Chapter: Bab 140“Iya, Pak.” Lia dan Keisha berseru bersamaan. Dika sampai menahan senyum karena Lia dan Keisha tidak bisa menampik aura bos dari Rafael. Keduanya bergegas menarik kotak yang disodorkan oleh Rafael. Sebuah kotak emas dengan pita satin putih gading yang melintang. Tepat di tengah simpul pita, ada bros kristal mewah dengan kilau yang indah. “Bukanya di sini?” Keisha menunjuk ragu pada bros yang ada di tengah. Terlihat jelas jika kedua teman Tania itu bingung. Mereka begitu ragu, tak tahu bagaimana cara membuka kotak mewah itu. “Iya, buka di situ,” ujar Dika. Dika jadi membantu Lia dan Keisha membuka kotak di depan mereka. Kait bros digerakkan dan kotak itu terbuka. “Ini undangan?” Keisha menatap sebuah papan akrilik dengan huruf emas yang terukir di sana. Tania menggeser Keisha. Ia ikut membaca tulisan yang ada di tangan sang teman. Tania menutup mulut tak percaya. Ia mendapati namanya dan nama Rafael terukir di sana. Rafael Alexander Dharmawan & Tania Pramita“Bagus banget und
Last Updated: 2025-06-15
Chapter: Bab 139“Bagus dong kalau hasilnya keliatan!” Tania berucap sok riang.Ia menambahkan sebuah senyum lebar agar Lia dan Keisha berhenti menatapnya lekat. Kedua temannya itu sempat saling pandang, sebelum Lia mulai bicara. “Ya ampun, aku sempat takut kamu stres sendirian.” Lia menepuk lengan Tania gemas. “Bagus kalau kamu baik-baik di sana.”Keisha ikut mengangguk. “Iya. Jangan merasa bersalah lagi ke kita. Kita udah kerja lagi, kok.”Tania langsung menoleh. Ia menatap kedua temannya tak percaya. “Serius?!” Tania mencoba mencari sedikit petunjuk kebohongan, tapi ia tidak menemukannya. Lia dan Keisha malah mengangguk bersamaan. Keduanya tersenyum lebar di depan Tania. “Serius, dong!” Cerah wajah Lia menunjukkan jika wanita itu tidak berbohong. “Di mana?” Tania bertanya tidak sabar. “Di tempat Pak Romi!” Keisha menjawab dengan sebuah pekikan senang. Lia yang bersemangat jadi melompat kecil. Ia membawa Keisha dan Tania ikut berteriak bersamanya. “Kok bisa? Gimana ceritanya?!” Tania mau ta
Last Updated: 2025-06-14
Chapter: Bab 138“Selamat pagi!” Tania menyapa ramah.Ia sampai di Grand Velora lebih awal. Lalu lintas sedang tidak macet, dan taksi yang dikemudikan oleh Sumarno melesat cepat ke Grand Velora. “Pagi,” sahut Fera. Kebetulan hari ini Fera datang lebih dulu. Mereka saling tersenyum sesaat sebelum mulai bekerja. Hari itu berjalan sangat lancar. Tak banyak yang terjadi. Sampai di jam istirahat, sebuah pesan masuk ke handphone Tania. Lia: Kamu lagi sibuk gak? Ada waktu hari ini?Tania tersentak sesaat. Sebuah senyum mengembang di bibirnya. Ia segera membalas pesan itu. “Ada.” Tania menekan tombol kirim. Balasan lainnya muncul tak sampai semenit. Tania yang masih beristirahat di ruang staf langsung membacanya. Lia: Jalan ke mal, yuk. Sama Keisha juga. Tania mengangguk pelan. “Oke.”Ia memandang handphone di tangannya yang masih menyala. Semalam, Tania banyak berpikir. Ia tidak bisa tenang karena terus mempertimbangkan banyak hal.Tania mencoba melihat dari sudut pandang Rafael, juga Anggi. Ia sungg
Last Updated: 2025-06-12
Chapter: Bab 137“Ke sini?” Tania terduduk. Ia sempat oleng sedikit karena baru bangun tidur. Rafael mengulurkan tangan membantu. “Pelan-pelan.” Rafael mengingatkan. Tania menepis tangan Rafael. Ia terdiam saat menyadari jika mungkin ia melakukannya terlalu keras. “Tanganmu enggak apa-apa?” Tania menatap lengan Rafael. Ia terkadang lupa jika Rafael masih terluka. “Kenapa gips kamu udah dilepas, sih?”Rafael tersenyum miring. “Mengkhawatirkan aku?” Tania seketika berpaling. “Enggak!” sahutnya ketus. Tania peduli karena luka itu disebabkan oleh dirinya. Cuma itu alasannya untuk khawatir, tidak lebih. “Aku melepasnya karena sulit untuk bekerja … dan mandi.” Rafael menjelaskan. Entah sengaja atau tidak, pria itu mengingatkan tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama di apartemen. Waktu yang membawa Tania pada takdirnya sekarang. Tania mengelus perutnya pelan. “Kalau begitu, hati-hati dengan tanganmu!” ketus Tania. Tania menolak untuk terbawa ke masa lalu. Ia memilih untuk memasang waj
