author-banner
Anna Noerhasanah
Anna Noerhasanah
Author

Novels by Anna Noerhasanah

Kontrak Cinta, Luka Nyata

Kontrak Cinta, Luka Nyata

Demi biaya pengobatan ibunya, Alya terpaksa menandatangani kontrak sebagai istri simpanan pria beristri. Tanpa cinta, tanpa ikatan. Hanya peran dan kewajiban. Tapi, saat hati mulai goyah, dan luka demi luka makin nyata, Alya harus memilih: bertahan dalam peran ... atau kehilangan dirinya sendiri.
Read
Chapter: Bab 44. Toko Online, Hati yang Kosong
Siang itu, sinar matahari menembus tipis gorden jendela apartemen kecil itu. Udara dingin dari pendingin ruangan bercampur dengan aroma kopi yang baru diseduh Nayla. Di meja kerja mungil dekat jendela, Alya menatap layar laptop dengan penuh konsentrasi. Jarinya lincah mengetik, sesekali membuka tab lain untuk mengecek stok barang, membalas pesan pelanggan, hingga mengatur jadwal pengiriman.Toko online yang ia bangun selama beberapa bulan terakhir berkembang jauh lebih cepat dari yang ia bayangkan. Mulanya hanya sekadar menjual barang kecil-kecilan, aksesori, pernak-pernik rumah tangga, hingga pakaian, kini ia sudah punya alur distribusi tetap. Ada reseller, ada pelanggan tetap, bahkan rating tokonya mencapai bintang lima di hampir semua platform.Notifikasi terus berbunyi. Pesanan masuk satu demi satu. Beberapa customer menuliskan review positif."Barangnya bagus banget, pengiriman cepat, pasti langganan deh.""Terima kasih, seller ramah banget. Sukses selalu ya."Alya tersenyum tipi
Last Updated: 2025-09-03
Chapter: Bab 43. Email dari Nama Tak Dikenal
Hujan yang sejak sore mengguyur kota itu akhirnya reda menjelang tengah malam. Udara terasa lebih dingin, meninggalkan aroma tanah basah yang samar-samar masuk melalui jendela kecil apartemen. Alya duduk di depan meja belajarnya, layar laptop menyala, lembar tugas terbuka, tetapi matanya tak benar-benar menatap tulisan. Beberapa jam sebelumnya ia dan Nayla masih bercanda sambil makan mie instan. Namun, begitu pintu kamar tertutup, sunyi kembali menyelimuti. Dan di sanalah, kesunyian itu selalu membuka celah untuk luka-luka lama menyeruak. Alya mengusap wajahnya, lalu menarik napas panjang. Ia mencoba fokus pada tulisannya. Tapi, suara notifikasi email yang tiba-tiba muncul dari laptop membuatnya menoleh. 📩 New Message Alamat pengirim: A. Wiratama Subjek: Halo Alya terdiam. Tangannya refleks membeku di atas meja. Nama itu, Wiratama. Ia mengedipkan mata, memastikan dirinya tidak salah lihat. Wiratama. Nama belakang yang selama ini ia kenal hanya melekat pada satu orang.
