Chapter: Bab 96Setelah berpikir agak panjang, akhirnya Hana membuat sebuah keputusan yang menurutnya terbaik untuknya."Bawa gue ketemu bos lo sekarang, Nit. Gue butuh duit, gue nggak sanggup idup susah gini terus. Si Hakam juga kagak bisa diandelin sekarang, malah lebih milih ngurus anak bininya," kata Hana kesal.Anita tertawa, akhirnya dia bisa dapat satu lagi mangsa yang akan membuatnya dapat komisi dari bos besarnya."Lagian lo ngarep banget sama adek lo, namanya juga udah jadi laki orang. Ya, kali ngurusin lo terus?" Anita terkekeh, Hana hanya mendelik kesal dengan ucapan sang teman.Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Sesuai permintaan Hana, mereka menuju markas bos besar Anita. Hana ingin kembali kaya, tak ingin kerja capek-capek. Dia butuh semua yang instan.*Hari sudah mulai sore, Muis dan keluarganya berpamitan pulang pada Hakam dan Livia, setelah hampir seharian menemani Livia di rumah barunya. Yazeed sudah tertidur, jadi Livia dan Hakam mengantar Muis dan yang lain kedepan."Mas tol
Terakhir Diperbarui: 2025-08-28
Chapter: Bab 95Waktu terus berjalan, Hakam mulai memboyong Livia dan Yazeed ke rumah baru mereka setelah berhasil menyicil sedikit-sedikit furniture penting, apalagi untuk bagian dapur. Muis dan keluarganya juga ikut mengantar Livia atas ajakan Hakam sendiri. Mereka tak henti mengucap syukur begitu melihat nyamannya rumah baru Livia, mereka ikut bahagia disaat Livia kembali mendapatkan kebahagiaannya. Disaat Muis dan Masitah juga Hakam sibuk berbincang di ruang tamu yang masih kosong, Alia tak berhenti menangisi kepindahan Livia dan Yazeed. Ia tak ikhlas sebetulnya, tapi tentu saja akan menjadi orang paling egois jika melarang apa yang akan menjadi kebahagiaan keduanya. "Udah, dong, Al ... jangan nangis lagi. Kita hanya pisah rumah, tapi kita bakal tetap bisa ketemu, kok! Lagi pula jarak rumah ini sama rumah bapak nggak jauh-jauh amat, Mbak janji bakal sering ke sana. Atau ... kamu yang ke sini juga bisa. Iya, kan?" kata Livia mencoba menenangkan Alia yang masih terus terisak, sudah satu jam le
Terakhir Diperbarui: 2025-08-26
Chapter: Bab 93"Gimana? Kamu suka, nggak, sama rumah baru kita?" tanya Hakam pada Livia.Livia tak menjawab, dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia sedang fokus menatap sekeliling rumah baru mereka, rumah itu memang lebih kecil jika dibandingkan dengan rumah lamanya, tapi entah kenapa hawa di sana lebih nyaman dan menenangkan.Didalam rumah masih kosong, mereka butuh beberapa furniture untuk mengisi beberapa sudut ruangan, seperti sofa, meja makan, kulkas juga lemari penyimpanan.Tak apa menurut Livia, untuk itu mereka bisa menyicilnya sedikit-sedikit. Tak perlu terburu-buru, karena baginya rumah yang nyaman itu adalah rumah yang jauh dari orang-orang yang suka mengusik rumah tangganya."Ini kamar utamanya, kamar kita." Hakam membuka pintu kamar utama, keadaan di sana sudah lebih baik.Kamar itu sangat luas, sudah terisi oleh ranjang besar, lemari, meja rias juga. Ada kamar mandi juga didalamnya, tak jauh berbeda dengan kamar mereka saat di rumah lama."Nanti kalo kamu udah tinggal di sini, kita
