Chapter: S2 Bab 2“Happy birthday, Zayne!” Tania memeluk putranya erat. Ia melebarkan senyum saat Zayne balas mengecup pipinya hangat. Rafael ikut serta. Kedua tangannya memeluk istri dan putranya lebih erat. “Zayne sayang Mommy sama Daddy!” seru bocah itu polos. Tania mengangguk mengiyakan. Setelah ucapan selamat dari keluarga Tania, kue ulang tahun pun dipotong. “Katakan bagaimana rasanya.” Anggi bertanya penuh rasa penasaran. Kue yang ia buat khusus untuk sang cucu, harusnya sempurna. “Enak sekali!” Zayne memeluk Anggi erat. “Zayne juga sayang nenek!”Anggi mengangguk puas. Ia membantu Zayne membagikan kue. Tania mendapatkan potongan paling besar dari Zayne. “Habis ini Zayne mau jalan-jalan, ya!” Tania tersentak. Ia melupakan janji yang ia ucapkan pada Zayne. Harusnya mereka pergi ke taman bermain bersama-sama. Hanya saja, hari sudah terlalu sore. Tak akan ada cukup waktu.“Zayne,” panggil Tania lembut. “Bagaimana kalau minggu depan? Hari ini sudah terlalu sore, dan besok Mommy tidak bisa.”
Last Updated: 2025-11-17
Chapter: S2 Bab 1“Daddy, apa Mommy masih lama?”Suara anak kecil terdengar memelas, membuat Rafael memandang tak tega. Ia langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak. “Sebentar lagi, Zayne.” Rafael mencoba memberikan pengertian. Zayne mengangguk. Ia duduk kembali di kursinya, terdiam menunggu. Melihat itu, Anggi tak bisa tetap diam. Ia beranjak dari sofa dan langsung menghampiri cucu pertamanya. Zayne yang masih tampak murung, mencoba tersenyum saat Anggi menghampiri. Cucu lelakinya ini seolah tak ingin Anggi mendapati dirinya mengeluh. “Bagaimana kalau kita buka hadiahnya dulu? Sambil menunggu Ibumu,” ujar Anggi. Tyo pun ikut menimpali. Ia berdiri di depan Zayne sambil menunjukkan kotak berwarna biru yang ia bawa sebagai hadiah. “Coba buka hadiah dari Om. Kamu pasti suka!” Tyo menyodorkan kotak hadiahnya pada Zayne, tapi Zayne menggeleng. “Aku mau tunggu Mommy,” ucap Zayne sambil menunduk. Zayne memainkan ujung bajunya. Ia sering melakukan itu saat sedang bersedih. Rafael yang
Last Updated: 2025-11-16
Chapter: Bab 262“Aku sudah siapkan rumahnya. Apa kamu mau tetap pindah?” Rafael tidak ingin memaksa, tapi ia juga sudah berjanji untuk memenuhi keinginan Tania. Ditawari seperti ini, Tania malah ragu. Apalagi hubungannya dengan Anggi sudah membaik. Bahkan Agus dan Tyo juga sudah meminta maaf padanya. “Apa harusnya aku tetap tinggal di sini?” Tania bertanya hati-hati. Rafael tidak menjawab. Ia hanya memandang Tania tanpa menyiratkan apapun yang ia inginkan. Tania langsung tahu jika Rafael membebaskannya untuk memilih. Sekilas, Tania merasa ingin tinggal. Namun, saat melihat keadaan Rafael yang begitu kurus, ia mungkin harus mengambil pilihan. Rafael butuh tempat yang nyaman untuk memulihkan diri. Pasti suaminya itu tidak akan bebas jika terus tinggal di rumah orang tuanya. “Ayo kita pindah.” Tania sudah memutuskan. Rafael mengangguk dengan senyum di wajah. Saat itu juga, Tania merasa bersyukur karena pilihannya tidak salah. Sepertinya, Rafael menyukai keputusannya. “Aku siapkan barang-barangny
Last Updated: 2025-11-15
