“Mas, kamu kapan pulang? Aku sudah kangen,” ucap Melati dengan suara manja dan merajuk ketika menelepon Adam, suaminya. “Iya, Sayang, sabar. Di sini masih banyak urusan.” Suara Adam terdengar berwibawa. Mendengar suara Adam, membuat Melati semakin merindukan suaminya. Meskipun mereka belum menikah secara resmi, tetap Melati tak peduli. Melati merasa yakin kalau Adam, suatu saat akan meresmikan hubungan mereka. “Kamu nggak bohong, kan, Mas? Bukan karena di situ kamu punya selingkuhan?” tanya Melati mengintimidasi. “Nggak Sayang, aku mana berani selingkuh dari kamu. Kamu istriku yang paling kusayang,” ucap Adam. “Masak? Kalau gitu cepat pulang dong.” Melati merajuk lagi pada Adam. “Pa, siapa? Kok, lama sekali?” Tiba-tiba Melati mendengar ada suara seorang wanita di seberang. Membuat wanita itu mengerutkan keningnya. “Mas lagi di mana? Kok, aku dengar ada suara wanita?” tanya Melati. “Eh, ini, Mas lagi di luar rumah, Sayang. Itu suara ibu-ibu di tetangga sebelah,” jawab Adam. Me
“Apa? Nggak mungkin kamu pasti bohong!” sentak Melati tak terima.“Halo! Halo!” Tiba-tiba sambungan teleponnya terputus.Melati mengumpat karena saking kesalnya.“Siapa, sih, wanita itu? Kurang ajar sekali dia!” Melati mengepalkan tangannya.Dia terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada diri Adam. Foto di ponsel Reina tadi, juga telepon misterius barusan.Melati menarik napas dalam. Kemudian, dia ingat tadi saat dia sedang telepon dengan Adam, ada suara seorang wanita. Tiba-tiba denyut jantung Melati begitu sakit. Dia merasa Adam sedang menyembunyikan sesuatu. Lalu, dia pun segera menelepon Adam kembali. Lama tak juga diangkat. “Kamu ke mana sih Mas? Kenapa nggak diangkat-angkat juga! Ck, jangan-jangan memang kamu berbohong padaku Mas!” Melati marah-marah sendiri. “Tenang Mel, jangan berburuk sangka dulu, siapa tahu wanita yang bersama Mas Adam di foto itu kakaknya dan bocah perempuan itu keponakan Mas Adam. Iya, kamu harus positif thinking Mel.” Melati menyemangati dirinya
Adam terkekeh mendengar pertanyaan Aisyah.“Mama ini ada-ada saja, ya nggaklah Ma. Udah sekarang Papa mau siap-siap aja, daripada Mama nuduh yang macem-macem.” Adam menangkup kedua pipi Aisyah, setelah itu berdiri dan mengambil tas besar untuk diisi baju-bajunya.Aisyah pun mengikuti Adam, dia membantu Adam menyiapkan untuk besok.“Mama harap Papa nggak bohong,” ucap Aisyah lagi. “Kita udah 8 tahun menikah dan sudah punya anak, Pa. Mama nggak mau Anindya jadi korban keegoisan Papa.” Aisyah berkata sambil menata baju-baju Adam.Adam hanya terdiam mendengar perkataan Aisyah, entah kenapa Aisyah selalu berkata seperti itu. Mungkinkah Aisyah curiga padaku? Adam bertanya dalam hati. Namun, dia tak lagi membalas perkataan Aisyah, Adam tak mau Aisyah semakin curiga.Maafkan aku, Aisyah, Melati, kalian sudah menjadi korban keegoisanku, ucap Adam dalam hati. Adam menarik napas dalam.Keesokan harinya, Melati menanti kehadiran Adam. Wanita itu mempersiapkan untuk menyambut suaminya tercinta. Ra
Hari Minggu, Melati sengaja tidak membangunkan Adam karena memang libur. Saat di Surabaya begini, Adam tidak terlalu sering pergi ke kantornya, karena memang hanya kantor cabang. Adam hanya memantau sesekali. Melati pun masuk kembali ke kamar sambil membawa secangkir kopi untuk Adam. Terlihat Adam menggeliat. Lalu, matanya mengerjap dan tersenyum saat melihat wajah cantik Melati. “Udah bangun Mas?” Melati melangkah ke ranjang dan duduk di pinggir ranjang.Adam duduk dan bersender di dinding, lalu meraih tubuh Melati dan memeluknya. Lalu, mencium kedua pipi Melati bergantian.“Terbangun karena mencium aroma kopi yang harum. Dan langsung nggak ngantuk karena lihat wajah istriku yang udah seger ini.” Adam mencubit hidung Melati dengan gemas.“Ish, apa sih Mas? Gombal tahu! Udah sana mandi dulu, bau kecut,” seru Melati.“Iya, sebentar. Aku minum kopi dulu biar segar.” Adam tersenyum genit pada Melati.Melati hanya membalas dengan senyuman. Wanita itu menatap wajah tampan suaminya yang s