Terakhir Diperbarui: 2025-08-25
Chapter: Bab 93Jantung Dania seakan lepas dari tempatnya, terlebih saat dia mendongak dan melihat siapa yang sudah menyelamatkannya tadi. Rasa ingin berterimakasihnya kembali ia telan begitu tau yang menolongnya adalah Livia. Dia segera melepas diri dari Livia dan memasang tampang masam.Livia tersenyum pahit, sikap Dania masih tetap sama dan ia sudah menebaknya sejak awal. Tak sedikit pun Dania merasa bersalah akan sikapnya selama ini, padahal dia melihat Yazeed ikut datang dan digendong oleh Hakam, namun ia seolah tak peduli dengan cucunya sendiri."Mana Mbak Hana, Ma?" tanya Hakam, Dania sudah kembali berbaring di ranjangnya."Lagi keluar, bawa si Kembar main." Dania menjawab dengan nada cuek, ia menyibukkan diri dengan memainkan kuku-kuku tangannya yang sudah mulai memanjang."Masa lebih mentingin bawa mereka main dari pada jagain mama, sih?" kata Hakam, dia dan Livia sudah duduk di sofa yang ada di ruangan itu."Apa bedanya sama kamu? Kamu juga sama, kan? Lebih mentingin perempuan ini dari pada
Terakhir Diperbarui: 2025-08-24
Chapter: Bab 92Pagi itu, Hakam bersih-bersih sekitar rumah barunya. Dari dalam hingga perkarangan rumah tak luput dari perhatian Hakam. Laki-laki itu ingin memberi yang terbaik untuk istrinya, dia ingin memberi kesan baik saat Livia pertama kali datang kesana dan merasa betah. Semalam, pulang dari mengantar Livia, Hakam menghubungi Hana. Ternyata sang Mama sudah dibawa ke rumah sakit. Wanita itu mengeluhkan pusing saat tengah membersihkan kamar mandi, ternyata ia kelelahan. Hakam sempat memarahi Hana, karena ternyata perempuan itu tetap tak berubah, dia lebih sering keluyuran dari pada di rumah membantu sang Mama. Setelah beberapa jam berkutat dengan alat bersih-bersih, laki-laki itu baru bisa bernapas lega. Sekeliling rumahnya sudah rapi, dia bisa mengajak Livia nanti sore kemari, pikirnya. Rencananya, dia akan ke rumah sakit siang ini. Jadi Hakam memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap. Dia juga berencana akan membawa Livia bertemu Mama dan kakaknya nanti, bagaimana pun juga mereka harus tau t
Terakhir Diperbarui: 2025-08-24
Chapter: Bab 91"Maaf, Mbak. Minta bantuan tetangga dekat situ saja, aku nggak bisa ninggalin Yazeed sama Livia berdua aja di sini." Hana mengeratkan rahangnya mendengar ucapan Hakam. Adik laki-lakinya itu benar-benar sudah berubah.Livia. Perempuan itu lagi. Gara-gara dia Hakam jadi menjauh dari mereka. Padahal di sini ibunya sedang butuh bantuannya, tapi Hakam lebih memilih bersama perempuan sialan itu."Kamu benar-benar lebih memilih perempuan itu, Kam? Ini Mama, loh! Mama lagi butuh bantuan kamu sekarang!" tekan Hana."Jangan egois, Mbak! Di sana kamu punya banyak tetangga, kamu bisa minta bantuan mereka buat bawa Mama berobat. Sudah, aku matikan dulu." Belum sempat Hana buka mulut, Hakam sudah mematikan ponselnya. Laki-laki itu tak ingin lagi mengorbankan hubungannya dengan Livia gara-gara keegoisan kakak serta mamanya.Hakam masuk ke arena bermain anak-anak, dia menghampiri Yazeed dan Livia kemudian ikut bergabung di sana. Hari itu, Hakam benar-benar tampak berbeda di mata Livia. Dia menghab
