Chapter: Bab 45“Kedua pihak dilarang menyebutkan kontrak dan isi di dalamnya, baik seluruhnya atau sebagian, kepada siapa pun.”Rafael menyebutkan isi surat kontrak mereka, seolah ia sudah menghafalnya di luar kepala.“Dan kamu hampir saja membuat asistenku tau semuanya!” Sindir Rafael.Tania mendengus keras. Ia mencoba membantah. “Aku tidak tau kalau asistenmu ada di dalam ruangan.”Rafael memandang sinis. Ia menunjuk bibir Tania. “Itu karena kamu terus bicara.”Tania tidak sadar jika ia memang banyak bicara sejak tadi. Tania terbawa perasaan dan entah mengajak ia jadi merasa akrab dengan Rafael sejak masuk ke dalam ruangan. Tania bahkan menceritakan masalah keluarganya. Semua mungkin karena Tania merasa tidak memiliki tempat untuk bicara. Hanya Rafael yang ada di sampingnya, untuk sekarang.“Tapi kamu bisa menutup mulutku dengan cara lain. Gunakan apa saja! Kecuali bibirmu!” Seru Tania, masih tak mau kalah.Rafael yang bersalah. Pria itu mengambil kesempatan dalam kesempitan. “Kamu tidak menola
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Bab 44“Kenapa?” Tania bertanya karena sejak tadi Rafael terus memandangnya curiga. Di lift, beberapa kali Tania menangkap basah Rafael yang sedang meliriknya. “Apa ada yang aneh di wajahku?” Tanya Tania, sambil memegang wajahnya sendiri. Ia melangkah menuju sofa yang ada di ruangan Rafael. Tania duduk di sana, lalu mengeluarkan cermin dari tasnya.“Enggak ada apa-apa,” ucap Tania. Wajahnya bersih, hanya kedua matanya saja yang masih membengkak. Tania sudah berusaha menutupinya dengan make up, tapi hasilnya tidak sebagus itu.Rafael tidak mengucapkan apa pun. Namun, tatapannya yang terus tertuju pada Tania, membuat Tania merasa perlu menjelaskan. “Aku habis menangis semalam. Ada masalah … keluarga.” Tania tidak tahu bagaimana ia memulainya, tapi ia malah bercerita pada Rafael. “Adikku melihatmu mengantarku, dan kemudian seluruh keluargaku jadi bersikap menyebalkan,” keluh Tania. Sadar jika ucapannya mungkin membuat Rafael tersinggung, Tania gegas meralatnya sedikit. “Keluargaku mema
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Bab 43“Tania!” Terdengar suara ketukan dari luar. “Nanti sebelum berangkat kerja kamu makan dulu, ya!”Tania mendengarnya, tapi tidak menyahut. Sudah berkali-kali Anggi mengetuk pintu kamar Tania. Namun, Tania tidak menjawabnya sama sekali. “Ibu pergi bantu ayah di kedai dulu.” Langkah kaki terdengar menjauh, lalu tak ada lagi yang terdengar setelahnya.Tania akhirnya bangkit dari tempat tidur. Inginnya ia terus bergelung di sana, tapi tak akan ada lagi kesempatan untuk bisa keluar dari rumah tanpa berpapasan dengan keluarganya selain sekarang.“Wajahku jelek sekali,” ucap Tania saat mengecek penampilannya di cermin.Kedua matanya membengkak karena ia menangis semalaman. Tania terus mengeluh, tapi badannya tetap bergerak. Ia berjalan ke kamar mandi, lalu membersihkan diri. Tania bersiap cepat dan langsung berangkat. “Masih jam sebelas, apa harusnya aku jalan-jalan dulu?” Tanya Tania pada dirinya sendiri. Setelah berjalan, Tania menaiki bus. Ia memilih satu yang malah langsung menuju ke
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: Bab 42“Ngomong apa sih?!”Tyo sendiri tidak pernah punya pacar. Apa-apaan saran omong kosongnya itu?“Kenapa kamu menyebalkan sekali?!” Dalam sekali tarik, Tania berhasil menangkap Tyo. Ia langsung menjambak rambut sang adik. Biar sekalian sampai botak. Mungkin Tyo bisa berpikir lebih baik tanpa rambut yang menghalangi kepalanya. “Kak!” Tyo balas mendorong Tania. Tenaganya yang besar itu mampu membuat Tania menjauh. “Aku ngomong serius! Kakak harusnya sadar! Kak Gilang itu udah baik banget sama Kakak! Aku sih enggak bakal sesabar dia!”Teriakan Tyo membuat Tania berdecak. Ia melemparkan bantal sofa, yang kemudian tepat mengenai wajah sang adik. “Kamu enggak tau apa-apa! Enggak usah ikut campur!” Tania balas berteriak sambil menunjuk. Ia berlari, mencoba menangkap Tyo lagi. Namun, adiknya itu berkelit terlalu cepat. Prang!“Sial!” Tania menyumpah saat melihat vas bunga yang terjatuh ke lantai. Tangannya yang membuat hal itu terjadi. Tatapan Tania langsung tertuju pada Tyo, menyalahkan
