Rio (35 Tahun) memiliki seorang istri (Rumi) dan dua anak (Rivo dan Alya) Ia seorang pengusaha bengkel dan jual beli sparepart, selain buka usaha Rio juga karyawan di salah satu perusahaan Migas. Rio hidup sederhana walau gaji dan usahanya sangat lumayan, sebab, ia adalah tulang punggung keluarga, ayah Rio sudah meninggal dunia, namun, tidak satupun ada yang tahu kalau ayah Rio sudah tiada. Rio hanya mengetahui kalau ayahnya adalah Santoso suami dari Sari. Hingga ia merasa bertanggungjawab menghidupi tiga adik-adiknya di kampung yang berstatus tidak yatim. Di tengah perjalanan hidupnya. Usaha yang dirintisnya matia-matian bersama sang istri bangkrut, kebangkrutan itu disebabkan saudara yang ia percaya mengelolanya melarikan diri dengan menjual beberapa isi toko dan membawa sejumlah uang hasil penjualan. Banyaknya beban pikiran membuat Rio tidak konsentrasi bekerja. Ia turut dipecat dari perusahaan sebab dianggap tidak produktif, indisipliner dan kurang berkontribusi. Rio memutuskan membawa sang istri dan anak-anak pulang ke kampung, tinggal bersama orangtuanya. Namun, keadaan Rio yang jatuh miskin tidak diterima keluarganya. Bahkan adik-adiknya suka menghina Rumi, sang istri tercinta. Rivo dan Alya mendapat perlakuan kasar dari ibu dan saudara Rio. Bahkan Sari, ibu Rio tiba-tiba berbicara soal warisan di tengah kemalangan demi kemalangan yang menimpa Rio. Warisan peninggalan ayah Rio yang akan dijual, anehnya warisan itu sebagian sudah tertulis atas nama adik-adiknya. Nama Rio juga tidak tercantum dalam daftar warisan kebun karet yang keluarganya miliki. Naas tak dapat ditolak, suatu hari Rio kemalangan, dipatuk ular ketika memancing di sawah. Rio lumpuh, kakinya tidak bisa berjalan. Kejadian itu mengakibatkan ekonomi keluarga kecilnya ikut lumpuh total. Sari, ibu Rio justru menunjukkan sikap blak-blakan membenci Rumi namun masih berpura-pura baik pada Rio. Bahkan dengan tega menghadirkan perempuan lain di kehidupan Rio. Rena Arumi bertindak, Rumi terbelalak kaget menemukan bukti, ternyata kelumpuhan suaminya sudah diatur oleh Sari, ibu kandung Rio sendiri. Kuy ... baca!
Lihat lebih banyakSetelah mereka pergi, suasana nampak semakin sepi. Bang Rio mengajak kami untuk masuk kembali kedalam rumah. Aku menuturi Bang Rio dari belakang. Hingga sampai di ruang tengah rumah itu, kami duduk bersama.Semua terasa hening. Bang Rio melipat tangannya di atas dada sambil terus diam. Sama seperti yang Aku lakukan. Mili pun tak bisa berbuat lebih selain melihat tingkah mereka yang jadi pendiam."Kenapa jadi pada diam seperti ini? Bukanya seharusnya kita senang karena mkita menang?" Tanya Mili melirik liar ke dua belah arah. Aku menarik nafas dalam sekali lalu membuangnya hingga dadaku terasa lega."Aku hanya kasihan melihat Kinanti dan Om Budiman di seret polisi seperti itu," ucapku lirih. Aku memang kesal dan dongkol dengan sikap dan kelakuan dari keduanya. Hingga taut wajah muram tak bisa aku sembunyikan. Tapi, rasa kemanusiaanku tiba-tiba saja muncul. Aku tak bisa bayangkan bagaimana mereka akan menderita di balik jeruji besi.Bang Rio duduk mendekat ke arahku. Dia adalah pria yang
4.Akhirnya aku berada di posisi ini. Dimana diriku sangat sebal melihat orang yang selalu bertingkah munafik. Merasa diri paling benar, tersenyum baik di hadapan kita namun di belakang aslinya sangat busuk.Aku mengeratkan genggaman tanganku hanya untuk menahan sebuah amarah. Benci dan muak menatap wajah wanita itu, sampai-sampai aku ingin sekali melemparkan sebuah pukulan di pelupuk matanya. Untung saja, aku tipe orang yang tak suka kekerasan.Menyelesaikan masalah ini dengan otak dingin lebih baik dibandingkan harus adanya pertumpahan darah. Bisa diingat oleh semuanya jika masalah besar kita bersangkutan dengan uang, maka jati diri seseorang bisa terlihat jelas. Hal yang sama nampak dari wajah Bang Romi. Matanya memerah setiap kali berhadapan dengan sosok Kinanti. Seperti sudah dijodohkan oleh tuhan, Kinanti bersikap acuh tak acuh percis dengan Budiman yang belum datang. "Jangan berbelit-belit lagi. Sebaiknya, kamu jujur saja. Semua ini a