Terakhir Diperbarui: 2025-08-11
Chapter: bab 10Sore harinya, Tania sudah pulang dari minimarket tempat ia bekerja. Hari ini perempuan itu merasa lebih letih dibanding biasanya, sebab tadi banyak barang masuk sedang satu temannya izin libur karena sakit. Jadilah ia terpaksa ikut mengangkat barang bersama dengan teman lainnya."Duh, kenapa tadi nggak beli aja lauk untuk makan malam, ya? Kalo gini, kan, terpaksa harus masak juga akunya." Sesal Tania. Dia lupa membeli lauk untuk makan malam, sebab biasanya ia selalu memasak sepulang kerja. Tapi kali ini dia benar-benar merasa sangat capek, seluruh badannya terasa remuk dan ingin segera bertemu air dan kasur."Assalamu'alaikum, Mas!" seru Tania sambil berjalan masuk.Dia menyapukan pandangannya keseluruh sudut ruangan, tampak bersih dan rapi. Diatas tikar di ruang tengah juga ada baju yang sudah tersetrika rapi. Siapa yang mengerjakan itu semua?"Wa'alaikusalam, Sayang." Ghani muncul dari dalam kamar."Mas, siapa yang mengerjakan ini semua? Nggak mungkin kamu, kan?" tanya Tania kehera
Terakhir Diperbarui: 2025-02-18
Chapter: bab 9 Beberapa hari setelah permintaan maaf mertua serta iparnya, kehidupan Tania mendadak berubah. Perempuan itu merasa hidup jauh lebih tenang. Mertua dan iparnya benar-benar menunjukkan perubahan yang signifikan. Sukma kerap mengantarkan makanan ke rumah Tania, apalagi saat perempuan itu harus masuk kerja di pagi hari. Sekarang Tania juga sudah bisa lebih tenang meninggalkan suaminya sendiri, sebab kadang Sukma dan Dara selalu datang untuk menemani Ghani di rumah."Ini baju kotor kalian?" tanya Sukma menunjuk keranjang kotor yang terletak disudut dekat dapur.Ghani menoleh, dia hanya mengangguk sekilas dan kembali menikmati teh hangat yang baru saja diseduh oleh ibunya."Mama cuciin, ya?" tambah wanita itu.Tanpa menunggu jawaban putranya, Sukma langsung meraih keranjang kotor itu dan membawanya ke tempat cucian."Loh, Ma, jangan! Nanti biar Tania aja yang kerjain, " cegah Ghani."Biar Mama aja, lagian ini nggak banyak, kok! Kasihan kalo Tania harus ngerjain cucian lagi. Dia udah capek
Terakhir Diperbarui: 2025-02-16
Chapter: Bab 8"Assalamu'alaikum ...!" seru Sukma sambil mengetuk pintu rumah Tania. Dia dan Dara berdiri di sana, menunggu sang tuan rumah membukakan pintu."Ma, kayaknya si Tania lagi masak enak, nih. Aromanya sampai sini, loh!" bisik Dara. Sukma mengangguk setuju, perutnya bergejolak minta diisi saat aroma masakan tercium di indera penciumannya."Iya. Pokoknya nanti kita harus bener-bener pasang wajah yang penuh penyesalan. Biar mereka percaya sama kita. Kamu paham, kan?" kata Sukma ikut berbisik. Dara hanya menanggapi dengan mengangguk, jika sedang tak ada rencana sudah bisa dipastikan gadis itu akan menolak meminta maaf pada iparnya.Tak lama, terdengar suara seseorang menjawab salam. Sukma dan Dara menarik napas dalam dan mulai memasang tampang sedih.Tania terkejut melihat kedatangan mertua dan iparnya. Dia baru saja selesai memasak dan akan makan malam dengan suaminya saat mereka datang."Mama, Dara? Ada apa?" tanya Tania sedikit ketus. Kejadian tadi siang masih terngiang di kepala Tania, te