Chapter: Bab 261“Duduk dulu.” Rafael meraih tangan Tania. Ia menepikan laptop yang sebelumnya ada di pangkuan. Tania pun menurut. Ia menghampiri Rafael dan duduk di sisi ranjang, tepat di samping sang suami. Dengan satu lirikan dari Rafael, Dika mundur tanpa suara. Ia membiarkan keduanya mengambil waktu untuk bicara. “Apa bisa kamu mengatakan apa yang terjadi biar aku mengerti?” Rafael mengusap punggung Tania lembut. Ia menunggu sampai Tania selesai dengan emosinya sendiri. Tania sulit berhenti. Ia tak tahu kenapa dirinya jadi begitu cengeng sekarang. Apa karena pengaruh bayinya? Atau semua karena perasaan tertekan yang sudah tertimbun sejak lama? “Aku cuma ingin mandiri saja,” sahut Tania beralasan. Ia merasa tak ingin mengucapkan kejujuran. Tak mungkin Tania menjelekkan keluarganya. Ia juga tak berniat membuat segalanya semakin rumit. “Apa kamu melakukan ini untuk membelaku?” Rafael bertanya sambil menatap Tania lekat. Tania langsung mengalihkan pandang. Seketika, Rafael tahu jika dugaannya
Last Updated: 2025-11-14
Chapter: Bab 260“Ada apa?” Tania tak berani bertanya pada Rafael. Ia hanya memandangi Rafael yang sibuk bekerja dengan laptop di atas pangkuannya. Kantong infus menggantung di samping Rafael. Dokter akhirnya berhasil memaksa Rafael untuk menggunakannya. Kesehatan Rafael menurun ketika ia mulai bekerja. “Jangan lupa makan siang. Aku mau ke kedai, bantu Ibu.” Tania malah berpamitan. Ia gagal lagi. Tania berakhir menutup mulut tanpa bertanya. Ia langsung beranjak setelahnya. Saat hendak keluar rumah, Dika datang. Dika memang datang ke rumah Tania setiap hari, menyiapkan keperluan Rafael, juga membawakan pekerjaan. Melihat wajah Dika, Tania jadi tak bisa menahan diri untuk bertanya. Kebetulan Rafael masih di kamar dan belum melihat Dika. Harusnya Rafael tidak akan sadar jika ia bertanya cepat.“Aku mau bertanya.” Namun, Dika langsung menggeleng. Pria itu langsung menolak bahkan sebelum Tania sempat bertanya. “Lebih baik tanya ke Pak Rafael saja. Aku enggak tau jawabannya,” elak Dika. Tania jadi
Last Updated: 2025-11-13
Chapter: Bab 259“Tania,” panggilan itu membuat Tania menoleh. Barusan Anggi mengatakan jika Tania memiliki tamu. Ia bertanya-bertanya siapa yang mencarinya. “Dika?” Tania tak menyangka tamu yang dimaksud Anggi adalah Dika. Terakhir kali Tania menanyakan Dika pada Rafael, pria itu seperti tidak tahu apa-apa. Sekarang, malah Dika sudah berdiri di hadapannya. “Ada apa?” Dika menolak ajakan untuk duduk di ruang tamu. Pria itu langsung menanyakan keberadaan Rafael. “Sebentar lagi dokter akan datang ke sini,” ujar Dika tanpa menunggu. Karena Dika tak sabaran, Tania jadi membawa Dika menemui Rafael di kamar. Di sana, Dika sempat menahan keterkejutan. Rafael yang dikenalnya sudah jauh berbeda. Badan Rafael tak lagi berisi, tapi kurus kering. Meski wajah Rafael sudah tidak kuyu seperti sebelumnya, Rafael masih terlihat tidak baik. “Bu Sonya yang menghubungi saya dan meminta saya kembali menjadi asisten Pak Rafael.” Dika menyatakan tujuan kedatangannya setelah menyapa Rafael sopan. “Saya juga diminta
Last Updated: 2025-11-12
Chapter: Salam Hangat Cerita Amira dan Raga selesai sampai di sini. Tak bisa dilanjutkan lagi karena nanti jadi 18+. Hehe 🤭 Yang mau aku melanjutkan Amira dan Raga season dua, berikan like dan komentarnya sebanyak-banyaknya, ya! Terima kasih untuk semua yang sudah membaca dan memberikan dukungan. Cinta banyak-banyak. 🥰 Salam hangat, -Dewiluna-
Last Updated: 2025-04-28
Chapter: Bab 263. Terima Kasih dan Selamat Tinggal
“Pergi, dulu.” Setelah meminta izin pada Gavin, Andini, dan Heri, Raga dan Amira diantar oleh Ken. Alex sedang cuti untuk sementara waktu. Di asrama, Dika dan Dina menyambut Amira. Memang sedang libur semester, jadi suasana sekolah sepi. “Kak Amira mau pindah ke mana?” Dika bertanya penasaran. Amira tidak bisa memikirkan jawaban, jadi Raga yang mewakili. “Apartemen,” jawab Raga singkat. “Di sini ternyata enggak aman.” Amira tidak membantah. Dia biarkan saja Raga semaunya merangkai kebohongan tentang status juga tempat tinggal mereka. Terdengar hela kecewa dari mulut Dika. Meski begitu, Dika tetap membantu Amira berkemas. Dina pun melakukan hal yang sama. Dia tidak masalah di mana pun Amira tinggal, selama hubungan mereka baik. “Hati-hati di jalan ya!” Dina dan Dika melambai bersamaan. Kedua bersaudara itu mengantar Amira sampai ke depan gerbang. Amira memang tidak membawa semua barangnya. Dia cuma mengambil baju dan barang-barang penting. Sisanya bisa diambil nanti. “D