Last Updated: 2025-06-12
Chapter: Bab 136“Baterai handphoneku habis. Aku terpisah dari teman-teman. Aku cuma ingat kembali ke sini.” Gadis di depan Tania menjawab. Tania mengangguk di balik meja resepsionis. Ia tersenyum lembut, berusaha menenangkan.“Boleh saya lihat paspornya?” tanya Tania. Gadis itu menggeleng. “Tertinggal di kamar. Saya lupa nomor kamar saya.”Tania melihat gadis itu menunduk murung. Ia mencoba untuk menghibur sebentar. “Tenang saja! Katakan pada saya siapa namamu, saya akan mengantarmu ke kamar.” Tania membuat senyum lebar. “Nanami Takeda,” jawab gadis itu pelan. “Boleh saya tahu nama teman sekamarmu?” Tania bertanya ramah. Saat gadis itu menjawab, tangan Tania bergerak cepat. Ia mengecek nama yang disebutkan Nanami di layar. Semua nama yang disebutkan Nanami benar. “Lantai 20.” ucap Tania pelan. Ia beranjak dari meja resepsionis. Tangannya memegang kunci cadangan. “Biar saya antar,” ucap Tania seraya mempersilakan Nanami berjalan lebih dulu. Nanami mengucapkan terima kasih. Berulang kali ia m
Last Updated: 2025-06-11
Chapter: Bab 135“Hari ini Ibu masak apa?” Tania basa-basi bertanya. Saat keluar dari kamar, di meja makan sudah ada seluruh keluarganya. Tania melirik Anggi yang masih berwajah masam.Yah, reaksi Anggi sesuai dugaan Tania. Anggi mengabaikan Tania. “Emang Kakak enggak liat? Itu kan ada sup ayam!” Malah Tyo yang menyahut. Tania mencibir keras. Ia menunjuk ke wajah Tyo. “Balikin uang Kakak yang beli puding kemarin. Pudingnya kan Rafael yang beliin!” Tyo tidak menjawab. Adik Tania itu menyelesaikan sarapan dalam sekali suap, lalu menghilang dari meja makan. Tania hanya bisa mendengus. Sekarang, ia terpaksa harus menghadapi dinginnya sikap Anggi sendirian. Karena sang ayah jelas ada di pihak ibunya. Suapan pertama sarapan, Tania masih baik-baik saja. Namun, di suapan kedua, Tania terbatuk. “Uhuk!” Ia tiba-tiba merasa mual. Tania langsung berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan lagi apa yang baru saja ia telan.“Ck!” Tania memukul wastafel kesal. Setelah semalam perutnya terasa nyaman, sekarang j
Last Updated: 2025-06-11
Chapter: Salam Hangat Cerita Amira dan Raga selesai sampai di sini. Tak bisa dilanjutkan lagi karena nanti jadi 18+. Hehe 🤭 Yang mau aku melanjutkan Amira dan Raga season dua, berikan like dan komentarnya sebanyak-banyaknya, ya! Terima kasih untuk semua yang sudah membaca dan memberikan dukungan. Cinta banyak-banyak. 🥰 Salam hangat, -Dewiluna-
Last Updated: 2025-04-28
Chapter: Bab 263. Terima Kasih dan Selamat Tinggal
“Pergi, dulu.” Setelah meminta izin pada Gavin, Andini, dan Heri, Raga dan Amira diantar oleh Ken. Alex sedang cuti untuk sementara waktu. Di asrama, Dika dan Dina menyambut Amira. Memang sedang libur semester, jadi suasana sekolah sepi. “Kak Amira mau pindah ke mana?” Dika bertanya penasaran. Amira tidak bisa memikirkan jawaban, jadi Raga yang mewakili. “Apartemen,” jawab Raga singkat. “Di sini ternyata enggak aman.” Amira tidak membantah. Dia biarkan saja Raga semaunya merangkai kebohongan tentang status juga tempat tinggal mereka. Terdengar hela kecewa dari mulut Dika. Meski begitu, Dika tetap membantu Amira berkemas. Dina pun melakukan hal yang sama. Dia tidak masalah di mana pun Amira tinggal, selama hubungan mereka baik. “Hati-hati di jalan ya!” Dina dan Dika melambai bersamaan. Kedua bersaudara itu mengantar Amira sampai ke depan gerbang. Amira memang tidak membawa semua barangnya. Dia cuma mengambil baju dan barang-barang penting. Sisanya bisa diambil nanti. “D
Last Updated: 2025-04-26