Terakhir Diperbarui: 2024-11-19
Chapter: Bab 07"Ma, tolong berhenti mengganggu rumah tangga kami. Apa mama nggak bosan begini terus?" ucap Ghani kesal. "Siapa yang mengganggu rumah tangga kalian? Tanya istrimu itu, kenapa dia tega sekali mempermalukan adikmu didepan banyak orang?" kata Sukma, jarinya sudah menuding Tania dan menatap menantunya tajam. Tatapan mertuanya tak sedikit pun membuat Tania ciut, perempuan itu malah membalas tatapan Sukma dengan tangan terlipat di dada. "Ma, kalo anak salah itu, ya, jangan dibela! Bakal kebiasaan sampai tua!" ejek Tania. "Apa masalahnya untukmu? Aku ini seorang ibu, siapa pun yang berani mengganggu anakku, akan berurusan denganku langsung! Naluri seorang ibu itu memang beda. Kamu mana tau? Hamil aja belum pernah. Dasar mandul!" tukas Sukma. Tania langsung terdiam mendengar ucapan mertuanya. Dia refleks memegang perut ratanya, pernikahan mereka sudah menginjak satu tahun lebih, tapi sampai sekarang Tania belum juga hamil. Setelah mengucapkan kalimat menyakitkan itu, Sukma segera
Terakhir Diperbarui: 2024-11-18
Chapter: Bab 6"Kenapa, Ra, kamu keliatan takut gitu? Padahal aku belum ngomong apa-apa, loh?" Tania sengaja mengeraskan volumenya agar teman-teman Dara ikut mendengar.Para gadis itu saling pandang, mereka berbisik-bisik sibuk menebak-nebak apa yang sedang terjadi antara Dara dan iparnya itu."Mbak! Bisa nggak, sih, ngomongnya pelan-pelan?" geram Dara."Bisa saja. Tapi ... bayar uangku 500 ribu!" tekan Tania. Dara melengos, dia tak memperdulikan permintaan Tania, bahkan dengan santai mengatakan jika ia tak punya sekarang."Nggak usah sok-sokan ngancam aku, Mbak! Sekarang mending lanjut ngebabu sana, biar nggak jadi miskin terus!" cemooh Dara. Gadis itu berlalu begitu saja meninggalkan Tania yang sudah mengepalkan tangannya penuh amarah."Oke! Mari kita mulai. Apa setelah ini kamu masih saja bisa berkutik didepan teman-temanmu?" batin Tania licik.Perempuan itu berjalan tergesa ke arah Dara dan teman-temannya yang bersiap pergi. Sebelum Dara benar-benar menghidupkan mesin motornya, dia sudah lebih
Terakhir Diperbarui: 2024-11-14
Chapter: Bab 5Dengan dipenuhi rasa dongkol, Tania berangkat kerja setelah membayar hutang yang ditinggalkan Dara sebanyak 500 ribu. Ya, perempuan itu memang memilih membayar demi menghindari keributan, terlebih melihat wajah tak bersahabat Hani yang terus mendesaknya agar segera membayar. Di tempat kerjanya, Tania berusaha keras agar tetap fokus, meski hatinya masih saja diliputi amarah, rasa ingin segera membalas kejahilan Dara pun makin menggebu. "Liat aja nanti. Kamu pasti akan ku permalukan didepan orang-orang." Tania bergumam sambil terus menyusun barang-barang pada raknya. Teman kerjanya yang melihat wajah Tania terus ditekuk pun menegur. "Lo kenapa? Masam aja tuh muka!" tegur teman kerjanya. "Pasti perkara mertua atau ipar Lo lagi, ya?" tebak perempuan itu lagi. Tania hanya mengangguk lemah. "Sesekali balas, Tan. Jangan diem mulu. Makin diinjek-injek ntar!" kata perempuan itu lagi tanpa menghentikan pekerjaannya. "Iya. Capek juga gue tiap hari diusilin mulu. Liat aja, gue bakal bal