“Mel, kamu kenapa? Coba bicara baik-baik, yang tenang.” Adam berusaha membujuk Melati.“Nggak ada yang perlu dibicarakan baik-baik Mas! Aku benci kamu! Benci!” teriak Melati.Adam benar-benar bingung dengan sikap Melati yang tiba-tiba marah-marah tidak jelas. Lalu, Melati kembali masuk ke kamar, lalu kembali dengan membawa ponsel Adam. Lalu, Melati menunjukkan sesuatu yang membuatku tak bisa berkutik.“Mama Aisyah. Siapa dia Mas? Istrimu, kan?” tanya Melati dengan suara bergetar.Adam hanya bisa terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Adam tak bisa lagi mengelak. “Kamu nggak bisa jawab, Mas? Dasar penipu kamu! Kamu bilang aku satu-satunya istrimu, satu-satunya wanita yang kamu cinta! Terus wanita bernama Aisyah ini apa nggak kamu cintai?” Melati menatap tajam Adam.Lalu, Melati kembali menunjukkan sesuatu yang membuat Adam membeku.“Lihat ini Mas! Ini yang kamu bilang sahabatmu dan anaknya? Kalian terlihat bahagia sekali. Keluarga yang begitu harmonis.” Melati tersenyum kecut. Tanp
Suara Aisyah saat di telepon terus terngiang di telinga Melati. Dia benar-benar merasa menjadi seorang penjahat. Melati melihat foto yang dikirimkan Reina ke HP-nya. Foto Adam dengan seorang wanita berjilbab, serta bocah perempuan kecil. Mereka tampak seperti keluarga bahagia. Kemudian, Melati mengirimkan pada Adam. “Mas, lihatlah, kalian seperti keluarga bahagia. Bagaimana perasaan istri pertamamu jika tahu kamu di sini berselingkuh?” Air mata Melati menetes saat mengirimkan pesan itu pada Adam.Kebetulan Adam belum pulang ke Sidoarjo, dia sekarang masih di kantor cabangnya yang ada di Surabaya. Adam memang sudah berjanji akan menemani Melati sekitar dua bulanan.Kemudian, ponsel Melati bergetar, sebuah notifikasi pesan dari Adam masuk di ponsel Melati.“Sayang, kamu ngomong apa, sih? Itu cuma sebuah foto. Foto yang diambil diam-diam oleh sahabatmu. Asal kamu tahu, aku lebih bahagia bersama kamu, Melati. Aku nggak nyaman dengan Aisyah,” balas Adam.“Sudahlah, Mas, jangan membuatku s
Sesampai di rumah, Melati langsung disambut oleh Adam. “Sayang, aku nggak mau kamu kayak gini. Anggap saja aku hanya milikmu.” Adam meraih tangan Melati dan hendak menciumnya, tetapi Melati menolak. “Nggak usah pegang-pegang, Mas! Aku muak sama kamu! Talak aku, Mas! Bebaskan aku! Aku nggak mau menjadi pelakor!” sentak Melati. “Melati, aku nggak akan pernah menalakkmu! Aku sangat mencintaimu.” Adam terus membujuk Melati. Melati menatap Adam dengan tajam. “Kamu jangan egois, Mas! Jangan serakah!” sentak Melati. “Mel, beri aku waktu untuk mengatakan hubungan kita ini pada Aisyah. Aku akan menceraikan dia. Aku nggak bahagia hidup dengannya. Aku lebih nyaman denganmu, Mel.” Adam merengkuh Melati. Melati berusaha melepas pelukan Adam, tetapi tak bisa. “Mel, jangan pernah memintaku untuk pergi. Aku nggak bisa kehilangan kamu, Sayang. Aku begitu mencintaimu,” ucap Adam. Lalu, dia mencium kening Melati. Melati akhirnya hanya bisa pasrah. Jika boleh jujur, Melati memang tak mau berpisah
Setelah Adam dan Melati berdebat, lagi-lagi Melati luluh. Adam pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Saat Adam masih di kamar mandi, ponsel Adam yang diletakkan di atas meja berdering. Melati mengernyit saat melihat nama yang tertera di ponsel Adam. Sama seperti beberapa waktu lalu. Awalnya, Melati ragu untuk menerimanya, tetapi karena tak kunjung berhenti, Melati pun menerimanya. “Halo,” ucap Melati, tapi tak ada jawaban. “Halo, ada yang bisa saya bantu?” tanya Melati lagi. Namun, tak ada jawaban. Melati yakin orang yang ada di telepon itu pasti syok karena mendengar suaranya, Melati ingin mengatakan yang sejujurnya, tetapi dia masih punya hati. Saat Melati ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba Adam mengambil ponselnya yang masih di telinga Melati. Dan langsung mematikan sambungan teleponnya. “Kenapa kamu ambil paksa teleponnya Mas? Oh, kamu takut kalau istri sahmu tahu kelakuan suaminya di sini?” tanya Melati dengan tatapan tajam. “Melati, nggak gitu. Tapi, bukan saa