Last Updated: 2025-09-02
Chapter: Bab 42. Luka Lama, Luka Baru
Hujan turun lagi malam itu, meski tidak selebat beberapa hari sebelumnya. Rintiknya jatuh pelan, menimbulkan bunyi ritmis di kaca jendela apartemen kecil itu. Alya duduk bersandar di sofa, buku di pangkuannya terbuka, tapi pikirannya tidak benar-benar berada di halaman yang ia baca.Nayla baru saja pulang dari kampus. Rambutnya basah, jaketnya lembap, tapi wajahnya tetap cerah. Ia meletakkan tas di kursi, lalu menghampiri dapur kecil. “Aku bikin teh, mau sekalian?” tanyanya sambil membuka lemari.Alya menutup bukunya. “Iya, boleh.”Tak lama kemudian dua cangkir teh hangat tersaji di meja. Mereka duduk berhadapan, hening beberapa saat, hanya ditemani suara hujan. Alya sempat menatap sekilas wajah Nayla yang tampak lebih letih dari biasanya. Ada sesuatu di matanya malam itu, bukan sekadar kelelahan fisik, tapi beban yang jauh lebih dalam.“Capek banget?” tanya Alya pelan.Nayla mengangkat bahu, tersenyum tipis. “Lumayan.” Ia menyesap tehnya, lalu menatap ke arah jendela. “Kadang … aku m
Last Updated: 2025-09-01
Chapter: Bab 41. Teman Serumah Baru
Pagi itu, hujan telah reda, meninggalkan jejak basah di jalanan kota. Musim semi perlahan mengambil alih, meski udara dingin masih menusuk tulang. Alya berdiri di balkon apartemen kecilnya, menatap pemandangan gedung-gedung yang basah berkilau diterpa cahaya matahari yang malu-malu menembus awan.Malam sebelumnya masih terasa seperti mimpi buruk sekaligus mimpi indah. Wajah Tama masih terbayang jelas di kepalanya. Kata-kata “Aku masih mencintaimu” itu, bagai jarum yang menusuk jantung. Hangat sekaligus menyakitkan. Ia sempat bertanya-tanya apakah keputusan menutup sambungan itu sudah tepat. Namun, semakin ia pikir, semakin ia sadar, perasaan saja tidak cukup.Alya menghela napas panjang. Ia harus terus berjalan. Hidupnya di sini tidak boleh hanya berputar pada kenangan.Pintu apartemen tiba-tiba diketuk. Alya menoleh, sedikit heran. Ia jarang sekali menerima tamu. Dengan langkah ragu, ia membuka pintu.Seorang perempuan muda berdiri di ambang. Rambut panjangnya diikat asal-asalan, waj
Last Updated: 2025-08-31
Chapter: Bab 40. Video Call yang Membeku
Hujan tipis menggantikan salju yang mulai mencair. Dari jendela apartemennya, Alya menatap butiran air yang jatuh, menggores kaca seperti garis-garis tipis kenangan. Ia duduk bersandar di kursi, secangkir teh hangat di genggaman, tetapi rasa hangat itu tak pernah benar-benar menyentuh hatinya. Hatinya dingin, beku, sama seperti udara musim semi yang belum sepenuhnya tiba.Ponsel di meja bergetar. Nama yang muncul di layar membuat napasnya tercekat, Tama Wiratama. Bukan sekadar email kali ini. Sebuah panggilan video.Alya terpaku. Jantungnya berdentum, seperti palu yang memukul-mukul ruang dadanya. Jari-jarinya kaku. Ia ingin menolak, tapi juga tak kuasa menekan tombol merah. Dalam detik-detik ragu itu, seakan-akan seluruh dunia terhenti. Lalu, entah dorongan dari mana, ia menyentuh layar.Sambungan terhubung.Dan wajah itu muncul.Tama.Wajah yang begitu dikenalnya. Dahi sedikit berkerut, tatapan teduh, tetapi letih, dan senyum tipis yang dulu selalu membuatnya merasa aman. Namun, kal
Last Updated: 2025-08-30
Chapter: Bab 39. Ranti Terbit Lagi
Salju sudah reda, menyisakan butiran es tipis di pinggiran trotoar kota kecil tempat Alya kini menapaki langkah. Suhu dingin menusuk kulit, tetapi bukan itu yang membuat tubuhnya bergetar. Ada sesuatu yang baru saja ia temukan di layar ponsel, sesuatu yang menyentuh luka lama yang selama ini berusaha ia kubur.Podcast.Judulnya mencolok: “Perempuan yang Merusak Rumah Tangga Orang.”Dan wajah yang muncul di sampul digital podcast itu bukan orang asing.Ranti.Alya menatap layar cukup lama hingga matanya berair. Ia tidak perlu mendengarkan penuh untuk tahu, kalimat-kalimat Ranti akan diarahkan padanya. Selama ini, Ranti selalu punya cara menyelipkan sindiran manis, tetapi tajam, dibungkus narasi moral yang terdengar bijak, padahal sesungguhnya adalah pisau yang mengarah ke hati Alya.***Malam itu, Alya duduk di kursi dekat jendela apartemennya. Laptop terbuka, lampu meja menyala, tapi ia tidak bisa fokus pada tugas yang harus dikerjakan. Suara Ranti terus terngiang di kepalanya.“Ada p
Last Updated: 2025-08-29
Bukan Pelakor

Bukan Pelakor

Melati dan Adam sepasang suami istri. Melati seorang pelayan sebuah kafe dan dinikahi Adam, seorang direktur perusahaan. Mereka menikah secara siri. Setiap kali Melati meminta Adam untuk menikahinya secara sah, Adam selalu punya banyak alasan. Menunggu keluarga Adam siap. Melati pun awalnya tak pernah menaruh curiga sama sekali. Namun, hati Melati begitu hancur saat mengetahui sebuah fakta yang tak pernah terpikirkan. Ternyata, Adam sudah berkeluarga. Dia memiliki istri dan seorang putra berusia sekitar 3 tahun. Hati Melati hancur seketika itu. Dia merasa telah menjadi perusak rumah tangga wanita lain. Lalu, akankah Melati tetap bertahan dalam pernikahannya?