Terakhir Diperbarui: 2024-10-07
Chapter: 119Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa 8 bulan sudah Marissa dan Chika hidup berdua saja. Saat memilih pergi, dia sengaja memilih tinggal di pinggiran kota. Dengan berbekal uang pemberian Bu Ratih, dia mencari kontrakan dan mulai buka usaha kecil-kecilan. Dia juga melanjutkan bakat merajutnya, ilmu yang dia dapat saat menjadi tahanan dulu. Biasanya dia merajut gantungan kunci, dan akan dijual oleh Chika pada teman-teman sekolahnya. Dia juga menerima orderan untuk orang dewasa, entah itu tas, dompet atau banyak barang lain lagi.Marissa merasa hidupnya jauh lebih tenang sekarang. Dia dan Chika hidup bahagia meski jauh dari kata mewah. Sekarang ia tau, betapa sikap dan perlakuannya dulu amatlah buruk. Selama memilih menjauh, tentu saja kehidupannya tak langsung berjalan mulus. Ada tanjakan, serta jalan yang berliku yang harus ia hadapi. Tapi, berkat kesabaran dan keikhlasannya, semua pun bisa ia hadapi.Kadang dia masih sering teringat tentang Haikal. Bagaimana kabar lelaki itu sekara
Terakhir Diperbarui: 2024-01-20
Chapter: 118Marissa masih saja bergeming ditempatnya. Tak menyangka akan kembali berjumpa dengan wanita itu lagi. Ya, yang dia temui itu adalah Bu Ratih –Mama Haikal."A-anda?" seru Marissa tergagap."Ya! Bagaimana rasanya bisa kembali menghirup udara bebas?" balas Bu Ratih tersenyum."Kenapa anda lakukan ini? Bukankah anda menginginkan saya menjauh dari Haikal, putra anda?" Marissa tak menjawab pertanyaan tadi, melainkan kembali melempar tanya pada wanita itu. Dia hanya merasa heran dengan keputusan Bu Ratih, kenapa dia harus repot-repot membebaskan Marissa?"Justru itu. Saya membebaskan mu, agar kamu bisa pergi menjauh dari kota ini." Jawaban Bu Ratih membuat Marissa tercengang. Apa maksudnya?"Apa maksud anda? Kenapa saya harus pergi dari kota ini?" Marissa tak terima. Dia merasa Bu Ratih sedang berusaha mengatur hidupnya."Haikal tak lama lagi akan menikah. Saya tak ingin dia tiba-tiba bertemu denganmu, kemudian malah menimbulkan lagi benih yang sempat tumbuh. Jadi, tolong menjauh dari kehidu
Terakhir Diperbarui: 2024-01-20
Chapter: 117Dua minggu lebih sudah berlalu sejak hari terakhir Haikal mengunjungi Marissa. Dua hari setelah kunjungan Haikal, Evelyn dan Bian juga sempat datang. Tak ada pembahasan penting selain Chika. Marissa lebih banyak bicara dengan Evelyn, sedang Bian hanya diam menyimak. Marissa meminta maaf sambil menangis. Dia menyesali semuanya. Kebohongan dan pengkhianatan ia saat bersama Bian dulu kembali membayang, mengejarnya hingga menimbulkan sesal yang teramat dalam.Dia juga mengatakan pada Evelyn dan Bian, jika mereka merasa repot harus mengurus Chika, lebih baik tinggalkan di panti asuhan saja, dan akan dia jemput setelah bebas nanti. Namun, Evelyn tentu saja menolak. Dia mengatakan akan mengurus Chika sampai saat itu tiba.Marissa merasa bersyukur karena sang putri berada di lingkungan yang orang-orangnya sangat baik. Padahal jika ingin balas dendam, bisa saja Evelyn membalas lewat Chika, entah itu menyiksanya atau membuangnya.Selama itu tak bertemu Haikal, tentu sangat menyiksa perasaan Ma
