Chapter: 51. Ancaman DanisWajah Danis semakin dingin, rahangnya juga mengeras, melihat ekspresi itu Zahira merasa takut. Hingga Danis memejamkan matanya dan menghirup nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Dan ketika mata itu kembali terbuka, dia tersenyum dan sorot matanya melembut. Tapi justru Zahira merasa semakin takut dan merinding. "Masuk dengan suka rela atau?" Danis mengantung kalimatnya dengan senyum menyeringai.Zahira mencebikkan bibirnya dengan wajah murung, dia keluar dengan enggan. Pintu salon terbuka otomatis dan Zahira berjalan di belakang Danis dengan pasrah. "Mimpi apa aku ketemu orang kaya gini! Posesif! Kiler! Patriarki!" gumamnya dalam hati. Zahira mana berani ngomong langsung di depan wajah Danis. Bisa-bisa dia ditelan bulat-bulat.Di dalam salon, para pegawai berbaris dengan rapi, mereka memasang wajah ramah dan tersenyum lembut. Semua menyapa dengan serentak, "Selamat siang, Tuan Daniswara!"Danis bergeser ke samping dan Zahira yang bersembunyi di belakangnya juga mengiku
Terakhir Diperbarui: 2025-06-15
Chapter: 50. PenculikanSekali lagi, Robi hanya meringsut ketakutan di ambang pintu, dia merasa aneh dengan perubahan sikap bos kilernya itu. Terakhir melihat Danis tertawa adalah saat membuat rambut nenek tirinya terbakar. Apalagi sekarang Danis mengikuti gadis itu masuk. "Jangan-jangan?" Robi bergumam dengan wajah pucat. "Kak! Lepaskan!" Zahira di dalam kamar memekik histeris di selingi tawa Danis yang menggema. Robi yang mendengar jeritan gadis itu semakin waswas, dia bingung. Harus menolong atau membiarkannya dan menutup mata dan telinga. Namun nuraninya berkata, "Tidak! Aku harus menghentikan kebejatan Tuan Danis!" Baru saja Robi melangkah dengan keberanikan 45. Kini dia kembali tercengang saat melihat Danis menggendong Zahira yang masih mengenakan piama dengan gaya brydal style. "Cepat ambil ponsel Zahira lalu tutup pintu! Aku duluan!" titahnya dengan nada tak terbantahkan. Danis berjalan kewalahan karena Zahira terus saja meronta-ronta, "Turunin aku, Kak! Tolong! Penculikaaannnn!" pekiknya."Diam!"
Terakhir Diperbarui: 2025-06-13
Chapter: 49. Senyum Culas AyusitaDanis berhenti, tatapannya datar lalu tangan kirinya menangkup wajah kecil adiknya dan mendorongnya ke belakang dengan pelan, "Minggir!"Ayusita terhuyung dengan bibir mencebik, dia langsung memeluk sebelah kaki kakaknya dan berteriak, "Tidak boleh pulang!"Danis memutar bola matanya dan tidak peduli dengan tingkah kekanak-kanakan adiknya itu. Dia hanya berjalan keluar sambil membawa adiknya yang memeluk kakinya.Ajeng tertawa kecil, menyaksikan kakak beradik beda ibu itu berinteraksi. Mereka berdua sangat lucu.Setelah sampai di samping mobil, Danis menunduk, wajah tampannya terlihat malas dan berkata dengan ketus, "Lepas anak setan!"Ayusita mendongak, lalu matanya berkedip-kedip, "Ga! Sebelum Kakak mengabulkan satu permintaan!"Danis menghisap rokoknya lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Katakan!"Ayusita tersenyum sambil mengerlingkan matanya. Dia tahu Kakaknya yang galak itu akan selalu mengabulkan permintaannya. Ayusita hanya rindu untuk menggodanya saja. "Kak! Aku ingin Kakak m
Terakhir Diperbarui: 2025-06-12
