Chapter: Kenangan yang MenyesakkanPagi itu, Raisa bangun lebih pagi. Sebelum beranjak dari kasur, ia menoleh ke samping lebih dulu. Raisa melihat Gendis masih tertidur pulas. Matanya kemudian menangkap jam yang masih menunjukkan pukul empat pagi. Masih terlalu dini untuk bangun. Akan tetapi, kalau Raisa sudah bangun, ia tidak bisa tidur lagi. Raisa perlahan turun dari kasur, lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum Gendis bangun dan menyuruhnya buru-buru. Raisa mencuci muka di depan wastafel. Ia kemudian menatap pantulan dirinya. Kantong matanya terlihat menghitam, efek dari ia yang selalu begadang demi mencari sesuap nasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama tinggal dengan nenek dan kakeknya dulu. Sekarang, ia sudah bisa tidur lebih awal. Namun, rasanya sangat hampa. Ia merindukan kedua orang tua yang merawatnya dari kecil. Rasanya sesak setiap kali mengingat penderitaan hidupnya dulu. Sepiring nasi harus dibagi tiga dengan nenek dan kakeknya karena mereka tidak punya cukup uang untuk mem
Huling Na-update: 2025-09-26
Chapter: Tak MengenaliMalam itu, setelah neneknya dimakamkan, Raisa duduk di depan rumah kecilnya dengan pipi yang masih basah oleh air mata. Tanpa nenek yang selalu menyambutnya dengan senyum hangat, duka masih mencengkeram hatinya, tetapi ada sesuatu yang lebih besar dari rasa kehilangan. Di sampingnya, Gendis duduk dengan diam, membiarkan Raisa menangis sepuasnya. Mereka sudah berteman sejak kecil, dan Gendis tahu betul luka di hati Raisa tidak bisa sembuh dalam sehari. “Kau masih punya aku, Raisa,” ujar Gendis akhirnya. “Dan kau masih punya tujuan yang belum kau selesaikan.” Raisa menoleh, menatap sahabatnya dengan mata sembab. “Apa maksudmu?” Gendis menarik napas panjang. “Ibumu.” Dada Raisa bergetar mendengar panggilan itu. “Jangan sebut dia ibuku,” katanya dingin. “Dia bukan siapa-siapa bagiku,” ujar Raisa dengan pandangan kosong menatap ke depan. Baginya, ibunya sudah lama mati. Semenjak ayahnya meninggal, Raisa tak pernah lagi merasakan kasih sayang seorang ibu. Orang yang tinggal di ru
Huling Na-update: 2025-09-09
Chapter: KematianDua puluh tahun kemudian.Raisa tumbuh menjadi gadis cantik yang disukai banyak lelaki di kampungnya. Sudah banyak lelaki yang datang melamarnya, tetapi tak ada satu pun yang Raisa terima karena ia belum mau menikah. Padahal jika dilihat dari segi umur, sepantasnya Raisa sudah menikah.Umur Raisa sekarang sudah beranjak dua puluh enam tahun, tetapi ia belum memikirkan tentang pernikahan. Jika Raisa menikah, siapa yang akan merawat neneknya yang kini sedang jatuh sakit, sementara kakeknya sudah meninggal dua tahun yang lalu?Mereka hanya tinggal berdua sekarang. Belum tentu setelah Raisa menikah, suaminya mau ikut merawat neneknya. Jadi lebih baik Raisa menundanya lebih dulu. Fokus Raisa sekarang adalah mencari uang untuk membayar pengobatan neneknya.“Raisa, ayo kita berangkat!” Seorang gadis memanggil Raisa di depan rumahnya. Gadis itu duduk menunggu di atas motor maticnya.“Nek… Raisa berangkat dulu, ya!” pamitnya sambil menepuk pelan pundak neneknya yang tengah memejamkan mata.Nen
Huling Na-update: 2025-09-09
Chapter: Kakek dan Nenek Baik Hati"Engh!" Gadis kecil itu melenguh, terbangun dari tidurnya."Aku di mana?" tanya Raisa yang masih setengah sadar, menatap sekelilingnya yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar.Kedua matanya melotot kaget saat sadar kalau ia sekarang berada di tengah hutan seorang diri. Tidak ada ibunya, juga laki-laki itu."Ibu di mana?" ucapnya lirih, mengedarkan pandangannya mencari ibunya."Ibu...!" panggilnya sambil menyeret langkah meninggalkan tempat itu. "Ibu di mana? Raisa takut, Bu!"Gadis itu menangis ketakutan, melangkah tertatih menyusuri hutan mencari jalan keluar, terus memanggil ibunya.Ia berharap ibunya mendengar suaranya dan datang menolong. Namun hingga sore tiba, sang ibu tak kunjung datang menjemputnya.Raisa menyerah. Ia terduduk di atas tanah, dengan isak tangis yang tak kunjung reda.Raisa menekan dadanya kuat. Sesak! Sesak sekali sampai rasanya mau mati."Kenapa Ibu tega ninggalin Raisa di sini? Apa salah Raisa, Bu? Apa selama ini memang Ibu nggak pernah sayang sama Raisa, mak
Huling Na-update: 2025-09-09
Chapter: Dibuang"Hei, bangun!"Seorang wanita berusia sekitar tiga puluhan mengguncang putrinya yang masih terlelap dengan kasar."Engh…" Anak itu melenguh pelan, matanya mengerjap pelan sebelum akhirnya terbuka. "Ada apa, Bu?" tanyanya sambil mengusap kedua matanya."Kemasi barang-barangmu, cepat!" suara ibunya meninggi, terdengar seperti perintah."Memangnya kita mau ke mana, Bu?" tanyanya bingung.Kenapa tiba-tiba disuruh mengemas barang? Apa mereka akan pergi liburan?Mata gadis kecil itu langsung berbinar. "Apa kita mau pergi liburan, Bu?" tanyanya penuh semangat, wajahnya berubah sumringah."Hmm…" Ibunya hanya mengangguk singkat.Dengan hati riang, anak itu segera turun dari ranjang, melangkah ke arah lemari, dan mengeluarkan tas serta baju-baju yang ingin dibawanya."Ibu tunggu di bawah," ujar sang ibu, lalu meninggalkan putrinya yang tengah sibuk membereskan barang-barangnya.Wanita itu berjalan ke ruang tengah, menghampiri seorang pria yang duduk santai sambil memainkan ponselnya."Mobil uda
Huling Na-update: 2025-09-09