Terakhir Diperbarui: 2024-01-19
Chapter: 116Haikal berdiri, dia menatap Marissa serius. Wanita itu malah memalingkan wajah, demi menutupi perasaannya sendiri."Apa aku punya salah?" Suara Haikal terdengar lirih, dan itu makin menambah sakit di hati Marissa. Wanita itu menggeleng cepat, tapi tak juga menatap Haikal."Tatap aku, Ris! Kenapa kamu berubah tiba-tiba begini? Aku salah apa?" Haikal mendekat dan mencengkram kuat kedua bahu Marissa, hingga wanita itu meringis pelan."Jawab, Ris! Jangan hanya diam. Aku butuh kepastian darimu. Aku butuh alasan yang menurutku masuk akal. Coba katakan, apa alasanmu?" Lagi, Haikal kembali menekankan suaranya. Dada lelaki itu terasa berdenyut."Aku harus jelaskan apa lagi? Sudah kukatakan, aku tak bisa membalas rasamu. Apalagi yang ingin kamu dengar?" balas Marissa memberanikan diri menatap Haikal."Aku tau kamu sedang bercanda, kan? Kamu nggak ingat dengan janjiku? Kita akan bersama, Ris. Jangan begini," kata Haikal. Nada bicaranya kembali melembut. Dia menatap Marissa dengan wajah memelas,
Terakhir Diperbarui: 2024-01-18
Chapter: 115Wanita paruh baya yang terlihat cantik dengan penampilan yang elegan itu menatap Marissa dari ujung kaki hingga ujung rambut. Mendapat tatapan seperti itu tentu saja membuat Marissa risih, dia segera menunduk demi menghindari tatapan tajam dari wanita didepannya."Kamu yang bernama Marissa?" tanya wanita itu datar. Marissa hanya menoleh sekilas kemudian kembali menunduk setelah menganggukkan kepalanya."Duduklah. Saya ingin bicara," perintah wanita itu. Tanpa menunggu dua kali, Marissa langsung mengambil posisi dengan duduk didepan wanita itu."Sebelumnya perkenalkan dulu, saya Ratih Mamanya ... Haikal." Wanita bernama Ratih itu memperkenalkan dirinya. Marissa tercengang, kepala yang tadi menunduk langsung terangkat begitu mengetahui siapa wanita didepannya.Tak tau harus bereaksi seperti apa. Marissa tak menyangka saja jika ia akan kedatangan tamu tak diduga seperti ini. Apa tujuan Bu Ratih kesana? Apa ... Haikal sudah memberitahu Mamanya tentang Marissa?"Kau mengenalnya, Bukan? Mak
Terakhir Diperbarui: 2024-01-17
Chapter: 114"Jangan ngomong gitu, Mas! Kamu ini ingin menerka-nerka takdir?" kesal Evelyn."Bukan begitu, Lyn. Tapi--coba kamu pikir, kita sudah setahun lebih menikah, tapi sampai sekarang kamu belum hamil juga. Mas rasa--memang Mas yang bermasalah," kata lelaki itu."Gimana kalau kebalikannya? Gimana kalau aku yang ternyata nggak bisa mengandung anakmu?" Bian langsung menatap istrinya, kepalanya menggeleng tak setuju."Tidak. Mas yakin bukan kamu yang bermasalah, Yank. Dari masalah ini saja sudah terbukti," sangkal Bian."Terus, kalau memang kamu yang bermasalah, kamu mau apa, Mas? Mau drama dan meminta aku meninggalkanmu dan mencari laki-laki yang bisa memberiku keturunan, begitu?" ketus Evelyn. Dia merasa kesal dengan suaminya."Eh-- tentu aja enggak, Yank! Kamu pikir Mas mau berpisah denganmu lagi, gitu? Nggak, nggak! Mas nggak mau!" "Anak itu titipan, rezeki yang Allah beri. Sewaktu-waktu kita bisa saja diberi kepercayaan oleh Allah, yang penting kita harus selalu berdo'a. Jika Allah belum