Read
Chapter: Bab 21. Janji yang Tertunda
Pagi masih berembun ketika suara burung gereja mulai bersahutan di halaman rumah. Melati membuka tirai jendela kamarnya dan membiarkan sinar matahari masuk perlahan. Udara sejuk menelusup melalui celah jendela, membawa aroma rumput basah yang menenangkan. Namun, batinnya masih jauh dari tenang. Hatinya masih bising oleh suara-suara yang belum juga mereda.Ia menarik napas dalam, lalu mengambil ponsel. Tangannya sempat ragu, tetapi tetap membuka aplikasi pesan.Belum ada balasan.Pesan yang ia kirim semalam masih terlihat centang dua. Dibaca, tapi tetap dibungkam. Tak ada tanda-tanda bahwa Adam akan merespons. Melati menghela napas, lalu meletakkan ponsel di meja kecil dekat tempat tidur.Ia melangkah keluar kamar, membantu ibunya seperti biasa. Hari itu, cucian cukup banyak. Meski tubuh lelah, Melati tidak mengeluh. Justru, pekerjaan membuat pikirannya sedikit teralihkan.***Menjelang siang, saat Melati sedang menyapu halaman, ponselnya bergetar di saku celana. Sebuah nama muncul di
Last Updated: 2025-07-27
Chapter: Bab 20. Hati yang Penuh Rahasia
Mentari sudah tinggi, tapi semangat Melati seperti belum benar-benar terbit. Ia hanya duduk diam di beranda rumah, menggenggam cangkir teh yang sejak tadi tak disentuh. Uapnya sudah tak lagi mengepul, menguap seperti semangatnya pagi ini. Pikirannya masih tertinggal pada percakapan semalam dengan Adam, juga pada luka lama yang kembali menganga.“Mel, kamu kenapa, Nak?” tanya Bu Halimah yang baru saja selesai menjemur pakaian. Suaranya pelan, tapi penuh perhatian.Melati buru-buru mengangkat wajah dan tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, Bu. Cuma pusing sedikit.”Bu Halimah memperhatikan anak gadisnya itu dengan tatapan lekat. Ia tidak sebodoh yang Melati kira. Sejak Melati pulang dari Jakarta, Bu Halimah sudah merasa ada yang aneh. Anaknya jadi sering melamun, kadang tertawa sendiri, lalu tiba-tiba murung. Ponsel yang dulu hampir tak lepas dari genggaman, kini lebih sering disimpan dan bahkan dimatikan.“Pusing karena apa? Habis mimpi buruk?” tanya Bu Halimah mencoba ringan.Melati mengan
Last Updated: 2025-07-26
Chapter: Bab 19. Kemarahan Melati
Esok pagi, Melati mengerjap karena cahaya matahari menerobos masuk jendela. Matanya sebenarnya begitu berat untuk dibuka. Melati masih mengantuk karena semalam tidur sudah sangat larut. Napas dia embuskan dengan kasar. Dengan malas Melati bangun dan melangkah keluar kamar menuju kamar mandi.Melewati dapur untuk ke kamar mandi.“Anak gadis bangun, kok, matahari sudah tinggi. Gimana bisa cepet dapat jodoh, jodohnya dipatok ayam.” Ibu menggoda Melati ketika dia hendak masuk ke kamar mandi.Melati menoleh dan tersenyum. Ah, Ibu ... tidak tahu kalau anaknya ini sudah mendapat jodoh meskipun dia tidak lagi single.Tanpa menanggapi perkataan Bu Halimah Melati masuk kamar mandi dan menutup pintu. Melati bersender di balik pintu sambil menumpahkan kesedihan. Napas terasa sesak, cairan hangat pun mengalir membasahi pipi.Tuhan ... ampuni Hamba karena telah berbohong pada Ibu. Hamba tak berani berkata jujur kalau sudah menikah, karena hanya menikah siri dan bukan dengan pria single.Melati sege
Last Updated: 2024-01-23
Chapter: Bab 18. Niat Dijodohkan
