berbohong!!" Keenan memutar balas bola matanya. Lantas segera merengkuh cepat tubuh Lily. "Apanya yang tidak mungkin? Dia adalah istriku. Kami baru saja menikah. Apa kau tuli, heh?""Terus, kau anggap apa aku??" sentak sang wanita menggeram marah. Dia tersenyum miring ketika melirik ke arah istri Keenan itu. "Ini sungguh tidak lucu. Kau tahu bahwa kita adalah pasangan yang serasi." "Itu hanya menurutmu." Setelahnya Keenan menarik lengan sang istri meninggalkan wanita tersebut. Keduanya berjalan menuju kamar utama dan diikuti oleh seorang kepala pelayan yang tadi menyapa mereka. Warna putih, abu-abu dan hi
Baca selengkapnya
9. Gara-Gara Nasi
“Awwh!!” Wanita itu meringis saat tangannya dicengkeram kuat lalu disentakkan dengan kasar. Dia menggeram lalu menoleh ke arah si pelaku. “Kee-nan?”“Ini rumahku!” Keenan menatap tajam sang wanita lalu menariknya cepat ke luar dari kamar.“Keenan, ayolah. Sandiwara apa yang kau lakukan, heh? Aku tahu bahwa kau ditekan untuk segera menikah, tetapi mengapa harus dengan janda beranak satu pula? Lihat aku!” Dengan penuh rasa percaya diri wanita berambut perak itu mendekatkan. “Aku bisa jadi istrimu.”Sayangnya Keenan malah tertawa sumbang. “Lisna, berhentilah mengada-ngada. Lebih baik kau pulang sekarang.”“Aku serius. Aku kurang apa coba? Oh astaga. Jangan-jangan kau ini dipelet oleh perempuan itu.”Keenan mendengkus pelan lalu berucap. “Aku sedang tidak mau berdebat denganmu. Pergilah.” Sementara di dalam kamarnya Farel tengah mendengarkan penjelasan dari Lily terkait dengan insiden barusan.“Enggak pa-pa, Sayang. Tante yang tadi mungkin sedang kesal. Jadi ya berbicara asal
Baca selengkapnya
10. Malam Pertama
Farel terkesiap lalu mematung dalam sekejap. Sementara Lily lekas menahan tangan Keenan yang sudah mengepal erat.“Apa yang kau lakukan??” tanya Keenan dengan suara yang menahan geram. Tadinya dia hendak kembali ke ruang kerja. Namun, suara bising dari kamar Farel mengacaukan rencananya.Bocah usia empat tahun itu menunduk seraya meremas jari-jarinya sendiri. “A-aku hanya main rumah-rumahan.”“Dia hanya bermain. Tolong jangan memarahinya,” bisik Lily. Wanita itu menggeleng pelan dengan bola mata yang nyaris berhenti berkedip ketika Keenan mulai mengayunkan langkahnya. Tepat saat hampir mendekati Farel, suami dinginnya tersebut berhenti lalu mengambil posisi bersidekap.“Apa ranjangmu tidak nyaman?” tanyanya kemudian. “Kau tidak suka gambarnya?” Farel menggeleng. “Atau warnanya?” Lagi-lagi sang bocah menggeleng pelan. Keenan lantas mengernyit heran. Kepalan tangannya pun mulai mengendur.“Enggak ada yang salah kok. Semua yang ada di sini Farel suka,” gumam Lily
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status