Chapter: 19. SECANGKIR KOPI HANGAT"Cinta yang disembunyikan adalah luka yang tak pernah sembuh."****Lura tak benar-benar mengerti perasaan yang menguasainya saat ini. Yang jelas, dadanya terasa sesak. Dia tidak menyangka jika jatuh cinta dan harus melepaskan, nyatanya semenyakitkan ini.Entah sudah berapa kali Lura mengusap air matanya, dia tidak bisa berhenti menangis. Deringan telepon dari Gauri dan Jean silih berganti, tapi tak satupun ia jawab. Ia hanya menatap kosong ke luar jendela, menembus kerlap-kerlip lampu kota dari balik kaca mobil.Dunia di luar terus bergerak, tapi hatinya tertinggal di satu titik yang tak bisa ia tinggalkan.Tanpa sadar, taksi telah b
Dernière mise à jour: 2025-08-08
Chapter: 18. SEPASANG SEPATU"Sejak awal kita tak pernah sejalan. Selalu bertengkar dengan hal-hal kecil. Dan selalu saling membenci meskipun harus membohongi perasaan sendiri."****Terkadang, apa yang benar-benar kita yakini bisa berubah dalam sekejap tanpa kita sadari. Dulu, Lura bersumpah untuk tidak menyukai lelaki yang begitu benci padanya, Lura yakin jika dia tidak akan luluh, atau bahkan menyimpan rasa pada lelaki kasar dan pemarah seperti Gerlan.Namun kini, sekuat apapun dia menyangkal perasaannya, rasa sakit yang timbul atas ucapan Gerlan malam tadi berhasil membuatnya terluka."Lo udah bangun? Sarapannya--," Gauri baru saja membuka kamarnya, mendapati Lura yang tengah duduk sambil mengusap matanya membuat Guari diam.Gadis yang masih mengenakan pakaian tidurnya itu pun menghela napas kasar, dia masuk dan duduk di samping Lura."Lo kenapa, sih? Gue kaget tau nggak, tadi malam lo dateng tiba-tiba sambil bawa koper," ucap Gauri. Lura hanya tersenyum membalasnya. Malam tadi saat melihat wajah sedih Lura,
Dernière mise à jour: 2025-08-07
Chapter: 17. TAPI TAHUKAH KAMU?"Kita pernah saling membenci. Sebelum akhirnya sadar dengan perasaan sendiri."***"What?! Dia bilang Lura itu pacarnya?!" teriak Frea ta percaya di dalam mobil saat baru saja mendengar jawaban Flora. "Hm. Coba lo pikir, siapa yang percaya kalau si jalang itu pacarnya?" balas Flora kesal sambil menumpu sebelah tangannya di jendela mobil. Mereka masih berada di tempat tadi, terlalu kesal karena rencana yang sudah mereka susun gagal karena kedatangan Gerlan."Jelas nggak ada yang percaya, lah. Mereka aja musuhan, yakali bisa pacaran. Gue yakin, nih. Si jalang itu pasti godain Gerlan, kalau nggak mana mungkin dia mau bawa pelacur itu pergi," dumel Frea. Dia sangat yakin dengan ucapannya karena memang sudah terlihat jelas, jika Lura dan Gerlan itu tak pernah akur. Satu kampus pasti sudah tahu. Jadi sangat-sangat mustahil jika mereka memiliki hubungan. "Liat aja nanti, gue nggak akan berhenti walaupun dia ngancem gue pake
Dernière mise à jour: 2024-04-30
Chapter: 16. PERASAAN YANG SALAH"Bagiku dulu, kamu adalah seseorang yang pantas untuk ku benci. Yang selalu ingin aku hindari. Namun kini, kamu adalah seseorang yang selalu aku butuhkan. Yang selalu ku jadikan alasan untuk bisa bahagia."****Sepasang kaki yang dibalut sneakers hitam itu melangkah memasuki kawasan rumah sakit dengan sebuah kotak yang berisi beberapa cup muffin di tangannya. Saat di kampus tadi dia ingin mengabari Gauri dan Jean jika dia akan langsung pulang, namun sayangnya sehabis dari toilet dia baru menyadari jika ponselnya kehabisan baterai. Semoga saja kedua gadis itu tidak menunggunya. Niat Lura datang ke sini bukan hanya ingin bertemu Anna dan memberikan muffin ini padanya, tapi karena hari ini obat yang dia pesan pada Dokter Joshua yang biasa menanganinya sudah tiba, maka dari itu Lura sekalian mengambilnya. Sementara tak jauh dari sana, empat pasang mata mengamati pergerakkannya dari dalam mobil. Salah satu ora