Malam ini, Melati duduk di teras rumah bersama Bu Halimah. Menyaksikan kerlap-kerlip bintang di langit. Ya, suasana di rumah Melati ini memang tidak begitu ramai, karena rumahnya jauh dari jalan raya. Hanya jalan kampung kecil dan masih banyak pepohonan di sekitar. Jika malam, suasana hening dan terdengar suara jangkrik, yang sudah tidak terdengar di Kota Surabaya.“Melati, kapan kamu mau menikah?”Pertanyaan Bu Halimah sontak membuat Melati terkejut.Melati langsung menoleh.Aku harus menjawab apa atas pertanyaan Ibu? Aku sudah menikah meskipun hanya siri. Melati berkata dalam hati.“Melati kenapa diam? Ibu berniat menjodohkanmu dengan Rehan, anak Bi Minah yang rumahnya di pojok kampung sana.” Bu Halimah menunjuk ke arah utara.Melati masih bergeming, menunggu Bu Halimah melanjutkan perkataannya.“Dia anak yang baik, udah mapan, dan umurnya juga sudah matang. Dia juga berniat cari jodoh kata ibunya. Kamu kenal dia, ‘kan?” lanjut Bu Halimah.Melati menelan ludah, kemudian menghela nap
Last Updated: 2024-01-23
Chapter: Bab 17. Pulang Kampung
Keesokan harinya Melati memutuskan untuk pulang kampung sebentar. Dia ingin menenangkan diri. Selain itu juga kangen pada ibunya. Semalam Melati langsung memesan tiket kereta api secara online. Untung saja langsung ada.Pagi ini, Melati segera menuju stasiun Gubeng. Dia akan pulang menggunakan jasa kereta api.Setelah tiba di stasiun, dia berjalan menyusuri emperan stasiun. Orang-orang berlalu-lalang memenuhi emperan. Hendak pulang dan pergi. Menyatu dengan tukang asongan, penjaja koran, dan penjual makanan serta minuman. Hari masih sangat pagi saat Melati tiba di stasiun. Kereta tidak terlalu penuh, mungkin karena belum banyak orang yang hendak bepergian, mungkin juga memang bukan hari libur besar ataupun hari raya. Melati bernapas lega, karena bisa duduk santai sepanjang perjalanan. Dia bergegas masuk ke gerbong kereta.Tak lama kemudian, kereta api pun berdecit, melaju meninggalkan Kota Surabaya. Dia memandang ke luar jendela kereta. Menghirup napas dalam. Dia tidak izin pada Adam.
Last Updated: 2024-01-23
Chapter: Bab 16. Melati Bingung
“Melati, Aisyah sedang sakit. Dia nggak boleh dengar kabar menyakitkan. Kalau aku cerita yang sesungguhnya di saat dia drop, aku takut dia akan tersiksa.” Adam mendekap Melati dari belakang.Mendengar pengakuan Adam, Melati hanya terdiam. Menahan isak tangis. Dada Melati teramat sesak. Kalau dia takut istrinya tersakiti, kenapa bermain api? Apakah dia tidak memikirkan Melati yang juga menderita karena hubungan tersembunyi ini? Mengapa hanya istri pertamanya saja yang perlu dijaga perasaan hatinya?“Pergi saja kamu, Mas. Jangan pernah ke sini lagi! Sebaiknya kita memang berpisah.” Suara Melati bergetar menahan amarah.“Sayang jangan pernah minta berpisah. Aku nggak mau. Sabarlah sebentar, saat ini Aisyah sedang sakit. Kondisinya benar-benar drop, karena itu aku harus menjaga perasaannya.” Adam menggenggam tangan Melati.“Memangnya sakit apa dia, Mas?” tanya Melati.“Gejala ginjal,” jawab Adam lirih.Mata Melati membelalak tak percaya. Ginjal? Begitu parahkah, sehingga Adam begitu khaw
Last Updated: 2023-09-14
You may also like
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status