Last Updated: 2025-04-26
Chapter: Bab 262. Awal Baru “Gue enggak ngerasa ini beneran,” ucap Amira. Setelah Amira dinyatakan benar-benar sembuh, Raga mengajaknya masuk ke dalam kediaman keluarga Wijaya. Raga tidak membiarkan Amira berhenti di depan pintu. Dia menarik Amira masuk ke dalam. Kali ini, tangan Amira tak terlepas dari genggaman. “Udah gue bilang, kan? Lo percaya aja sama gue,” sahut Raga sombong. Gavin dan Andini datang kemudian. Mereka menyambut Amira. “Kamu langsung bersiap saja.” Andini mendorong Amira masuk ke dalam salah satu ruangan. Di sana, sudah ada penata rias lengkap dengan para pelayan yang membantunya bersiap. Amira terus-menerus curiga, tapi tidak ada yang terjadi. Bahkan dia sudah mengecek masa depan dengan memegang semua orang, dan hasilnya sama. Tak akan terjadi apa pun. Semuanya berjalan lancar seperti seharusnya. “Sudah selesai.” Ucapan penata rias itu membuat Amira tertegun sesaat. Dia menghadap cermin lalu mendapati pantulan dirinya di sana. “Apa ada yang mau diperbaiki?” Penata rias itu
Last Updated: 2025-04-26
Chapter: Bab 261. Jawaban untuk Pemenang“Gimana keadaan Bapak?” Tanya Amira saat menjenguk Reynald. Amira langsung menyeret Raga ke ruang rawat Reynald setelah tahu gurunya sudah sadar. Reynald tersenyum. “Baik.”Febby yang kemudian mewakili Reynald bicara lebih banyak. “Keadaannya udah stabil, jadi lo enggak perlu khawatir lagi.”Dia menepuk lengan Amira lembut. “Jangan merasa bersalah lagi, ya,” sambungnya. Amira mengangguk pelan. Melihat Febby yang tak lagi menangis membuat Amira merasa lega. “Mending lo istirahat, sana.” Febby membalikkan badan Amira. Dia menunjuk pintu keluar. “Tidur di atas kasur.”Amira menggeleng–menolak, tapi Febby memaksa. “Harus!”Perintah itu akhirnya dituruti Amira. Dia dibimbing Raga kembali ke dalam ruang rawatnya. Di sana, Raga langsung menyuruh Amira berbaring. “Akhirnya!” Raga ikut naik ke atas ranjang, berbaring di samping Amira. “Gue bisa tidur juga.”“Raga! Turun, ih!” Pekik Amira.Amira berusaha mendorong Raga menjauh, tapi pacarnya itu tidak bergerak. “Raga, gue tendang ya!” An
Last Updated: 2025-04-25
Chapter: Bab 260. Harapan dan Doa“Pendarahannya parah,” gumam Febby, dengan suara putus asa. Amira menarik napas dalam, mencoba meredam rasa bersalah yang menyesakkan. Namun, dia tahu jika ini bukan waktunya untuk lemah, apalagi mengeluh.“Ayo kita berdoa, Kak. Gue yakin, Pak Reynald pasti bisa melalui ini semua.”Febby hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Dia tidak ingin berharap, tapi hanya harapan yang tersisa untuknya. Amira ikut berdoa dalam hati. Dia sungguh tidak bisa membayangkan jika Reynald benar-benar pergi. Amira tak mampu hidup dalam rasa bersalah.“Amira,” panggil Raga lembut. Raga duduk di samping Amira, menemaninya. “Sini, deketan sama gue,” ucap Raga seraya memberikan satu bahunya agar Amira bisa bersandar.“Gue enggak ngantuk,” jawab Amira, keras kepala.Amira mungkin mengatakan jika dia tidak lelah, tapi wajahnya sudah kusut dan kedua matanya hampir terpejam.Hanya butuh beberapa menit sebelum akhirnya Amira be
Last Updated: 2025-04-24