Terakhir Diperbarui: 2024-01-16
Chapter: 55. Ending Aku masih saja terisak sambil terus memeluk ibu dari samping. Wanita itu berusaha terlihat tegar, bahkan tak ada lagi air mata yang keluar sejak jenazah bapak dibawa pulang. Ibu dan para tetangga membacakan yasin untuk almarhum bapak. Suara ibu terdengar parau, aku tau jika wanita itu memendam kesedihan hanya demi terlihat kuat oleh orang-orang.Didepan kami, tubuh bapak yang terbujur kaku ditutup dengan kain jarik. Saat kulihat tadi, wajah bapak tampak berseri dengan senyum menghiasi bibir pucatnya. Apa bapak pergi dalam keadaan tenang dan bahagia? Semoga saja iya."Nay, Zavier nangis. Sepertinya mau nyusu," bisik bude Niar menghampiriku. Aku menoleh dan mengangguk, setelah itu berpamitan pada ibu untuk menyusui Zavier ke kamar.Saat aku beranjak ke kamar, ibu mas Hanan menggantikan posisiku dengan duduk disisi kanan ibu, sedang disisi kiri ada mama Aluna yang turut hadir. Dua wanita yang juga berhati malaikat selain Aluna. Meski awalnya ibu mas Hanan sangat membenciku, tapi sekarang
Terakhir Diperbarui: 2024-06-21
Chapter: 54Nayma POV Sakit. Sungguh, baru kali ini aku merasakan bagaimana sakitnya dikhianati. Diluar bapak dan ibu sedang menemani mas Hanan dan ibunya bertemu dengan putraku – Zavier. Putra yang ku lahirkan dengan susah payah, dengan kesakitan yang luar biasa Allah hadirkan.Sedang aku disini sendiri. Aku duduk di pinggir jendela dengan gorden yang sengaja ku singkap habis, agar mata bisa memandang langsung hamparan sawah yang menghijau dan mampu meredamkan sakit yang sekarang mendominasi.Saat pertama kali tau mas Hanan berselingkuh, jantungku ribut hingga menimbulkan sesak. Yang ada dipikiranku saat itu, apa kurangnya aku? Setelah selama ini ku terima dia yang hanya menikahiku secara sirih, bahkan rela berpisah dengan ibu dan bapak, serta ku terima saja penolakan keluarganya.Ternyata apa yang dikatakan orang-orang benar. Selingkuh akan menjadi sebuah kebiasaan, tak akan ada yang bisa menghalangi kecuali ia sendiri yang ingin berubah. Dan itu nyata! Bahkan aku baru tau dari Aluna, jika te
Terakhir Diperbarui: 2024-06-21
Chapter: 53Merasa bukan ranahnya untuk ikut campur, Aryo bergegas meninggalkan rumah Nayma setelah membungkuk sopan pada Hanan dan Widya. Sementara itu, Widya mengusap bahu sang putra agar bisa lebih tenang."Bu, aku tau jika kesalahanku memang fatal. Tapi ... kedatangan kita kemari pun karena ingin minta maaf dan berdamai dengan Nayma." Hanan menatap kosong pintu rumah yang kini tertutup rapat."Apa aku tak pantas untuk dimaafkan, Bu?" ujar Hanan frustasi."Kesalahan yang paling sulit mendapatkan maaf adalah sebuah pengkhianatan, terutama perselingkuhan. Makanya ibu nggak bisa menyalahkan sikap Nayma padamu sekarang ini. Karena ibu paham bagaimana rasanya jadi dia, diselingkuhi dan diceraikan padahal dia sendiri sedang dalam keadaan hamil besar." Widya sengaja menjeda kalimatnya sejenak, berharap sang putra paham dengan maksudnya."Iya, aku tau, Bu! Tapi–""Harusnya kamu sabar, jangan memaksakan kehendak. Memaafkan itu mungkin mudah, tapi melupakan apa yang sudah terjadi itu yang sulit." Widya
