Chapter: 12. Dunia Memang SempitKilatan kemarahan yang ada di mata Bela seketika menguap, saat seorang pria yang memakai jas putih datang. "Siang, Dok!" Bela kembali tersenyum, wanita itu lalu berdiri.Emran menatap kesekeliling dengan ekspresi rumit, hanya ada Bela dan empat perawat lain yang sedang sibuk bekerja. Pria itu menjawab, "Siang, Sus!"Perawat bernama Dita berjalan mendekat sambil membawa beberapa rekam medis dan Bela membawa buku catatan.Sebelum pergi, Emran menunjuk ke arah papan daftar perawat. Emran berdehem lalu berkata dengan sedikit ragu, "Di mana Suster Zahira?"Wajar jika Emran bertanya karena di papan nama tertulis nama Zahira bukan Bela."Suster Zahira sedang libur, Dok. Kemarin dia jaga malam," jawab Bela dengan ramah."Kalau besok?" tanya Emran dengan cepat. Jelas sekali jika dia sedang mencari wanita itu. Sudah menjadi rahasia umum jika Emran dan Zahira menjalin kasih. Bahkan semua orang berpikir jika Emran dan Zahira akan menikah. Namun tiga bulan yang lalu Emran justru bertunangan dengan
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29
Chapter: 11. Pasien Tergalak Di DuniaZahira mengernyit, "Ada apa sih?" tanyanya.Meta mendengkus kesal, di duduk di kursi sambil meremas botol mineral yang sudah kosong. Gusti tertawa lirih lalu mulai berkata, "Tadi pasien baru itu menangkis tangan Meta dengan kasar. Hanya karena dia ingin merapikan selimutnya. Dia juga judes banget, kaya anti perempuan gitu.""Pokoknya aku ga mau masuk ke kamar itu. Aku ga kuat lihat wajahnya yang galak dan suaranya yang judes. Walaupun tampan dan kaya, pokoknya aku ga mau berurusan sama pasien tergalak di dunia," eram meta dengan wajah kesal."Itu kan tugas kita, Met. Jangan gitu dong ah .. " tegur Citra sambil tersenyum."Udah lah Met, santai aja. Namanya juga orang sakit, biasanya moodnya buruk," sela Rubi."Ya udah ga papa, aku akan urus kamar itu!" ujar Zahira sambil tersenyum lebar.Meta memeluk tubuh kecil Zahira lalu berkata, "Kamu memang baik, Ra."Pada tengah malam, Zahira dan teman-temannya duduk sambil meminum kopi. Setelah dua jam sekali mereka berkeliling untuk mengecek k
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29
Chapter: 10. Belajar Bilang Tidak"Hah!" Zahira terlonjak, dia langsung berdiri. "Hamil"Kata itu seperti kutukan, jika dia hamil di luar nikah. Pasti Kakeknya di kampung yang super galak dan kolot itu pasti akan menggantungnya. Atau mungkin dia akan menyewa dukun untuk menyantet cucunya sendiri karena membuatnya malu.Zahira akan bertanya pada pria mesum itu, apakah dia pakai pengaman atau tidak.Zahira langsung mencari tasnya yang tadi dia lempar sembarangan. Di antara tumpukan pakaian dan barang-barang yang berserakan di lantai. Gadis itu tampak frustasi saat barang yang dia cari tidak ada. Zahira bahkan tiduran di lantai sambil menghentakkan kakinya, "Hah!!" pekiknya seperti orang gila. Kakinya dengan tidak sengaja menendang tasnya masuk ke dalam kolong ranjang tanpa dia sadari.Beberapa menit kemudian suara nada dering berbunyi, dia langsung bangun dan menelisik ke segala arah. Rupanya tasnya ada di atas kolong ranjang. Dengan susah payah, gadis itu merangkak dan menjulurkan tangannya untuk meraih tali tasnya."
