Untuk membebaskan sang ayah dari penjara, Leona terpaksa menerima tawaran untuk menjadi istri kedua dari Lucas. Hal ini dikarenakan Elisa, istri pertama pria tersebut tidak dapat memberikan keturunan. Namun tidak mungkin ada istri yang tulus menerima suami menikah lagi! Segudang cara dilakukan Elisa untuk menjatuhkan harga diri Leona di depan Lucas. Lantas, bagaimana nasib Leona selanjutnya?
View More"Katakan siapa yang berbuat semua ini?!" Pandangan matanya tajam, seakan Lucas sedang mengintimidasi mereka berdua. Ia menyapu ke arah wajah mereka secara bergilir.Elisa sungguh merasa sakit hati dengan apa yang di lihatnya di dalam kamar Leona, batinnya teriris. Meski ia yang menyuruhnya menikahi Leona, tapi bukan seperti ini yang di kehendaknya. Elisa berdiri menghadapnya tanpa rasa takut. Murka Elisa melebihi kemurkaan yang di tunjukkan Lucas padanya.Dua manik mata Elisa melotot, hampir tidak berkedip. Gegas ia mengangkat satu tangan dan melayangkan sebuah tampa_ran keras ke wajah Lucas.PLAK!!Setelah itu di susul umpatan yang mungkin akan membuat hatinya lega. "Suami breng_sek!! Saat ini kau sangat menyakiti hatiku, Mas Lucas!! Apa yang kau perbuat di dalam kamar Leona? Hah!! Aku tidak bisa menerima begitu saja!!" bentak Elisa. Wajahnya merah padam. "Aku di sini adalah istrimu! Beraninya kamu menyakiti di depan mataku? Kau pikir aku tidak sakit. Perasaan ku tetap sama seperti w
Keesokan harinya ...Saat mereka semua berkumpul di meja makan untuk melakukan rutinitas sarapan pagi.Lucas melihat kesana kemari. Membuat Mira gemas untuk bertanya, "Kau sedang mencari siapa? Assisten dapur, hah?" Meski Mira pun tahu, siapa yang sedang di carinya. Ia memperhatikan Lucas sebentar, lalu kembali melanjutkan makannya.'Syukurin kau Leona! Biar kau jera, aku yakin setelah ini kau tidak akan berani mendekati putraku lagi. Dasar wanita hina!' batin Mira. Beberapa kali ia tersedak dan gegas minum."Berhati-hatilah Ma," suruh Papa Lucas."Aku tidak melihat Leona pagi ini. Ada yang melihatnya?" Lucas melihat satu persatu wajah mereka sembari menunggu salah satunya membuka suara.Elisa menggeleng, "Tidak, Mas. Aku tidak melihatnya sejak tadi. Apa dia masih di dalam kamar belum bangun? Tumben juga." "Bibik!!!""Ya Tuan?" Dua asisten dapur yang belum selesai dengan pekerjaan dapurnya gegas lari dan bersiap berdiri di belakang Lucas untuk menghadap."Kalian tahu di mana Leona?!"
