Chapter: Bab 66 Milikku SepenuhnyaLucas membawa Kiara dengan hati-hati ke ranjang mereka. Ia menatap wajah istrinya sejenak, memastikan lagi bahwa apa yang akan terjadi benar-benar diinginkan oleh keduanya, bukan semata oleh keinginan sesaat.Kiara membalas tatapan itu tanpa kata. Dalam matanya tak lagi ada keraguan, hanya ketulusan dan keberanian yang perlahan tumbuh dari rasa percaya.Di bawah cahaya lampu kamar yang temaram, Lucas menyibak rambut Kiara yang menempel di pipi, lalu mengecup dahinya perlahan—seolah berterima kasih karena telah mempercayakan dirinya sepenuhnya malam ini.“Malam ini… kamu milikku sepenuhnya,” bisik Lucas dengan suara serak. Bisikan Lucas mampu membuat tubuh Kiara meremang. Lucas menyentuh wajahnya, lalu turun ke bahunya, mengguratkan jejak kehangatan dengan jemarinya. Gerakan mereka penuh kesabaran, tak terburu-buru, seperti menari dalam diam. Tak ada yang memimpin, tak ada yang mengikuti—mereka menyatu dalam irama yang hanya bisa dimengerti oleh dua hati yang saling
Last Updated: 2025-08-06
Chapter: Bab 65 Sentuhan HangatKiara dan Lucas memasuki kamar mereka dengan langkah pelan. Kiara tampak kelelahan setelah hari yang panjang. Ia melempar tasnya ke atas sofa dan melepas sepatu dengan gerakan malas.“Mas, aku mandi dulu ya,” ucapnya singkat sambil berjalan menuju kamar mandi.Namun, sebelum pintu sempat tertutup sepenuhnya, sebuah tangan menghentikannya. Kiara menoleh, sedikit terkejut, mendapati Lucas berdiri di sana. Tatapan mata pria itu dalam dan intens.“Ikut,” ucap Lucas, pendek namun tegas.Seketika tubuh Kiara merespons. Meremang. Ia mencoba menyembunyikan kegugupan yang menyelinap di balik wajahnya.“Jangan aneh-aneh deh, Mas,” ucap Kiara, setengah bercanda, setengah waspada.Lucas melangkah maju, membuat Kiara refleks mundur beberapa langkah ke dalam kamar mandi. Tanpa mengalihkan tatapannya, Lucas menutup pintu di belakang mereka, menciptakan ruang yang seakan hanya milik mereka berdua.Tiba-tiba, Lucas mengangkat tubuh Kiara dengan mudah dan mendudukkannya di
Last Updated: 2025-08-06
Chapter: Bab 64 Hanya Untuk Satu WanitaKiara dan kedua temannya keluar dari kafe saat matahari mulai condong ke barat, mewarnai langit dengan semburat jingga keemasan. Di pelataran parkir, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan mereka. Bobby keluar dengan sigap dan menghampiri Kiara sambil membukakan pintu dengan sopan. “Silakan, Nyonya,” ucap Bobby, membuat Kiara mengernyit heran lalu menatap kedua temannya. “Tenang saja, Nyonya. Nona Alana dan Nona Wulan akan diantar oleh Zoya,” sambung Bobby dengan tenang dan sopan. Kiara kembali menoleh ke arah kedua sahabatnya, yang hanya tersenyum santai merasa tidak keberatan. Wulan mengangguk, sementara Alana menggoda dengan senyum lebar. “Yaudah, aku duluan ya,” pamit Kiara sambil melambaikan tangan. “Hati-hati ya!” ujar Wulan dengan nada hangat. “Makasih tumpangannya, Nyonya Kiara,” seloroh Alana, memamerkan deretan giginya yang rapi. Kiara tertawa kecil, membalas senyum mereka sebelum masuk ke dalam mobil. Bobby m
Last Updated: 2025-08-06
Chapter: Bab 63 Berita Pertunangan“Di mana anak sialan itu?!” seru Harry, suaranya menggema di seluruh penjuru rumah. Wajahnya merah padam, rahangnya mengeras, dan matanya liar mencari keberadaan Kevin yang tak muncul sejak malam sebelumnya. “Aku sudah minta Kevin pulang, mungkin dia masih dalam perjalanan. Sabar ya, Mas,” ucap Tamara, mencoba menenangkan suaminya. Tangannya menyentuh lengan Harry, tapi sang suami menepisnya halus, masih terbakar amarah. Skandal antara Anya dan Kevin yang tersebar luas membuat keluarga Alisher jadi sorotan. Nama baik mereka tercoreng. Media dan publik mencibir, menganggap keluarga itu kehilangan kendali—terutama Harry sebagai pemimpin. Bahkan, posisi Lucas sebagai pewaris utama dipertanyakan karena dinilai terlalu lunak. Di mata mereka, keluarga Alisher tampak rapuh. Harry masuk ke dalam ruang kerja dengan Tamara yang masih mengikutinya untuk menenangkannya. Pintu terbuka. Kevin muncul dengan langkah santai, seolah tak