Terakhir Diperbarui: 2025-04-28
Chapter: 9. Hari SialRobi hanya bisa meringis, "Sekali lagi maaf, Tuan!"Zahira hanya bisa mengelus dadanya, perjalanan pulang kali ini penuh dengan kejutan dan rintahan. Jantungnya hampir loncat dari tempatnya.Danis berdehem karena sedikit malu. Akhirnya mereka bertiga melanjutkan perjalanan dengan suasana hening.Saat lampu merah Robi menoleh, "Nona ... di mana alamatnya?" tanya Robi dengan hati-hati."Jln. Harapan, Gedung Cempaka!" ujar Zahira singkat.Tempat itu adalah apartemen kelas menengah.Robi mengangguk, tempat itu sudah hampir dekat.Dahi Danis mengerut, dia tahu jika gedung Cempaka bukan apartemen kelas bawah. Itu apartemen kelas menengah yang sewanya sebulan sekitar 5-10 juta. Pria itu melirik sekilas, dia ingat bahwa profesi Zahira hanya seorang perawat. Jika dia tinggal di gedung Cempaka, maka gajinya sebulan hanya cukup untuk membayar sewa saja.Daripada tebak-tebak buah manggis, Danis memilih untuk bertanya, "Kamu tinggal sebagai penyewa atau pemilik?""Aku hanya rakyat jelata, Pak. Aku
Terakhir Diperbarui: 2025-04-28
Chapter: 8. Aku Wanita Dewasa!Talitha menggertakkan giginya, matanya dipenuhi rasa iri yang sangat besar. "Zahira tidak boleh seberuntung itu! Tidak boleh!" batinnya.Di sisi lain, Zahira berusaha melepaskan diri dari pria yang mengaku gigolo itu, "Lepaskan Pak! Malu di liatin orang," ujarnya dengan canggung. Mereka berdua kini berdiri di depan mobil mewah berwarna merah terang.Danis dengan berat melerai pelukannya, wajahnya kembali ke setelan pabrik, angkuh dan galak. "Aku akan pulang sendiri. Sampai jumpa!" Zahira membungkuk dengan sopan. Lalu gadis itu berjalan menuju tepian jalan, hendak menyetop taksi. Namun, betapa terkejutnya dia saat tubuh kecilnya seperti melayang.Rupanya Danis mengangkat tubuh itu layaknya karung beras. Robi berinisiatif untuk membuka pintu mobil. Matanya berkali-kali mengerjab-erjab karena masih tidak percaya saat melihat tingkah bosnya. Kemarin malam, bosnya yang galak dan anti perempuan itu baru membawa pulang seorang wanita muda. Dan sekarang dia memaksakan kehendaknya.Padahal k
Terakhir Diperbarui: 2025-04-28
Chapter: 7. Biantara GrupSorot mata Danis mendingin, wajahnya terlihat masam.Karena rambut Zahira sepanjang bahu jadi prosesnya terbilang cepat. Zahira mengibaskan rambutnya di depan cermin, wajahnya tampak puas melihat rambutnya lebih lembut dan sehat. Setelah rangkaian perawatan yang di lakukan Danis pada rambutnya."Terima kasih, Pak!"Setelah Zahira mengisi perutnya karena paksaan Danis yang tidak akan membiarkan dirinya pergi dengan perut kosong. Lalu berjalan mengekor di belakang pria yang memakai pakaian kasual. Tampilannya begitu tampan dan segar dengan gaya rambut muletnya. Danis membuka pintu setelah menekan sandi terlebih dahulu. Mereka berdua berjalan beriringan melewati lorong apartemen dan setelahnya menunggu pintu lift terbuka.Ting!Saat pintu lif terbuka, mata Zahira melebar dan wajahnya tampak pucat. Danis masuk dan tidak lupa menarik tangan Zahira. Zahira yang kaget, semakin kaget saat tubuhnya tertarik masuk ke dalam lift dan menabrak dada bidang Danis.Ting!Pintu tertutup.Zahira menelan
Terakhir Diperbarui: 2025-04-19