Chapter: 48. Bocah TengikKedua tangan Adam saling memilin, matanya mengawang, "Pamanmu!" Danis berdecis sinis, dia sudah menduganya. Anak dari istri muda Kakeknya pasti pelakunya, pria itu tidak akan akan membiarkan Danis menjadi ahli waris keluarga Biantara. Danis duduk bersandar di sofa sambil melipat kakinya. Suara baratonnya mengalun, "Gadis itu Zahira!" Ajeng memiringkan kepalanya, dia sedang mengingat nama yang familiar itu. Lalu saat teringat Ajeng segera menutupi mulutnya yang menganga, "Pacarmu itu!" Adam mengerutkan dahinya, wajahnya langsung berubah masam. Baru tadi pagi Ajeng menceritakan sosok pacar Danis dan sekarang dia tahu bahwa gadis yang ada di foto itu adalah pacar putranya. Adam menggelengkan kepalanya, dia tidak terima. "Putuskan hubungan kalian! Bagaimana bisa kamu mencintai wanita liar seperti itu dan menolak adik temanmu." Danis mengambil bungkus rokok di dalam sakunya lalu mengambil satu batang dan menyalakannya. Dia bahkan tidak segan menghisapnya di depan wajah Ayahnya yan
Terakhir Diperbarui: 2025-06-10
Chapter: 47. Amplop CoklatTalitha menyeret kakinya mundur, dua tangannya terkepal menggantung di sisinya. Penolakan Danis membuatnya merasa semakin tertantang, "Aku ga akan menyerah!" gumamnya.Zahira duduk sambil melihat pemandangan luar, ini sudah jam 9 malam lebih tapi jalanan masih sangat ramai. Zahira menyerongkan tubuhnya, setelah berpikir cukup lama gadis itu mulai membuka mulut, "Besok, Kakak ga perlu menjemputku lagi. Lagian hubungan kita hanya pura-pura!"Suara Zahira begitu lembut tapi mampu melukai hati Danis. Secara tidak langsung Zahira telah menolaknya. Danis melirik sekilas, sudut bibirnya terangkat, "Kenapa?" ujar Danis dengan datar.Zahira menggigit bibir bawahnya, "Talitha sudah tidak salah paham lagi dan hubungan kami sudah membaik. Jadi dia juga tidak akan merasa takut aku akan merebut suaminya."Danis mencengkram setir kemudi dengan erat dengan gigi berkertak dia berkata, "Kamu plinplan, Ra! Kalau aku tidak salah ingat kamu ingin menjauhi temanmu itu. Dan sekarang? Hanya satu senyuman sa
Terakhir Diperbarui: 2025-06-07
Chapter: 46. Wanita UlarTalitha langsung menoleh ke arah Danis dengan senyum mengembang, jantungnya juga berdebar karena melihat senyum Danis yang menawan. "Sama-sama, Tuan Danis!" Danis kembali menatap Zahira dan mengambil ransel gadis itu dan menyampirkannya di pundak. Satu tangannya merangkul pundak Zahira dan menuntunnya berjalan keluar. Semua orang yang melihat sikap manis Danis menjadi iri dan meleleh. Bella yang melihat hal itu juga terlihat kesal dan marah, "Putus dengan dokter Emran sekarang udah dapet cowok kaya lagi. Benar-benar beruntung banget Zahira itu!" gumamnya. Talitha sebenarnya merasa sangat iri, hanya saja dia perlu sedikit bersabar. Dia sudah mendapatkan senyuman Danis, dan sebentar lagi dia akan mendapatkan hatinya. Talitha berjalan mengekor dengan senang karena akan pulang bersama Danis. Zahira sebenarnya merasa malu karena banyak orang yang melihat, tapi karena ini tugasnya sebagai pacar kontrak yang baik jadi dia harus berakting. "Kamu sudah makan, Ra?" tanya Danis dengan lembu
Terakhir Diperbarui: 2025-06-04