Last Updated: 2025-08-05
Chapter: Bab 62 Tatapan Yang BerbedaKiara keluar dari mobil dengan langkah pelan. Ada keraguan di matanya, namun ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya. Ia sudah siap jika harus menghadapi tatapan sinis atau bisik-bisik tajam dari orang-orang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Tak satu pun mata yang memandangnya dengan hinaan. Beberapa memang melirik ke arahnya, tapi tatapan mereka tak lagi mengandung cercaan. Tidak ada gumaman penuh cemooh seperti sebelumnya. Suasana kampus terasa berbeda hari ini. Lebih tenang. Lebih bersahabat.Alih-alih dihujani rumor buruk, Kiara justru mendengar bisikan kekaguman dari beberapa mahasiswa yang ia lewati."Itu Kiara, ya? Tidak nyangka dia menantu keluarga Alisher.""Iya, dan dia tidak pernah sombong. Padahal dia bisa aja pamerin statusnya.""Aku kira dia cuma numpang nama. Tapi ternyata... dia yang nyelametin harga diri Tuan Muda Lucas, lho."Kiara tak menoleh, tapi kata-kata itu cukup jelas untuk didenga
Last Updated: 2025-08-05
Chapter: Bab 61 SkandalKiara telah mengganti pakaiannya dengan baju tidur berwarna pastel lembut. Setelah makan malam, dia langsung masuk ke kamar tanpa banyak bicara. Sementara itu, Lucas masih harus ke ruang kerja karena Bobby datang membawa beberapa dokumen penting. Namun bukan urusan bisnis yang membuat hati Kiara gelisah malam ini—melainkan kedatangan Anya. Sejak wanita itu muncul, suasana hatinya jadi tak menentu. Ia merasa kesal, tak nyaman, namun tak ingin menunjukkan apapun kepada siapapun. Ia memilih diam, membiarkan perasaan itu tertahan dalam benaknya sendiri. Kiara naik ke atas tempat tidur. Meski tubuhnya berbaring, matanya tak menunjukkan rasa kantuk. Ia hanya menatap langit-langit kamar yang temaram. Entah kenapa, malam ini terasa panjang dan hening. Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka dari luar. Refleks, Kiara segera memejamkan matanya pura-pura tidur. Ia merasa malas melihat wajah Lucas, tak ingin membahas apapun. L
Last Updated: 2025-08-05
Chapter: Bab 119 EndLangit pagi itu mendung, seolah menyelimuti bumi dengan kesedihan yang tenang. Angin bertiup lembut, menyapu dedaunan yang jatuh di sepanjang jalan menuju pemakaman. Arin berdiri diam di depan dua nisan yang tertata rapi, dengan nama kedua orang tuanya terpahat di atas batu marmer putih. Matanya berkaca-kaca, tapi bibirnya menyunggingkan senyuman kecil yang penuh makna. Di sampingnya, Samuel berdiri memegang Noah yang tertidur dalam pelukannya. Bayi mungil itu tampak tenang, seolah memahami bahwa hari ini adalah momen penting bagi mamanya. Sementara itu, Fani berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menjaga jarak, tapi tetap waspada seperti biasanya. Arin menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. “Akhirnya, aku kembali ke sini, Ayah, Ibu,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Suaranya bergetar, tapi ia mencoba untuk tetap tegar. “Aku tahu... sudah terlalu lama aku tidak datang. Tapi sekarang, aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan.” Samuel
Last Updated: 2025-01-16