Aku dan Bang Rio, sedang duduk di ruang tamu rumah. Kami merasa putus asa dalam upaya kami untuk membuktikan bahwa Om Om Budiman dan Kinanti telah melakukan tindakan yang hendak mencelakakan Bang Rio.Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan Milli, adik iparku, tiba-tiba masuk dengan wajah yang pucat dan serius."Aku punya sesuatu untuk kalian berdua," katanya sambil menyerahkan sejumlah bukti kasus itu kepada kami.Bang Rio dan aku saling pandang, takjub dengan apa yang Milli berikan kepada kami.“Kamu dapatkan semua ini dari mana, Milli?” tanya Bang Rio. Milli menggelengkan kepalanya perlahan, “Abang dan Mbak Rum ga perlu tau, yang jelas semua bukti ini bisa membawa mereka ke terali besi,” katanya. Aku menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Akhirnya aku bisa menemukan keadilan untuk suamiku. “Di dalam sini juga ada bukti-bukti jika Om Budiman memang sudah menyabotase harta yang seharus
Bang Rio duduk di depan pengacara dengan sorot mata yang tajam. Ia merasa gerah dan marah karena sudah terlalu lama ia berdiam tentang masalah keluarganya."Pak, saya butuh bantuan Anda. Saya yakin ada masalah dalam keluarga Budiman," ujarnya sambil mengeluarkan sebuah folder dari tasnya.Pengacara itu memperhatikan Bang Rio dan menerima folder yang dia tawarkan. Dia membuat catatan dan menanyakan sedikit lebih banyak tentang situasi keluarga Budiman."Saya memiliki banyak bukti yang menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun, mereka telah mengambil aset dan harta keluarga saya, termasuk rumah warisan ibu saya. Semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan saya dan bahkan tanpa itikad baik," lanjut Bang Rio sambil menatap tajam pengacara tersebut.Pengacara tersebut merasa kagum akan keseriusan Bang Rio dalam menyelesaikan permasalahan ini. Ia lalu bertanya tentang bukti yang dimiliki Bang Rio.Bang Rio kemudian
Sore itu, entah mengapa Mili mengumpulkan semua orang termasuk aku dan mas Rio. Ia berkata ada sesuatu yang penting untuk kami ketahui.Ternyata, Milli merasa sakit hati dan marah ketika dia mengetahui betapa banyak kesalahan ibunya telah dilakukan terhadap Rio. Dia tidak bisa membiarkan hal itu terus terjadi dan harus mengambil tindakan segera.Saat semua sudah berkumpul, Milli memutuskan untuk membuka kedok ibunya di hadapan semua orang . Dia tahu itu akan menjadi momen yang sulit bagi keluarga mereka, tetapi dia merasa bahwa kebenaran harus diketahui.Ketika Sari datang ke acara itu, dia melihat putrinya berdiri dengan tegas dan tak gentar. Milli pun mulai berbicara dengan suara yang tegas,“Saya ingin berbicara tentang ibu saya, Sari. Dia telah melakukan sejumlah besar kesalahan terhadap Rio, kak