Terakhir Diperbarui: 2024-06-21
Chapter: 52Di depan ruang bersalin, Rosidin menunggu dengan harap-harap cemas. Erangan kesakitan Nayma memecah keheningan malam. Didalam sana, perempuan itu sedang berjuang melahirkan dan hanya ditemani sang ibu. Sebagai seorang ayah, Rosidin tak henti merapalkan do'a agar proses persalinan sang putri diberi kelancaran, dan cucu pertamanya bisa lahir dengan selamat.Di sisi lain, Widya tak sedikit pun beranjak dari sisi Hanan. Bahkan saat Ikke memintanya istirahat karena malam kian larut pun di tolak wanita itu. Widya menggenggam tangan Hanan yang dipenuhi alat. Wanita itu tak henti berdoa agar sang putra diberi keselamatan. Widya tak meminta kesembuhan sempurna putranya, dia hanya ingin putranya bertaubat setelah kejadian yang menimpanya malam ini.Di ruang bersalin sedang terjadi kehebohan, pasalnya Nayma mengalami kejang-kejang setelah berhasil melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki. Narti menangis histeris bahkan hampir ambruk dan ditenangkan oleh perawat yang bertugas.
Terakhir Diperbarui: 2024-06-14
Chapter: 51"Awh ... Bu ... to–long." Tiba-tiba saja Nayma memekik saat merasakan perutnya menegang.Lagi-lagi dia merasakan kontraksi, namun kali ini sangat berbeda seolah telah terjadi sesuatu pada bayinya didalam sana.Narti yang duduk di sofa bersama Rosidin melompat begitu mendengar rintihan kesakitan sang putri. Dia langsung mendekati ranjang Nayma dan bertanya."Nak, ada apa, Sayang? Kamu kenapa?" tanya Narti cemas.Keringat sebesar biji jagung sudah membanjiri pelipis Nayma. Wajahnya berubah pucat menahan kesakitan yang mendera. Narti mengelus-elus perut Nayma, tapi perempuan itu malah semakin kesakitan."Jangan pegang, Bu, sakiiit ... Nay rasanya ingin buang air besar, tapi ... arrghh ... sakit, Bu." Nayma semakin merintih kesakitan.Melihat putrinya kesakitan, Rosidin sigap keluar dan memanggil suster yang sedang berjaga. Suster tadi langsung bergegas menuju ruang rawat Nayma, dan langsung memeriksanya disana."Eum ... sepertinya bu Nayma sudah mau melahirkan. Kita pindah ke ruang bersa
Terakhir Diperbarui: 2024-06-13
Chapter: 50"Nak, makan dulu, ya? Tadi bapak belikan kamu mie ayam. Kamu pasti suka," bujuk Narti. Nayma menggeleng tanpa mau membalikkan badan menghadap orangtuanya. Bahu Narti mengendur bersamaan dengan helaan napas panjang yang keluar dari mulut wanita itu."Biarkan Nayma istirahat dulu, Bu. Mungkin dia belum lapar," kata Rosidin mencoba membesarkan hati sang istri."Tapi, Pak. Dari tadi siang Nayma belum makan, kasihan bayinya," sahut Narti masih tak tenang."Mau bagaimana lagi, Bu? Kita paksa pun Nayma tetap nggak mau, kan? Jadi biarkan dia istirahat dulu. Mungkin dia butuh ketenangan saat ini," kata Rosidin lagi.Mau tak mau, Narti mengangguk juga. Keduanya berbalik dan duduk di sofa, sembari menunggu sang putri bangun."Assalamu'alaikum," kata Aluna dan Widya serentak, bersamaan dengan itu pintu ruangan pun dibuka."Wa'alaikusalam," sahut Narti dan Rosidin pula. Keduanya berdiri menyambut kedatangan Aluna dan Widya."Mbok sama bapak sudah makan?" tanya Aluna. Keduanya menggeleng sebagai j
Terakhir Diperbarui: 2024-05-28