Chapter: Bab 118Mila masuk ke apartemen bersama dengan Rocky, Rocky langsung berlutut untuk melepaskan heels yang Mila kenakan. “Aku bisa sendiri, Mas.”“Tapi selama ada aku, kamu tidak boleh melakukannya sendiri,” ucap Rocky yang menarik hidung Mila. “Bagaimana apa kamu lelah? Atau mual?“Tidak Mas, aku baik-baik saja. Gerah sekali, aku mau mandi dulu ya.”“Jangan mandi malam-malam,” larang Rocky.Dari dulu Rocky memang perhatian tapi setelah mengetahui jika Mila hamil dia semakin perhatian.“Gerah Mas.”“Nanti sakit Sayang, sudah ayo ganti baju lalu tidur,” tutur Rocky yang langsung menggendong Mila. Mila dengan refleks mengalungkan tangannya di leher Rocky. Mila akhirnya patuh dengan perkataan Rocky yang melarangnya untuk mandi. Dia hanya mengganti pakaiannya dengan baju tidur. “Loh Mas kok mandi?” protes Mila. “Gerah.”“Curang!”Rocky mencium pipi Mila dengan gemas, “Aku khawatir kamu sakit, Sayang. Kita tidur ya.”Rocky menuntun Mila naik ke atas tempat tidur, dengan lengan Rocky sebagai bant
Last Updated: 2025-01-16
Chapter: Bab 117 Kelahiran dan KematianMalam itu begitu tenang. Samuel duduk di samping Arin yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tetapi senyum kecil tak pernah lepas dari bibirnya. Di pelukannya, seorang bayi mungil yang baru saja lahir beberapa jam lalu. "Noah," bisik Samuel, matanya menatap lembut ke wajah anak itu. "Aku ingin menamainya Noah. Untuk menghormati Ayahmu, Arin. Dia pasti bangga." Arin tersenyum meski lelah. Air mata hangat mengalir dari sudut matanya. "Noah... Nama yang indah.”Samuel membelai rambut Arin dengan penuh kasih. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk menjaga dua orang yang paling ia cintai ini dengan segenap jiwa raganya. "Kamu tahu, aku tidak pernah seberharap ini sebelumnya," ujar Samuel, suaranya pelan tapi penuh emosi. "Melihat kamu dan Noah… rasanya seperti semua perjuangan selama ini terbayar." Arin mengangguk kecil. Tubuhnya masih lemah setelah proses persalinan yang cukup panjang. Tapi melihat bayi mereka yang sehat dan Samuel yang selalu ada di sisinya, ia meras
Last Updated: 2025-01-16
Chapter: Bab 116Mentari pagi menyelinap dari celah-celah tirai jendela kamar tidur mewah milik Samuel dan Arin. Suara burung yang berkicau terdengar lembut, seolah menyambut hari baru yang penuh kebahagiaan. Arin membuka matanya perlahan. Dia menoleh, menemukan Samuel yang sudah duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengannya. Tatapan pria itu hangat, penuh cinta. “Pagi, istriku,” sapa Samuel sambil tersenyum. Arin tersenyum kecil, matanya masih setengah mengantuk. “Pagi, suamiku. Kenapa bangun pagi-pagi sekali? Biasanya kamu kan malas-malasan dulu.” Samuel tertawa kecil, lalu membelai rambut Arin dengan lembut. “Aku cuma ingin memastikan kamu istirahat dengan cukup. Lagipula, ada sesuatu yang spesial hari ini.” Arin mengerutkan kening, bingung. “Spesial? Apa? Hari ini bukan ulang tahun kita, kan?” Samuel mengangguk pelan, wajahnya penuh rahasia. “Nanti juga kamu tahu. Yang penting sekarang, kamu siap-siap, ya. Aku mau kita habiskan hari ini dengan santai, cu
Last Updated: 2025-01-16
Chapter: Bab 115Pagi itu, Arin berdiri di depan gedung utama Venus Corporation. Bangunan megah itu terlihat kokoh, tapi di matanya, gedung itu seperti menyimpan luka lama. Perusahaan yang dulu milik kedua orang tuanya telah mengalami begitu banyak perubahan buruk di tangan Irawan. Namun sekarang, semuanya ada di tangannya. Arin menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya. Ini adalah langkah besar, dan dia tidak boleh gagal.Di sampingnya, Samuel berdiri dengan tenang. Wajahnya seperti biasa, penuh ketegasan, tapi ada senyum kecil yang membuat Arin merasa lebih percaya diri.“Kamu yakin bisa handle semuanya?” tanya Samuel, memecah keheningan.Arin menoleh, tersenyum tipis. “Aku harus bis. Ini perusahaan orang tuaku, Mas. Aku tidak bisa biarin apa yang mereka bangun terbuang sia-sia.”Samuel mengangguk. “Kalau kamu butuh bantuan, Mas selalu ada. Mas tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian.”Mendengar itu, Arin merasa lebih lega. Ada kekuatan dalam kata-kata Samuel yang membuatnya yakin la