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: Bab 41“Tidak mungkin aku tidak tau alamat pacarku.”Jawaban Rafael membuat Tania tertegun sesaat. Ia jadi salah tingkah sendiri. Astaga, pipinya terasa panas. Jangan bilang kalau dia sedang tersipu sekarang.‘Sadar diri, Tania!’Tania menarik dirinya dari kenyataan. Semua hal tentangnya dan Rafael hanyalah pura-pura. “Kenapa kamu?” Tanya Rafael seraya menarik Tania mendekat. Wajah Tania benar memerah. Ia sampai harus berpaling agar Rafael tidak menyadari apa yang terjadi.“Panas!” Seru Tania asal. “Di sini panas sekali!” Panik, Tania berusaha membuka jendela mobil. Dia menekan tombol beberapa kali, sebelum akhirnya menyerah sendiri. “Tekan seperti ini.” Dalam sekali sentuh, jendela itu berhasil dibuka oleh Rafael. Tania langsung merasakan angin yang menerpa wajahnya. Malam ini sejuk dengan langit cerah. Bahkan bulannya indah. “Jangan bodoh.” Rafael menarik Tania mundur. Pria itu melakukannya di saat yang tepat, karena setelah itu sebuah motor melintas di samping mobil mereka dengan
Last Updated: 2025-04-28
Chapter: Bab 40“Kamu berani?!” Fera terbakar emosi. Wanita itu kembali mendorong, membuat Tania kesal.“Kenapa enggak?!” Tania menepis tangan Fera. Ia balas mendorong. Tenaganya lebih kuat. Fera hampir terjungkal ke belakang. Beruntung Tasya menahannya.“Kamu!” Tania sebenarnya ingin melanjutkan pertengkaran mereka, tapi ada tamu yang baru saja memasuki lobi. Ia tak keberatan marah atau mengamuk, tapi Tania tak bisa jika harus mengabaikan tamu dan bersikap tidak profesional. Setidaknya jika harus ada nama yang jelek, itu hanya namanya.“Aku harus bekerja,” ucap Tania, sinis. Ia memutar tubuhnya, menghadap tamu dengan senyuman. Sebelum beranjak, Tania berniat memberikan peringatan terakhir. Ia melirik ke arah Fera dan Tasya sekilas, bibirnya mengucapkan kalimat ancaman.“Sekali lagi kalian bicara, kalian akan ditendang dari Grand Velora.”Tania mengabaikan Fera dan Tasya yang melotot galak padanya. Biarkan saja. Biar kedua mata mereka sampai keluar sekalian. Keangkuhan Tania rupanya sukses memb
Last Updated: 2025-04-28
Chapter: Salam Hangat Cerita Amira dan Raga selesai sampai di sini. Tak bisa dilanjutkan lagi karena nanti jadi 18+. Hehe 🤭 Yang mau aku melanjutkan Amira dan Raga season dua, berikan like dan komentarnya sebanyak-banyaknya, ya! Terima kasih untuk semua yang sudah membaca dan memberikan dukungan. Cinta banyak-banyak. 🥰 Salam hangat, -Dewiluna-
Last Updated: 2025-04-28
Chapter: Bab 263. Terima Kasih dan Selamat Tinggal
“Pergi, dulu.” Setelah meminta izin pada Gavin, Andini, dan Heri, Raga dan Amira diantar oleh Ken. Alex sedang cuti untuk sementara waktu. Di asrama, Dika dan Dina menyambut Amira. Memang sedang libur semester, jadi suasana sekolah sepi. “Kak Amira mau pindah ke mana?” Dika bertanya penasaran. Amira tidak bisa memikirkan jawaban, jadi Raga yang mewakili. “Apartemen,” jawab Raga singkat. “Di sini ternyata enggak aman.” Amira tidak membantah. Dia biarkan saja Raga semaunya merangkai kebohongan tentang status juga tempat tinggal mereka. Terdengar hela kecewa dari mulut Dika. Meski begitu, Dika tetap membantu Amira berkemas. Dina pun melakukan hal yang sama. Dia tidak masalah di mana pun Amira tinggal, selama hubungan mereka baik. “Hati-hati di jalan ya!” Dina dan Dika melambai bersamaan. Kedua bersaudara itu mengantar Amira sampai ke depan gerbang. Amira memang tidak membawa semua barangnya. Dia cuma mengambil baju dan barang-barang penting. Sisanya bisa diambil nanti. “D
Last Updated: 2025-04-26