Dernière mise à jour: 2024-04-29
Chapter: 15. MASA LALU GERLAN"Kita adalah dua insan yang terlanjur berbeda. Saling mencintai dan tetap bersama hanya akan menyakiti hati satu sama lain."****Langit-langit kamar adalah objek yang pertama kali Lura lihat saat dia membuka mata. Dia mengerjab perlahan, dan melirik sekelilingnya dengan mata setengah terbuka."Bentar. Berarti tadi mimpi?" tanya Lura dalam hati. Dia mendengus pelan, suasana hatinya tiba-tiba menjadi buruk karena lelaki itu telah berani masuk ke dalam mimpinya. Lura dengan kesal bangkit duduk, dan mengusap kasar wajahnya. Tadi seingatnya dia duduk di sofa sambil menonton film seorang diri. Dan sekarang, mengapa dia telah berada di kamar? Apa lelaki itu yang memindahkannya?Ah, membayangkan itu membuat Lura semakin membencinya. Perlakuan anehnya itu yang membuat Lura kepikiran dan berakhir menjadi mimpi buruk.Ya, buruk. Sangat buruk.Dia melirik ke arah jam digital di atas nakas yang menunjukkan pukul satu lewat sepuluh menit dini hari. Yang berarti sudah hampir empat jam dia tertid
Dernière mise à jour: 2024-04-28
Chapter: 14. BUKAN MUFFIN BIASA"Haruskah aku pergi meninggalkannya? Dan membiarkannya bahagia bersama seseorang yang dapat berada di sampingnya untuk waktu yang lama?"****Setelah menghadiri kelas terakhirnya di siang hari ini, Lura pun berencana untuk segera pulang. Kini dia tengah berjalan di koridor kampus seorang diri hendak menuju gerbang depan untuk menaiki taksi seperti biasa. Jean dan Gauri mungkin sudah pulang duluan karena mereka tidak mengambil mata kuliah yang sama dengannya. Tidak, lebih tepatnya Lura mengulang mata kuliah, maka dari itu semester ini dia kembali bertemu dengan mata kuliah yang sama.Langkahnya melambat karena dering pada ponselnya. Ada panggilan video dari seseorang, melihat itu Lura pun langsung menerima panggilan."Halo kak, Lura! Kakak apa kabar?"Seorang gadis dengan pakaian berwarna pink itu tersenyum cerah ke arahnya."Hai, Anna! Kakak baik. Anna gimana?""Anna juga baik, Kak," jawab gadis itu, di belakangnya terlihat tiang infus, yang berarti dia masih berada di rumah sakit.
Dernière mise à jour: 2024-04-27
Chapter: EPILOGGadis yang mengenakanbathrobeberwarna putih itu keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju meja riasnya untuk mengambil ponsel. Dia hendak mengirim pesan pada Ghea, memberitahu pada gadis itu agar menunggunya di lobby hotel.Setelah meletakkan benda pipih itu kembali ke tempat semua, tanpa sengaja pandangan Merza jatuh pada satu figura kecil yang terjatuh. Dia lantas menegakkan bingkai foto itu, dan terdiam menatapnya.Terlihat di sana seorang gadis yang tengah tersenyum manis ke arah kamera, sedangkan lelaki di sebelahnya hanya menatap gadis itu datar. Tanpa sadar sudut bibir Merza tertarik ke atas, dia ingat foto ini diambil ketika mereka berada di Moon Coffee. Ah, mengingatnya membuat Merza merasa sedih.Tapi tidak, kini dia tidak akan bersedih l
Dernière mise à jour: 2025-11-19
Chapter: 58. UNDANGANDuabulan kemudian..."Ma! Merza berangkat kuliah dulu, ya!" seru gadis yang rambutnya diikat satu itu, dia menuruni anak tangga seraya memasang jam tangan putihnya.Seina yang sedang memasak di dapur pun lantas berlari kecil menghampiri Merza, "Nih, nanti jangan lupa dimakan, ya," ucapnya sambil memasukkan satu kotak bekal berukuran mini ke dalam tas Merza."Itu apaan?""Makanan kesukaan kamu," balasnya tersenyum. Kini Seina tidak bekerja lagi di Butiknya, dia hanya datang sesekali jika ada kepentingan. Dan memilih untuk tinggal di rumah. Dia sudah tahu apa yang dialami anaknya dua bulan yang lalu, dan kini Seina ingin menjadi Ibu yang baik untuknya, agar Merza tidak lagi merasa kesepian.