Last Updated: 2025-01-16
Chapter: Bab 114Clara berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Gaun merah yang membalut tubuhnya terlihat sempurna, namun wajahnya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Senyum tipis menghiasi bibirnya, meskipun hatinya penuh amarah. Samuel. Nama itu terus berputar di kepalanya. Dia ingat betul bagaimana pria itu menatapnya dingin beberapa hari yang lalu, menolak kehadirannya tanpa sedikit pun ragu.“Dia tidak bisa terus seperti ini,” gumam Clara pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Matanya menatap pantulan dirinya dengan tajam, seolah mencoba meyakinkan diri bahwa dia masih punya kendali. ---Di ruang tamu, Irawan berdiri dengan wajah merah padam. Di depannya, Bella berdiri dengan koper besar di tangannya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini terlihat dingin dan penuh kebencian. “Kamu mau ke mana?” suara Irawan terdengar keras, hampir seperti teriakan. Bella menatapnya dengan tenang, tapi sorot
Last Updated: 2025-01-14
Chapter: Bab 83“Besok, Mama mau kamu makan malam dengan Mam,” ucap Teresa yang menatap anaknya yang tengah menyetir. Kendrick tidak menanggapi perkataan Teresa dia diam dan fokus menyetir berharap segera sampai di mansion utama. “Ken, apa kami tidak mendengar Mama?” suara Teresa kembali meninggi membuat Kendrick menoleh. “Apa lagi yang mau Mama bicarakan denganku? Semua tidak akan mengubah keputusanku, Ma,” ucap Kendrick tanpa menoleh ke arah Teresa. “Aku akan tetap menikahi Serena, meskipun kalian menentang.”“Kendrick! Kenapa sih kamu tidak pernah mau mendengarkan Mama? Cari wanita manapun dari keluarga terhormat, Ken!”“Dia masih keluarga Quirino, jadi tidak ada alasan lagi untuk Mama mengatakan jika dia bukan berasal dari keluarga terhormat.”“Tapi dia lahir diluar pernikahan, sadarlah Ken.”Kendrick menghela nafas, dia merasa muak terus berdebat dengan Mamanya sendiri. Tidak peduli pandangan orang lain, Kendrick tetap menginginkan Serena dan dia akan mempertahankan Serena agar tetap disisinya
Last Updated: 2025-06-14
Chapter: Bab 82Serena duduk di tepi ranjang, pandangannya kosong menatap dinding kamar yang sunyi. Satu bulan berlalu sejak hari itu di kantor, ketika Teresa datang tanpa diundang, menebarkan ketegangan yang tak pernah Serena bayangkan sebelumnya. Hatinya terbelah antara rasa ingin bertahan dan tekanan yang semakin menyesakkan. Minggu lalu ia resmi mengundurkan diri, keputusan yang dibuat setelah berhari-hari menahan tatapan dingin dan bisik-bisik yang tak pernah diucapkan, namun terasa begitu nyata.Pintu kamar terbuka perlahan, Kendrick masuk dengan langkah pelan. Melihat Serena yang masih duduk termangu, wajahnya berubah khawatir. Ia mendekat, duduk di sampingnya dan meraih tangan Serena yang dingin. "Sayang, apa kamu baik-baik saja?" suaranya lembut, penuh perhatian. “Kamu sudah pulang, Ken?” ucap Serena yang kemudian melihat jam yang ternyata sudah pukul tujuh malam. “Iya Sayang, kamu kenapa melamun?”“Tidak apa-apa, aku hanya bingung harus melakukan apa dirumah,” ucap Serena berbohong. Kend
Last Updated: 2025-06-09