Chapter: Bab 262. Awal Baru “Gue enggak ngerasa ini beneran,” ucap Amira. Setelah Amira dinyatakan benar-benar sembuh, Raga mengajaknya masuk ke dalam kediaman keluarga Wijaya. Raga tidak membiarkan Amira berhenti di depan pintu. Dia menarik Amira masuk ke dalam. Kali ini, tangan Amira tak terlepas dari genggaman. “Udah gue bilang, kan? Lo percaya aja sama gue,” sahut Raga sombong. Gavin dan Andini datang kemudian. Mereka menyambut Amira. “Kamu langsung bersiap saja.” Andini mendorong Amira masuk ke dalam salah satu ruangan. Di sana, sudah ada penata rias lengkap dengan para pelayan yang membantunya bersiap. Amira terus-menerus curiga, tapi tidak ada yang terjadi. Bahkan dia sudah mengecek masa depan dengan memegang semua orang, dan hasilnya sama. Tak akan terjadi apa pun. Semuanya berjalan lancar seperti seharusnya. “Sudah selesai.” Ucapan penata rias itu membuat Amira tertegun sesaat. Dia menghadap cermin lalu mendapati pantulan dirinya di sana. “Apa ada yang mau diperbaiki?” Penata rias itu
Last Updated: 2025-04-26
Chapter: Bab 261. Jawaban untuk Pemenang“Gimana keadaan Bapak?” Tanya Amira saat menjenguk Reynald. Amira langsung menyeret Raga ke ruang rawat Reynald setelah tahu gurunya sudah sadar. Reynald tersenyum. “Baik.”Febby yang kemudian mewakili Reynald bicara lebih banyak. “Keadaannya udah stabil, jadi lo enggak perlu khawatir lagi.”Dia menepuk lengan Amira lembut. “Jangan merasa bersalah lagi, ya,” sambungnya. Amira mengangguk pelan. Melihat Febby yang tak lagi menangis membuat Amira merasa lega. “Mending lo istirahat, sana.” Febby membalikkan badan Amira. Dia menunjuk pintu keluar. “Tidur di atas kasur.”Amira menggeleng–menolak, tapi Febby memaksa. “Harus!”Perintah itu akhirnya dituruti Amira. Dia dibimbing Raga kembali ke dalam ruang rawatnya. Di sana, Raga langsung menyuruh Amira berbaring. “Akhirnya!” Raga ikut naik ke atas ranjang, berbaring di samping Amira. “Gue bisa tidur juga.”“Raga! Turun, ih!” Pekik Amira.Amira berusaha mendorong Raga menjauh, tapi pacarnya itu tidak bergerak. “Raga, gue tendang ya!” An
Last Updated: 2025-04-25
Chapter: Bab 260. Harapan dan Doa“Pendarahannya parah,” gumam Febby, dengan suara putus asa. Amira menarik napas dalam, mencoba meredam rasa bersalah yang menyesakkan. Namun, dia tahu jika ini bukan waktunya untuk lemah, apalagi mengeluh.“Ayo kita berdoa, Kak. Gue yakin, Pak Reynald pasti bisa melalui ini semua.”Febby hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Dia tidak ingin berharap, tapi hanya harapan yang tersisa untuknya. Amira ikut berdoa dalam hati. Dia sungguh tidak bisa membayangkan jika Reynald benar-benar pergi. Amira tak mampu hidup dalam rasa bersalah.“Amira,” panggil Raga lembut. Raga duduk di samping Amira, menemaninya. “Sini, deketan sama gue,” ucap Raga seraya memberikan satu bahunya agar Amira bisa bersandar.“Gue enggak ngantuk,” jawab Amira, keras kepala.Amira mungkin mengatakan jika dia tidak lelah, tapi wajahnya sudah kusut dan kedua matanya hampir terpejam.Hanya butuh beberapa menit sebelum akhirnya Amira be
Last Updated: 2025-04-24
Chapter: Bab 259. Bertahan Bersama“Bangkeee!” Evan menjulurkan tangan, ingin menempeleng Raga. Namun, luka di tangannya membuat dia mengurungkan niat. Michelle sampai membantu Evan duduk kembali dengan tenang di kursinya. “Elo serius enggak punya rencana apa-apa?!” Evan memekik tak percaya. Padahal lagak Raga tadi sudah seperti orang serius. “Ada,” jawab Raga singkat. “Ini Amira lagi ngeliat rencana gue.” Amira yang mewakili Evan menyikut Raga. Dia juga kesal pada sikap pacarnya yang seenak udel begini. “Ngomongnya mau bikin perusahaan saingan. Hampir aja gue percaya!” Evan misuh-misuh. Sementara Raga, masih santai di samping Amira. Dia cuma mengangkat bahu sambil menjawab tenang. “Ya bagus, kan! Artinya tampang gue meyakinkan.” Raga menggampangkan masalah yang dia buat. Evan sudah sibuk mengomel. Michelle pun sama. Keduanya menatap Raga tak percaya. Mereka tidak pintar, tapi juga tidak bodoh untuk menyadari jika Raga hanya melakukan tindakan impulsif tanpa persiapan.“Terserah lo aja, deh!” Evan jadi lelah s
Last Updated: 2025-04-23