Saat kami tiba di rumah, terlihat sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumah kami. Dan seseorang turun dari mobil itu berjalan masuk ke halaman rumah. Kemudian mobil itu pun segera berlalu. Sepertinya mobil itu hanya taksi online. Aku dan Bang Rio saling berpandangan.“Sepertinya ada tamu, Bang. Apa kamu memberitahukan alamat kita kepada orang lain Rum? Maksud Abang kepada saudara kita?” Aku menggelengkan kepala, “Hmm, tidak ada orang yang tahu alamat rumah ini. Entah kalau misalkan orang itu memang sengaja mencari alamat rumah kita dan ingin bertemu dengan kita. Ya sudahlah, Bang ... Kita temui saja. Kita kan nggak tahu siapa tamunya,” katakuKami pun bergegas memasuki halaman dan membuka pintu rumah. Saat pintu dibuka seseorang yang sudah familiar tampak sedang duduk bersama ibuku di ruang tamu dan saat melihat kami orang itu langsung berdiri dan tersenyum.“Bang Rio, Mbak Rumi.”“Mili, kok kamu di sini?” tanyaku. Ya, yang datang adalah Mili adiknya Bang Rio. Selama ini setahu
“Aku merasa sangat kecolongan. Ternyata selama ini ada banyak sekali hak yang harus aku perjuangkan. Hak yang seharusnya aku nikmati bersama anak dan istriku, dinikmati oleh orang lain yang tidak berhak sebetulnya,” kata Bang Rio ketika kami dalam perjalanan pulang ke rumah. Aku hanya menganggukan kepalaku.“Ya, selama ini kamu terlalu sabar dan selalu saja menjadi orang baik, Bang. Baik itu boleh tetapi jika orangnya seperti kamu itu bukan baik lagi... tetapi terlalu baik. Bahkan kamu membiarkan orang-orang yang benci kamu mendzalimi kamu begitu saja. Termasuk juga Tante Sari. Kamu ingat betapa kamu kemarin begitu ngotot untuk mengeluarkan dia dari penjara, padahal aku sudah mengatakan jika aku memiliki alasan kenapa aku menuntutnya. Kamu baru diam setelah aku berikan bukti-bukti nyata kan, Bang,” ujarku kepada Bang Rio.“Maafkan Abang Rumi, selama ini Abang dibutakan. Abang tahu jika Abang bersalah dan abang minta maaf,” kata Bang Rio kepadaku. Aku menghela napas panjang dan mengang
Aku sangat terkejut ketika mendengar dari anak buahku jika ada yang mencariku dan Bang Rio. Maka kami pun segera mencuci tangan kemudian bergegas menuju ke depan. Kami tidak mau jika ta mu kami menunggu terlalu lama.Saat kami ke depan ternyata ada seorang lelaki separuh baya sedang menunggu kami, dan saat melihat kami Ia pun tersenyum dengan ramah.“Selamat siang Pak, Anda mencari siapa?” tanyaku dengan sopan. Aku berpikir jika kemungkinan dia adalah pelanggan baru di bengkel kami, maka kami pun harus bersikap ramah kepada pelanggan bukan? Meski ini sedikit aneh,karena jarang sekali langganan kami meminta untuk bertemu langsung dengan pemiliknya.“Maaf, tadi saya mendengar ibu dan bapak mencari Pak Rustandi. Apakah betul demikian?” tanya lelaki itu.Aku dan Bang Rio mengerutkan dahi, kami saling berpandangan tetapi kemudian aku mengganggukan kepala dengan cepat.“Iya, betul Pak. Kami baru saja dari rumah Pak Rustandi dan mencari beliau tetapi kata security di rumah itu beliau sedang t
Dengan berbekal alamat yang diberikan oleh ibuku, aku dan Bang Rio bertekad untuk mencari kebenaran dari keluarga Bang Rio. Bukannya kami gila harta, tetapi kami hanya memperjuangkan apa yang menjadi haknya Bang Rio.“Apa menurutmu kita akan berhasil, Rumi?” tanya Bang Rio.“Ya kita jangan pesimis, Bang. Kita harus optimis dulu. Kita hadapi saja berdua, bukankah selama ini kita ada apa-apa juga saling bahu-membahu. Jadi, Rumi yakin kalau sekarang juga kita pasti bisa melewatinya. Asalkan kita bersama-sama, ingat Bang bersatu kita teguh bercerai kita runtuh,” kataku dengan penuh semangat.“Kamu udah kayak pasukan demonstrasi aja, Rum., Ya udah sekarang kamu udah siap belum? Anak-anak sama siapa?Ibu nggak masalah ya kalau kita titipin anak-anak terus menerus?” kata Bang Rio.“Kalau ibu masalah, dari kemarin-kemarin Ibu udah protes. Buktinya Ibu baik-baik aja tuh. Selama beberapa lama aku di kampung aja Ibu nyaman-nyaman aja menjaga Revo sama Alya. Abang nggak usah khawatir,” kataku.Set
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.