Chapter: Bab 262. Awal Baru “Gue enggak ngerasa ini beneran,” ucap Amira. Setelah Amira dinyatakan benar-benar sembuh, Raga mengajaknya masuk ke dalam kediaman keluarga Wijaya. Raga tidak membiarkan Amira berhenti di depan pintu. Dia menarik Amira masuk ke dalam. Kali ini, tangan Amira tak terlepas dari genggaman. “Udah gue bilang, kan? Lo percaya aja sama gue,” sahut Raga sombong. Gavin dan Andini datang kemudian. Mereka menyambut Amira. “Kamu langsung bersiap saja.” Andini mendorong Amira masuk ke dalam salah satu ruangan. Di sana, sudah ada penata rias lengkap dengan para pelayan yang membantunya bersiap. Amira terus-menerus curiga, tapi tidak ada yang terjadi. Bahkan dia sudah mengecek masa depan dengan memegang semua orang, dan hasilnya sama. Tak akan terjadi apa pun. Semuanya berjalan lancar seperti seharusnya. “Sudah selesai.” Ucapan penata rias itu membuat Amira tertegun sesaat. Dia menghadap cermin lalu mendapati pantulan dirinya di sana. “Apa ada yang mau diperbaiki?” Penata rias itu
Last Updated: 2025-04-26
Chapter: Bab 261. Jawaban untuk Pemenang“Gimana keadaan Bapak?” Tanya Amira saat menjenguk Reynald. Amira langsung menyeret Raga ke ruang rawat Reynald setelah tahu gurunya sudah sadar. Reynald tersenyum. “Baik.”Febby yang kemudian mewakili Reynald bicara lebih banyak. “Keadaannya udah stabil, jadi lo enggak perlu khawatir lagi.”Dia menepuk lengan Amira lembut. “Jangan merasa bersalah lagi, ya,” sambungnya. Amira mengangguk pelan. Melihat Febby yang tak lagi menangis membuat Amira merasa lega. “Mending lo istirahat, sana.” Febby membalikkan badan Amira. Dia menunjuk pintu keluar. “Tidur di atas kasur.”Amira menggeleng–menolak, tapi Febby memaksa. “Harus!”Perintah itu akhirnya dituruti Amira. Dia dibimbing Raga kembali ke dalam ruang rawatnya. Di sana, Raga langsung menyuruh Amira berbaring. “Akhirnya!” Raga ikut naik ke atas ranjang, berbaring di samping Amira. “Gue bisa tidur juga.”“Raga! Turun, ih!” Pekik Amira.Amira berusaha mendorong Raga menjauh, tapi pacarnya itu tidak bergerak. “Raga, gue tendang ya!” An
Last Updated: 2025-04-25
Chapter: Bab 260. Harapan dan Doa“Pendarahannya parah,” gumam Febby, dengan suara putus asa. Amira menarik napas dalam, mencoba meredam rasa bersalah yang menyesakkan. Namun, dia tahu jika ini bukan waktunya untuk lemah, apalagi mengeluh.“Ayo kita berdoa, Kak. Gue yakin, Pak Reynald pasti bisa melalui ini semua.”Febby hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Dia tidak ingin berharap, tapi hanya harapan yang tersisa untuknya. Amira ikut berdoa dalam hati. Dia sungguh tidak bisa membayangkan jika Reynald benar-benar pergi. Amira tak mampu hidup dalam rasa bersalah.“Amira,” panggil Raga lembut. Raga duduk di samping Amira, menemaninya. “Sini, deketan sama gue,” ucap Raga seraya memberikan satu bahunya agar Amira bisa bersandar.“Gue enggak ngantuk,” jawab Amira, keras kepala.Amira mungkin mengatakan jika dia tidak lelah, tapi wajahnya sudah kusut dan kedua matanya hampir terpejam.Hanya butuh beberapa menit sebelum akhirnya Amira be
Last Updated: 2025-04-24
Chapter: Bab 259. Bertahan Bersama“Bangkeee!” Evan menjulurkan tangan, ingin menempeleng Raga. Namun, luka di tangannya membuat dia mengurungkan niat. Michelle sampai membantu Evan duduk kembali dengan tenang di kursinya. “Elo serius enggak punya rencana apa-apa?!” Evan memekik tak percaya. Padahal lagak Raga tadi sudah seperti orang serius. “Ada,” jawab Raga singkat. “Ini Amira lagi ngeliat rencana gue.” Amira yang mewakili Evan menyikut Raga. Dia juga kesal pada sikap pacarnya yang seenak udel begini. “Ngomongnya mau bikin perusahaan saingan. Hampir aja gue percaya!” Evan misuh-misuh. Sementara Raga, masih santai di samping Amira. Dia cuma mengangkat bahu sambil menjawab tenang. “Ya bagus, kan! Artinya tampang gue meyakinkan.” Raga menggampangkan masalah yang dia buat. Evan sudah sibuk mengomel. Michelle pun sama. Keduanya menatap Raga tak percaya. Mereka tidak pintar, tapi juga tidak bodoh untuk menyadari jika Raga hanya melakukan tindakan impulsif tanpa persiapan.“Terserah lo aja, deh!” Evan jadi lelah s
Last Updated: 2025-04-23