Satu pemandangan pun dilihatnya kembali. Leona membawa secangkir kopi untuk Lucas."Wanita hina!! Lihat saja, makin lama wanita itu makin ngelunjak. Diberi hati meminta ampela."Melihatnya sering menjumpai Lucas dan memberikan banyak perhatian pada putranya tersebut membuat Mira makin membencinya.Mira menunggu Leona keluar dari ruang kerja Lucas, ia sedikit gemas. Ingin rasanya memberi perhitungan kecil untuknya.Dari kejauhan Mira mengikuti langkah Leona sampai wanita itu masuk kamarnya.Brak!Leona terkejut melihat Mira tiba-tiba ada bersamanya di dalam kamar. Entah ia masih menerka, untuk apa wanita itu masuk saja ke kamar tanpa alasan."Nyonya?"."Sini kamu!" Mira menarik tangannya sampai masuk ke dalam kamar mandi. Leona merasakan ketakutan, dalam pikirannya sudah terpikirkan jika wanita itu pasti akan melakukan sesuatu terhadapnya. Nafasnya sengal, ia harus berbuat apa? Apa ia harus melawan wanita ini? Bukankah ia juga ibunya?"Nyonya, apa yang akan Anda perbuat? Tolong lepas
"Itu, madumu. Abis jalan—jalan sama Lucas." Elisa mengangkat alis, mengerutkan keningnya. Memandang Leona dengan tatapan mengintimidasi. Ah, dia lupa. Saat berhadapan dengan wanita ini, kesabarannya yang sebatas tisu harus ia tunjukkan ke permukaan. "Biarkan saja, Ma. Agar bayi dalam kandungan Leona bisa menghirup udara segar di luar sana. Kasian juga tiap hari harus membantu asisten mengurus rumah besar ini. Dia juga butuh refreshing. Benar begitu, Leona?" Elisa menepuk-nepuk punggung Leona seakan wanita itu adiknya.Elisa melihat bola mata Mira berputar, sebagai pertanda dia amat muak melihatnya."Susah sekali kamu diberi tahu, Elisa! Apa kamu tidak takut, jika nanti Lucas jatuh ke pelukan wanita ini? Kenapa kau tampak biasa saja? Sebagai seorang istri, mama pun takut jika sampai hal itu terjadi."'Ya Tuhan ... apa sebaiknya hamba pergi saja dari rumah ini? Keadaan rumah ini tidak ada tenangnya selama ada hamba. Kapan Tuan Lucas dan Nyonya Elisa berkata jujur, jika hamba adalah is
Mendengar ucapan Lucas Mira makin mempertegas ketidak senangnya dengan wanita itu. Jika tidak ada Lucas di sana, kedua tangannya sudah gemas ingin mendorong tubuh Leona sampai jatuh tersungkur. Cih! "Benar kataku, jika wanita ini memang bukan dari keluarga baik-baik. Anaknya seorang wanita hina dan bapaknya seorang tahanan. Klop sekali. Lantas dimana ibunya??" "I—ibu ..." Bibirnya bergetar saat ia mengucap kata ibu. Namun suaminya itu memotong ucapannya."Ma, tolong hentikan ucapan mama. Lucas dan Leona tidak ada waktu. Kami harus pergi, permisi."Pria itu menggandeng tangan Leona di depan mata ibunya Mereka pergi mengendarai kuda bermesin miliknya.Di dalam mobil, Lucas memperhatikan wajah Leona yang tampak pucat pasi. "Leona, maafkan Mamaku. Dia sangat kelewatan."Entah Leona harus merasa senang atau sedih, bukankah ia pun memiliki sifat demikian? Dan keinginannya lebih kejam dari ibundanya. Jadi percuma juga dia memintakan maaf untuk ibunya. Ia tetap sakit jika ingat surat peny
"Ma, Elisa mohon. Jangan biarkan Leona pergi. Elisa tidak tega dia hidup sendiri.""Jika dia tidak pergi. Apa mau, kau sendiri yang akan di depak dari rumah ini??!" Pertanyaan Mira mengejutkan Elisa. Cepat-cepat ia menggeleng kepala.Leona memegang tangan Elisa. "Tenanglah Nyonya Elisa, saya tidak apa-apa kok."Elisa memutar bola mata jengah. 'Bagaimana ini? Bisa mampus aku. Rumah Elisa sudah beralih tangan menjadi milik Annete. Wanita ini beserta ayahnya sudah tidak memiliki hak apapun atasnya. Jika dia pulang, rencanaku bisa ketahuan.' batin Elisa ketar ketir. Beberapa saat kemudian, Lucas datang dan menanyakan perihal keributan yang terjadi di kamar Leona. Tanpa sengaja ia melewati dan mendengarnya."Ada apa ini?? Kenapa ada ribut-ribut??" Ekor matanya melihat tas koper yang berniat di geret Leona keluar.Belum sempat mereka menjawab. Ia bertanya kembali pada Leona, "Kamu mau kemana dengan koper itu?!""Mama mau usir wanita ini. Tolong jangan di halangi!!" Mira lekas bicara."Maaf