Chapter: 166. Arti Dari KehidupanAdhinatha mengerjabkan matanya. Sejak terakhir pemuda itu melukai saudara sepupunya. Tidak pernah Adhinatha menunjukan batang hidungnya ataupun menyapa pada Indrayana. Itu semua karena dia merasa malu. "Lepaskan! Aku juga ingin melakukan penebusan dosa." "Dengan bunuh diri maksudmu!" Ujar Indrayana tanpa melepas cekalannya, sebelah alisnya terangkat. "Ibuku tidak bunuh diri! Begitu pun aku!" ujar Adhinatha dingin. Indrayana melepas cekalannya, sudut bibirnya terangkat, "Nyawa memang harus di bayar dengan nyawa. Hukuman mati memang pantas untuk Ibumu. Tapi kamu tidak!" "Berhenti membuatku malu, Indrayana. Aku telah melukai dirimu dan berniat melenyapkanmu!" ujar Adhinatha dengan nada putus asa. Indrayana menatap lamat ke arah adik sepupunya lalu kembali berkata, "Kalau begitu aku yang berhak menghukummu. Maka hukumanmu adalah dengan menuruti permintaanku!" Pemuda itu melirik ke arah istrinya dengan senyum jahil. Candramaya yang sangat hafal dengan sifat Indrayana hanya bisa menden
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: 165. Pati ObongDamayanti Citra merenung sepanjang malam, dia meringkuk di atas ranjang dengan perasaan bersalah. Semakin dia mengelak semakin merasa malu. "Aku akan melakukan penebusan dosa!" Gumamnya dengan penuh tekad. Wanita itu melakukan puasa mutih untuk membersihkan diri dan jiwanya dari segala dosa dan kepahitan. Hal sama juga di lakukan oleh Candramaya. Setelah satu pekan masa berkabung, Arya Balaaditya naik tahta menjadi raja pengganti Adi Wijaya. Karena stempel kerajaan ada di tangannya sekarang. Dan Asri Kemuning adalah pewaris yang sah. Namun karena negeri Harsa Loka harus di pimpin oleh laki-laki, maka suaminya-lah yang akan naik tahta. Upacara penobatannya di lakukan dengan hidmat di alun-alun di depan rakyat. Tugas pertama yang harus dilakukan oleh Arya Balaaditya adalah menghukum pelaku teror dan pembunuh Damarjati dan ketiga rekannya. Awalnya semua orang cukup terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh Damayanti Citra, pasalnya dia memakai pakaian yang membuat orang bertanya-t
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: 164. Hati seluas SamudraDeg!Ucapan putranya telah menghancurkan keyakinan Damayanti Citra. Wanita itu mengerjabkan matanya yang mulai terasa panas. Genangan air mata itu telah tumpah. Kenyataan itu membuatnya sakit. "Narendra ... " gumamnya.Adhinatha mengerjabkan matanya yang mulai memanas, dia merasa sedih dan tidak tega. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah sel. Kedua tangannya terangkat dan hendak memasukannya ke dalam celah besi.Damayanti Citra tetap bergeming saat Adhinatha memanggilnya, "Ibu ... kemarilah."Perubahan emosi Damayanti Citra sangat mudah berubah. Tadi dia menangis tersedu-sedu dan sekarang tertawa sinis, "Kenapa hanya aku yang terbakar? Kamu dan wanita sialan itu tidak. Kenapa?" tanyanya dengan nada putus asa."Karena aku telah membuang segala kepahitan dalam hatiku," jawab Adhinatha dengan lirih."Jadi kamu mau bilang kalau hati Ibumu ini penuh dengan kepahitan?" ucapan Damayanti Citra terhenti, wanita itu mengangkat sudut bibirnya lalu kembali tertawa sinis, "Heh! Mereka telah menyu