Chapter: Bab 259. Bertahan Bersama“Bangkeee!” Evan menjulurkan tangan, ingin menempeleng Raga. Namun, luka di tangannya membuat dia mengurungkan niat. Michelle sampai membantu Evan duduk kembali dengan tenang di kursinya. “Elo serius enggak punya rencana apa-apa?!” Evan memekik tak percaya. Padahal lagak Raga tadi sudah seperti orang serius. “Ada,” jawab Raga singkat. “Ini Amira lagi ngeliat rencana gue.” Amira yang mewakili Evan menyikut Raga. Dia juga kesal pada sikap pacarnya yang seenak udel begini. “Ngomongnya mau bikin perusahaan saingan. Hampir aja gue percaya!” Evan misuh-misuh. Sementara Raga, masih santai di samping Amira. Dia cuma mengangkat bahu sambil menjawab tenang. “Ya bagus, kan! Artinya tampang gue meyakinkan.” Raga menggampangkan masalah yang dia buat. Evan sudah sibuk mengomel. Michelle pun sama. Keduanya menatap Raga tak percaya. Mereka tidak pintar, tapi juga tidak bodoh untuk menyadari jika Raga hanya melakukan tindakan impulsif tanpa persiapan.“Terserah lo aja, deh!” Evan jadi lelah s
Last Updated: 2025-04-23
Chapter: Bab 38“Om!” Fiore tak tahu ini sudah ronde yang keberapa, tapi ia sudah sangat lelah. Ranjang yang mereka tempati berantakan seperti tersapu badai. Namun, tak ada tanda-tanda jika Ethan akan berhenti. “Kenapa? Kamu mau menolak?” Fiore meringis saat Ethan menggigit bahunya. “Aku mau istirahat!” Ethan mendelik tidak senang. Ia menatap tajam Fiore, mencari tahu apa Fiore hanya sedang menggoda atau serius dengan ucapannya. “Aku harus!” Fiore berdalih. Ia perlu istirahat meski semenit. Setelah Ethan melepaskan dirinya, Fiore memakai gaun tidur cepat. Ia bersusah payah berjalan ke dapur. Segelas air akhirnya bisa membasahi tenggorokan Fiore. Saat ia hendak duduk untuk beristirahat sebentar, Ethan menangkapnya. “Ide yang bagus,” ucap Ethan seraya menaikkan tubuh Fiore ke atas meja. Fiore memekik kaget. Ia sempat mencoba untuk menolak, tapi Ethan sama sekali tidak mendengar. Entah apa yang merasuki pria itu. “Bisa lakukan di tempat lain?” Fiore tak ingin berbaring di atas meja. Punggungn
Last Updated: 2025-11-17
Chapter: Bab 37“Maaf, tidak ada pegawai bernama Kania di sini.” Ini sudah club kesekian yang Fiore datangi. Ia tidak ingat karena sedikit mabuk. Setiap kali masuk ke dalam klub, Fiore akan membeli minuman. Dan itu cukup untuk membuat jalannya tidak lurus. “Ck!” Fiore berdecak keras melihat klub terakhir di depannya. “Kalau di sini enggak ada juga, aku enggak tau lagi!” Sudah tiga hari Fiore berkeliling dan mencari. Ia jadi lelah. Uangnya sudah habis untuk memesan minuman di meja bar. “Harusnya uang itu cukup untuk sebulan!” Fiore meracau geram. Namun, ucapan Ethan terus mengganggunya. Fiore merasa benar-benar diremehkan. Ia akan memastikan dirinya menepati janji, meski Ethan tak berharap apapun padanya. “Aku cari temanku. Apa ada pegawai bernama Kania di sini?”Bartender di depan Fiore menyajikan minuman, lalu menggeleng. Sudah Fiore duga. Hasilnya akan sama.Kesal, Fiore menenggak isi gelas dalam satu tegukan. Kepalanya jadi melayang sekarang. “Minuman ini enak juga,” ujar Fiore seraya menat
Last Updated: 2025-11-16
Chapter: Bab 36Sudah hari kelima dan Fiore tidak mendapatkan hasil apapun. Ia sudah bertanya ke setiap pabrik, menggunakan banyak uang untuk menyuap petugas keamanan agar bisa masuk. Namun, tetap saja Kania tidak ditemukan. Temannya itu bagai ditelan bumi. Fiore jadi menyesal karena tidak langsung mengamankan sendiri videonya. Keadaan waktu itu memang tidak memungkinkan. “Aku butuh rencana cadangan.” Fiore merasa jika ia tidak akan berhasil. Menghadapi kenyataan, Fiore memilih untuk mencoba mencari pekerjaan lagi. Kali ini, pekerjaan yang benar. Dengan laptop yang baru saja ia beli, Fiore berkutat di kamarnya semalaman. Ia mencari lowongan pekerjaan sampai tak sadar tertidur entah sejak kapan. “Loh?” Fiore mendapati tubuhnya tertutup selimut. Padahal ia yakin sejuta persen jika dirinya tak menggunakan selimut semalam. “Apa aku terlalu capek sampai lupa?”Berkeliling seharian mencari Kania memang menguras tenaga Fiore. Dan ia melakukannya lima hari berturut-turut.“Ah, ya. Ini sudah hari keenam