Sorot mata Mira menatap tak sedap ke arah Lucas yang terdiam menatap atas. Saat pandangannya melihat atas, Mira pun melihat arah yang sama. Siapakah yang di lihatnya sampai ia lupa berkedip."Wanita hina!!" umpatnya dengan menggerakkan gigi-giginya. "Benar kan kataku. Jika dibiarkan wanita ini akan ngelunjak. Aku tidak ingin rumah tangga Lucas hancur gara-gara dia!!" lanjutnya masih menatap tidak senang ke atas.Mira akan tunggu sampai acara ini selesai. Wanita paruh baya itu akan memberikan pelajaran berharga padanya. Agar ia bisa melihat siapa sebenarnya dia di rumah ini. Ia tidak lebih baik dari seorang pelacur*r. Batin Mira yang sudah tidak tahan. Lebih dari enam puluh menitan acara kecil-kecilan itu berlangsung. Setelah pembagian berkat, acara pun usai. Seperti yang di tunggu-tunggu, Mira berjalan naik ke lantai atas sampainya disana, Leona tidak terlihat. Rupanya ia sudah masuk ke dalam kamarnya.BRAK! BRAK!Ia menggebrak pintu yang terbuat dari kayu tersebut. Menunggu dengan
Mira tampak tidak senang melihat Leona ada di antara mereka. "Pantas perutnya buncit juga!" sindirnya setelah melihat perutnya yang sedikit membusung."Ya, Elisa cuma kasian saja kok.""Hamil tanpa suami, awas saja dia bisa berbuat nekad dengan mendekati suamimu, Sa!! Ia bukan wanita baik-baik.""Jangan berkata demikian, Ma. Elisa melihat dia wanita yang baik, tidak mungkin ia melakukan hal itu." Wanita itu terus menerus mencari muka di depan mertuanya. Tidak perduli harus mengorbankan Leona. "Kamu memang wanita yang baik, Lucas beruntung menemukan istri sepertimu.""Mama jangan berlebihan memuji Elisa."Dari kejauhan Mira melihat Leona berjalan ke arah mereka membawa nampan berisi minuman yang diperintahkan Elisa. Saat leona sampai dihadapan mira, dengan sengaja kaki Mira menjulur ke depan, membuat leona kehilangan keseimbangan hingga terjatuh, semua minuman pun tumpah dan beberapa diantaranya pecah. "Nyonya Elisa, maafkan saya." Segera Leona berusaha bangkit dan berniat memunguti
Setelah Lucas melakukan pekerjaannya, Leona kembali bicara. "Tuan, maaf sekali lagi. Anak ini sepertinya sedang menginginkan sesuatu."Lucas menghempaskan nafas kasarnya. "Ada lagi?! Aku mohon. Jangan biarkan dia minta sesuatu yang tidak wajar dari ku. Aku tidak betah melihatnya."Leona hanya tersenyum. "Tidak Tuan, dia hanya menginginkan Anda nanti tidur satu ranjang di sini bersama saya. Dengan mengelus perut saya."Glek!"Kan! Apa yang kupikirkan benar juga. Bayi itu pasti meminta keinginan yang tidak aku setujui.""Entahlah Tuan, dia sendiri yang menginginkannya.""Aku akan pikiran lagi, aku akan mengembalikan mangkuk ini ke dapur," ucapnya penuh tanggungjawab.Di tengah perjalanan ia bertemu Elisa. Wanita itu menghadangnya, dengan berdiri bertolak pinggang."Bagaimana Mas Lucas? Apakah kamu senang dengan permintaan Leona yang aneh itu!!?" Elisa membuang wajah sebal."Kenapa kamu bertanya seperti itu?? Ini kan semua permainan yang kau buat sendiri, Elisa?!" Pria yang sedikit menj
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.