Chapter: 166. Arti Dari KehidupanAdhinatha mengerjabkan matanya. Sejak terakhir pemuda itu melukai saudara sepupunya. Tidak pernah Adhinatha menunjukan batang hidungnya ataupun menyapa pada Indrayana. Itu semua karena dia merasa malu. "Lepaskan! Aku juga ingin melakukan penebusan dosa." "Dengan bunuh diri maksudmu!" Ujar Indrayana tanpa melepas cekalannya, sebelah alisnya terangkat. "Ibuku tidak bunuh diri! Begitu pun aku!" ujar Adhinatha dingin. Indrayana melepas cekalannya, sudut bibirnya terangkat, "Nyawa memang harus di bayar dengan nyawa. Hukuman mati memang pantas untuk Ibumu. Tapi kamu tidak!" "Berhenti membuatku malu, Indrayana. Aku telah melukai dirimu dan berniat melenyapkanmu!" ujar Adhinatha dengan nada putus asa. Indrayana menatap lamat ke arah adik sepupunya lalu kembali berkata, "Kalau begitu aku yang berhak menghukummu. Maka hukumanmu adalah dengan menuruti permintaanku!" Pemuda itu melirik ke arah istrinya dengan senyum jahil. Candramaya yang sangat hafal dengan sifat Indrayana hanya bisa menden
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: 165. Pati ObongDamayanti Citra merenung sepanjang malam, dia meringkuk di atas ranjang dengan perasaan bersalah. Semakin dia mengelak semakin merasa malu. "Aku akan melakukan penebusan dosa!" Gumamnya dengan penuh tekad. Wanita itu melakukan puasa mutih untuk membersihkan diri dan jiwanya dari segala dosa dan kepahitan. Hal sama juga di lakukan oleh Candramaya. Setelah satu pekan masa berkabung, Arya Balaaditya naik tahta menjadi raja pengganti Adi Wijaya. Karena stempel kerajaan ada di tangannya sekarang. Dan Asri Kemuning adalah pewaris yang sah. Namun karena negeri Harsa Loka harus di pimpin oleh laki-laki, maka suaminya-lah yang akan naik tahta. Upacara penobatannya di lakukan dengan hidmat di alun-alun di depan rakyat. Tugas pertama yang harus dilakukan oleh Arya Balaaditya adalah menghukum pelaku teror dan pembunuh Damarjati dan ketiga rekannya. Awalnya semua orang cukup terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh Damayanti Citra, pasalnya dia memakai pakaian yang membuat orang bertanya-t
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: 164. Hati seluas SamudraDeg!Ucapan putranya telah menghancurkan keyakinan Damayanti Citra. Wanita itu mengerjabkan matanya yang mulai terasa panas. Genangan air mata itu telah tumpah. Kenyataan itu membuatnya sakit. "Narendra ... " gumamnya.Adhinatha mengerjabkan matanya yang mulai memanas, dia merasa sedih dan tidak tega. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah sel. Kedua tangannya terangkat dan hendak memasukannya ke dalam celah besi.Damayanti Citra tetap bergeming saat Adhinatha memanggilnya, "Ibu ... kemarilah."Perubahan emosi Damayanti Citra sangat mudah berubah. Tadi dia menangis tersedu-sedu dan sekarang tertawa sinis, "Kenapa hanya aku yang terbakar? Kamu dan wanita sialan itu tidak. Kenapa?" tanyanya dengan nada putus asa."Karena aku telah membuang segala kepahitan dalam hatiku," jawab Adhinatha dengan lirih."Jadi kamu mau bilang kalau hati Ibumu ini penuh dengan kepahitan?" ucapan Damayanti Citra terhenti, wanita itu mengangkat sudut bibirnya lalu kembali tertawa sinis, "Heh! Mereka telah menyu
Terakhir Diperbarui: 2025-04-09