Terakhir Diperbarui: 2025-04-09
Chapter: 163. Wanita PicikDamayanti Citra mendengkus kesal, kedua alisnya semakin menukik tajam. Asri Kemuning memegang jeruji besi dengan kuat, wajahnya yang lembut berubah dingin. Wanita itu mendekatkan wajahnya dan berkata dengan sedikit berteriak, "Aku berpenyakitan! Bahkan setiap detik aku takut mati. Aku takut tidak bisa melihat tumbuh kembang putraku. Sedangkan kamu? Kamu sehat Citra! Kamu sehat dan kamu bisa berada di sisinya setiap waktu. Jika masalah kasih sayang dan dukungan orang tua, kita sama Citra. Kamu tidak mendapatkan kasih sayang Ibumu dan aku Romoku. Hanya bedanya adalah Ibumu telah wafat saat melahirkanmu dan Romoku masih hidup dan terus mengabaikanku."Damayanti Citra juga ikut berteriak karena merasa tertohok. Namun tidak mau mengakuinya, "Tapi suamimu setia! Sedangkan aku tidak!"Asri Kemuning terperangah mendengar jawaban Iparnya lalu menggelengkan kepala. "Kenapa kamu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain? Setia atau tidaknya seseorang itu pilihan. Bukan takdir atau nasib, Ci
Terakhir Diperbarui: 2025-04-09
Chapter: 162. Mantra Suci"Hah!" Candramaya tersadar. Candramaya membuka matanya. Mata merah menyala itu kembali ke semula. "Indrayana ... " panggilnya dengan linglung.Indrayana tertawa lirih, "Kamu kembali!""Apa yang terjadi? Kenapa tanganku menyerangmu?" Candramaya memang tersadar tapi tubuhnya masih dikendalikan oleh sosok hitam Putri Tanjung Kidul. Gadis itu mendongak dan menatap sekitar dengan bingung. Candramaya mencoba mengangkat tangannya ke atas namun yang terjadi justru tangan itu semakin kuat menekan ke bawah. "Gunakan mustika itu, cepattt!!" pekiknya."Tapi aku akan melukaimu!" ujar Indrayana dengan perasaan gamang."Tidak akan!" Karena kedua tangan Indrayana sedang menahan serangan Candramaya. Pemuda itu akhirnya memukul punggung Candramaya dengan menggunakan lututnya dengan cukup keras.Bug!Akkhhh!Tubuh Candramaya oleng, keris itu terlempar cukup jauh. Indrayana mengambil kesempatan itu untuk memegangi kedua tangan Candramaya. Dan membalikkan keadaan dengan menduduki tubuh gadis itu yang ja
Terakhir Diperbarui: 2025-04-07
Chapter: 161. Pertarungan Batin CandramayaArya Balaaditya menahan tubuh Istrinya yang hendak menghampiri putranya. Sedangkan Kumala, gadis itu meringsut di dalam pelukan kakeknya.Di bawah derasnya air hujan dan angin yang bertiup kencang. Indrayana bangun dan terduduk di tanah. Pemuda itu meringis saat melihat ekspresi dingin Candramaya.Candramaya berjalan mendekat sambil menggerak-gerakan kuku-kukunya yang panjang. Wajah datar dan menyeramkan itu menyeringai. Indrayana tidak berniat untuk kabur atau semacamnya. Dia hanya mengatur nafas dan menunggu Candramaya menghampirinya dengan pasrah. "Dewata ... " gumamnya.Tatapan Indrayana tertuju pada Mustika yang dia genggam. "Cik! Lemah," eram Candramaya. Tatapannya begitu liar dan beringas. Mendengar cibiran Candramaya, Indrayana tersenyum getir lalu bergumam, "Aku memang lemah!"Baladewa yang tidak tahan akhirnya hendak menyerang Candramaya namun Indrayana berteriak, "Jangan, Paman! Jangan ikut campur!"Indrayana langsung mengangkat tangannya dan membuat jarak dengan membuat
Terakhir Diperbarui: 2025-04-06