Chapter: Bab 81Kantor Alonzo Group hiruk-pikuk. Suara bisik-bisik memenuhi ruang kerja, menciptakan atmosfer tegang yang tidak bisa diabaikan. Serena duduk di mejanya, wajahnya pucat saat melihat layar komputernya. Foto-foto dirinya dan Kendrick memenuhi forum kantor. “Serena, lihat ini!” Luna, rekan kerjanya, berlari menghampiri, wajahnya memancarkan kekhawatiran. “Kamu dan Pak Kendrick! Ini gila!”Serena menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. “Kenapa bisa tersebar?” tanyanya dengan suaranya bergetar.“Entahlah, tapi semua orang membicarakannya,” Sofia menjawab, tidak dapat menyembunyikan rasa kekhawatirannya. “Kamu baik-baik saja, Serena?” tanya Maudy yang melihat wajah pucat Serena.“Kak, tenanglah,” tutur Sofia. Mereka mengerti apa yang menjadi kekhawatiran Serena. Di luar kantor, Kendrick yang baru selesai bertemu dengan klien mendengar kabar dari Julian, asisten pribadinya. “Julian, apa maksudnya ini? Mama sedang dalam perjalanan ke kantor?” Suara Kendrick terdengar tegang, mencermink
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Bab 80Mentari pagi menerobos masuk melalui celah gorden, membekukan lembut wajah Serena. Ia mengerjap, merasakan kehangatan di sekitarnya. Kendrick. Pria itu sudah bangun, menatap dengan senyum teduh yang selalu berhasil menghangatkan hatinya."Selamat pagi, sayang," bisik Kendrick, mengecup bibir Serena singkat namun penuh kasih. Serena membalas senyumannya."Pagi, Ken. Mandi sana, nanti telat ke kantor." Kendrick menggeleng, senyumnya semakin lebar."Tidak ada kantor hari ini untukku." Serena sedikit mengerutkan keningnya. “Maksudmu?”"Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu." "Tidak bisa, Ken. Aku juga harus ke kantor." Raut kekhawatiran langsung tergambar di wajah Kendrick."Kamu yakin Sayang?” Serena mengangguk, dia lalu berkata. “Aku ingin kembali bekerja. Aku tidak bisa terus menerus berdiam diri di rumah,bukan?” Suaranya lirih, namun terdapat ketegasan di dalamnya.Kendrick menatap Serena dengan lembut dan penuh pengertian. Mungkin benar, kembali ke rutinitas seperti biasa akan me
Last Updated: 2025-04-10
Chapter: Bab 79"Aku senang kalau kamu sudah mulai tersenyum lagi," kata Kendrick akhirnya, suaranya lebih lembut dari biasanya, seperti mendengarkan alunan lagu yang merdu.Serena terdiam, merenungkan kata-kata Kendrick. Ia menyadari perubahan dalam dirinya sendiri. Rasanya seperti menemukan secercah cahaya di ujung lorong gelap yang tak berujung.Namun, meskipun ada perubahan positif, ia masih tidak yakin dengan apa yang sebenarnya ia rasakan. Apakah ini hanya ilusi dari rasa rindu akan kebahagiaan yang sudah lama menghilang, ataukah ada sesuatu yang nyata?Kendrick tidak berbicara untuk beberapa saat, hanya menemani Serena dalam diam. Serena menghela nafas pelan, menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, mencoba meredakan pikirannya yang terus berputar."Aku ingin kamu tetap disisiku, Sayang," kata Kendrick tiba-tiba, membuay suasana tenang yang sebelumnya ada di antara mereka. Serena langsung menegang. Ia menoleh menatap Kendrick, tetapi pria itu tetap menatap lurus ke depan, seolah-olah sedang b
Last Updated: 2025-03-27
Chapter: Bab 78Pagi itu, Kendrick memutuskan untuk Angin sejuk menerpa wajahnya. Dia memperhatikan sekeliling—anak-anak bermain di kejauhan, pasangan muda berjalan bergandengan tangan, dan beberapa orang tua duduk menikmati sore dengan segelas kopi. Semua orang tampak... menjalani hidup.Serena menggenggam lengan bajunya sendiri, merasa terasing di antara mereka. Kendrick berdiri di sampingnya, diam, memberi Serena waktu untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar yang terasa asing."Ayo duduk," katanya akhirnya, menunjuk bangku kayu di bawah pohon rindang. Serena menurut, meskipun hatinya masih berat. Mereka duduk berdampingan dalam keheningan, hanya suara burung dan tawa anak-anak yang terdengar."Kamu tahu," Kendrick akhirnya membuka suara, "Aku dulu benci tempat kayak gini." Serena menoleh, keningnya berkerut. "Kenapa?" Kendrick mengangkat bahu. "Karena terlalu ramai. Terlalu banyak orang dengan kehidupan mereka masing-masing, sementara aku sIbuk dengan kehidupanku yang berantakan."Serena terdia
Last Updated: 2025-03-27