Last Updated: 2025-11-15
Chapter: Bab 35Fiore menarik napas dalam sebelum mengulas senyum lebar di bibir. Ia melompat memeluk Ethan. “Aku juga sayang, Om!” serunya tanpa ragu. Ethan berdecih. Ia menepis tangan Fiore yang melingkar di pinggangnya sembarangan. Fiore bahkan mendapatkan tatapan tajam.“Jika kamu tidak punya video itu, pergilah dari sini.”Fiore memasang wajah cemberut. Ia kira Ethan akan sedikit berbasa-basi setelah semua yang mereka lakukan bersama. Namun, pria itu tetap kaku seperti biasanya. “Berikan aku waktu, Om!” Fiore terpaksa memohon. Ia tak ingin meninggalkan tempat Ethan. Fiore sudah nyaman di sini. “Seminggu! Aku bakal temuin temenku secepatnya!” Fiore mengucapkan janji. Ia bahkan menjelaskan keadaan yang ia hadapi meski Ethan tidak bertanya. Fiore mengeluhkan kesulitannya saat mencari Kania. “Lima hari.” Ethan memberikan keputusan final. “Kalau kamu enggak bisa bawa bukti itu padaku dalam lima hari, kamu keluar dari rumah ini tanpa perlu aku usir.”Bibir Fiore mencebik. Ethan masih saja tega
Last Updated: 2025-11-14
Chapter: Bab 34“Om, aku pergi keluar dulu ya.” Fiore meminta izin pada Ethan. Setelah tinggal bersama, Fiore mulai terbiasa. Ia mulai menganggap dirinya sebagai bagian dari hidup Ethan, sampai repot-repot meminta izin. “Aku usahakan pulang sebelum pagi,” ujar Fiore sambil melambaikan kartu debit di tangannya. Ethan sudah memberikan bayaran Fiore, dan Fiore memang berniat menggunakannya. Ia ingin membeli beberapa hal. “Kamu mau ke mana?”Ethan mengulurkan tangan, mencegah Fiore beranjak. “Apa kamu mau menemui om-om lain?” Nada rendah suara Ethan penuh kecemburuan.Fiore mengulum senyum seketika. Ia menahan diri untuk tidak tertawa senang. “Apa yang kemarin kurang, Om?” Fiore menunjukkan bahunya yang masih terasa nyeri. Ethan memang menyerang Fiore tanpa henti. Mereka melakukannya di mana saja, di setiap sudut rumah ini. “Nanti setelah aku pulang, kita bisa melakukannya lagi,” ujar Fiore seraya mengedip menggoda. Rayuan Fiore dijawab oleh Ethan dengan sebuah decak sinis. Pria itu membuang muk
Last Updated: 2025-11-13
Chapter: Bab 33“Aku punya buktinya.” Fiore tersenyum lebar. Ia merasa ada di atas awan karena telah memegang apa yang Ethan inginkan. Namun, bukannya tertarik, Ethan malah mengabaikan Fiore. Pria itu seperti tidak menganggap serius apa yang Fiore katakan. “Aku benar-benar memiliki bukti itu, Om!” Fiore kesal karena Ethan tak percaya padanya. “Akan aku bawa pada Om sekarang!” seru Fiore keras. Ia merasa tidak dipercaya, jadi ia akan membuktikannya. Namun, baru mengambil satu langkah, Fiore malah terduduk di lantai. Suara jatuhnya begitu keras, sampai Ethan yang sebelumnya cuek jadi menoleh. Pria itu langsung menghampiri Fiore yang malah tertegun bingung. “Kamu kenapa?” Ethan mengulurkan tangan, berniat membantu. Saat itu, Fiore langsung merespon. Namun, saat tangannya yang terulur, Fiore merasakan jarinya yang gemetar. “Si kecil yang sombong,” ledek Ethan. Dalam satu tarikan, tubuh Fiore ada dalam dekapan Ethan. Pria itu menggendongnya seperti biasa. “Jangan banyak berlagak. Sadari batasan
Last Updated: 2025-11-11