Chapter: 163. Wanita PicikDamayanti Citra mendengkus kesal, kedua alisnya semakin menukik tajam. Asri Kemuning memegang jeruji besi dengan kuat, wajahnya yang lembut berubah dingin. Wanita itu mendekatkan wajahnya dan berkata dengan sedikit berteriak, "Aku berpenyakitan! Bahkan setiap detik aku takut mati. Aku takut tidak bisa melihat tumbuh kembang putraku. Sedangkan kamu? Kamu sehat Citra! Kamu sehat dan kamu bisa berada di sisinya setiap waktu. Jika masalah kasih sayang dan dukungan orang tua, kita sama Citra. Kamu tidak mendapatkan kasih sayang Ibumu dan aku Romoku. Hanya bedanya adalah Ibumu telah wafat saat melahirkanmu dan Romoku masih hidup dan terus mengabaikanku."Damayanti Citra juga ikut berteriak karena merasa tertohok. Namun tidak mau mengakuinya, "Tapi suamimu setia! Sedangkan aku tidak!"Asri Kemuning terperangah mendengar jawaban Iparnya lalu menggelengkan kepala. "Kenapa kamu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain? Setia atau tidaknya seseorang itu pilihan. Bukan takdir atau nasib, Ci
Terakhir Diperbarui: 2025-04-09
Chapter: 162. Mantra Suci"Hah!" Candramaya tersadar. Candramaya membuka matanya. Mata merah menyala itu kembali ke semula. "Indrayana ... " panggilnya dengan linglung.Indrayana tertawa lirih, "Kamu kembali!""Apa yang terjadi? Kenapa tanganku menyerangmu?" Candramaya memang tersadar tapi tubuhnya masih dikendalikan oleh sosok hitam Putri Tanjung Kidul. Gadis itu mendongak dan menatap sekitar dengan bingung. Candramaya mencoba mengangkat tangannya ke atas namun yang terjadi justru tangan itu semakin kuat menekan ke bawah. "Gunakan mustika itu, cepattt!!" pekiknya."Tapi aku akan melukaimu!" ujar Indrayana dengan perasaan gamang."Tidak akan!" Karena kedua tangan Indrayana sedang menahan serangan Candramaya. Pemuda itu akhirnya memukul punggung Candramaya dengan menggunakan lututnya dengan cukup keras.Bug!Akkhhh!Tubuh Candramaya oleng, keris itu terlempar cukup jauh. Indrayana mengambil kesempatan itu untuk memegangi kedua tangan Candramaya. Dan membalikkan keadaan dengan menduduki tubuh gadis itu yang ja
Terakhir Diperbarui: 2025-04-07
Chapter: 161. Pertarungan Batin CandramayaArya Balaaditya menahan tubuh Istrinya yang hendak menghampiri putranya. Sedangkan Kumala, gadis itu meringsut di dalam pelukan kakeknya.Di bawah derasnya air hujan dan angin yang bertiup kencang. Indrayana bangun dan terduduk di tanah. Pemuda itu meringis saat melihat ekspresi dingin Candramaya.Candramaya berjalan mendekat sambil menggerak-gerakan kuku-kukunya yang panjang. Wajah datar dan menyeramkan itu menyeringai. Indrayana tidak berniat untuk kabur atau semacamnya. Dia hanya mengatur nafas dan menunggu Candramaya menghampirinya dengan pasrah. "Dewata ... " gumamnya.Tatapan Indrayana tertuju pada Mustika yang dia genggam. "Cik! Lemah," eram Candramaya. Tatapannya begitu liar dan beringas. Mendengar cibiran Candramaya, Indrayana tersenyum getir lalu bergumam, "Aku memang lemah!"Baladewa yang tidak tahan akhirnya hendak menyerang Candramaya namun Indrayana berteriak, "Jangan, Paman! Jangan ikut campur!"Indrayana langsung mengangkat tangannya dan membuat jarak dengan membuat
Terakhir Diperbarui: 2025-04-06