Dernière mise à jour: 2025-11-18
Chapter: 57. YOU WILL GO?"Sebelum lo ngelakuin itu, lo duluan yang gue bunuh."Lyora menurunkan tangannya yang terdapat pistol. Dia menggeram kesal dan langsung berbalik hendak menembak kepala orang itu.Namun gerakkan tangan Grace tak secepat dugaan Lyora, dia berhasil menangkis serangan hingga pistol Lyora terlempar."SIALANN! SIAPA LO, HAH?!" teriak Lyora dengan mencekik leher Grace, dan langsung dibalas dengan tendangan diperut Lyora saat itu juga hingga gadis itu terduduk."Gue?" Grace membungkuk menatap Lyora sembari menunjuk wajahnya sendiri, "Orang yang bakal bawa lo ke neraka."Lyora mengeram kesal, dia menoleh ke samping melirik pistolnya yang terjatuh, lalu kemudian bangkit
Dernière mise à jour: 2025-11-17
Chapter: 56. I KILL YOUSatu jam yang lalu..Setelah mendapat telepon dari Darga, Regan pun langsung menelepon Merza, namun sudah berpuluh-puluh kali memanggil, gadis itu tak menjawab panggilannya. Regan bahkan sudah mendatangi rumah gadis itu, namun tidak ada siapa-siapa di sana.Karena dia tak kunjung ada kabar, Regan akhirnya meminta bantuan pada Davin untuk melacak sinyal ponsel gadis itu. Dengan begitu dia bisa mengetahui keberadaan Merza.Kini Regan tengah berada di rumah sakit, menjenguk Ghea sekaligus menemui Darga, karena ada hal penting yang ingin dia sampaikan."Apa?!" kaget lelaki yang duduk tepat di depan Regan. Dia terlihat tak percaya saat mengetahui siapa dalang dari kasus pembunuhan Melva.
Dernière mise à jour: 2025-11-16
Chapter: 55. I AM...Langkah kecil itu menyusuri lorong rumah sakit dengan wajah sendu. Merza tidak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini, hidupnya terasa benar-benar kosong. Perasaan sedih, marah, dan menyesal itu berkumpul menjadi satu.Kakinya berhenti tepat di pintu ruang rawat Ghea, dia berulang kali menarik napas dalam, sebelum akhirnya melangkah masuk. Melihat jika gadis itu masih memejamkan matanya, membuat Merza ingin membalas perbuatan manusia sialan yang membuat keadaan Ghea seperti ini.Perlahan dia berjalan mendekat, lalu menarik satu kursi dan duduk tepat di samping tubuh Ghea."Lo kapan sadar? Kenapa lama banget? Gue pengin cerita banyak hal sama lo," ucap Merza, pandangannya mulai mengabur. Dia selalu menceritakan hal apapun pada Ghea, karena hanya gadis ini yang tidak p
Dernière mise à jour: 2025-11-15
Chapter: 54. DON'T CRYMerza berlari keluar dari taksi dan melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan wajah sembab. Air matanya terus mengalir, tak kuasa membendung sesak pada dadanya setelah mengetahui semua itu."Merza, udah ma--," ucapan Seina terhenti saat melihat Merza menangis, gadis itu berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya."Mama udah tau, kan?" Seina meletakkan majalahnya di atas meja, lalu kemudian berdiri dan berjalan mendekat ke arah Merza."Maksudnya?"Merza tertawa sumbang, dia menghapus kasar jejak air matanya, "Kak Melva meninggal bukan karena kecelakaan. Tapi dibunuh. Mama udah tau, kan?" tanya Merza, menatap Mamanya sendu. Dia bahkan berharap jika Mamanya tidak tahu apa-apa, namun sayangnya ekspresi wajah yang terlihat
Dernière mise à jour: 2025-11-14