Share

04. Softie Gravano

"Nenek pergi ke rumah paman dari pagi, jadi Bibi di rumah, Cea tadi pulang telat dia mau makan tetapi pas Cea mau masak dia bilang-" suara Cea tercekat, "Dia bilang yang enggak-enggak terus bilang jelek tentang Ibu Cea, terus dia tarik Cea ke gudang terus Cea di kunci dan lampu gudangnya mati.

Cea menghirup napasnya sebelum bercerita lebih, "Maaf, Cea cerita banyak ke Rava, karena memang kemarin Rava tahu kalau Bibi Cea ada disini." ada benarnya juga Gravano memang tahu kemarin Cea diperlakukan kasar oleh Bibinya itu.

"E-eh, maaf, Vano maksudnya." Cea meralat perkataanya ketika ia memanggil Gravano dengan sebutan Rava, sedangkan Gravano hanya mengulum bibirnya, ia memasang kembali wajah datarnya namun gagal. Gravano meraih helaian rambut Cea dan ia rapikan asal, "Lo mau tahu kenapa gue benci sama lo?"

Cea menatap Gravano penasaran, "Kenapa?" tanya Cea, Gravano menatap dalam mata bulat Cea, "Karena lo lemah, lo mau disiksa bagaimanapun, lo enggak pernah ngelawan!"

"Gue selalu bikin lo sakit, tapi lo malah senyum baik-baik saja enggak pernah marah ke gue, gue benci itu."

Cea menunduk dan kembali terisak, "Cea enggak mau bikin orang lain sakit, Cea takut kalau Cea melawan mereka akan lebih menyakiti Cea. Jika itu membuat Rava benci, Cea enggak apa-apa, banyak juga yang enggak suka sama Cea karena Cea miskin Cea enggak apa-apa kok jujur!" seru Cea sambil tersenyum simpul.

Benteng pertahanan Gravano runtuh sudah.

Ia membawa Cea kembali ke dalam dekapannya, "Maaf." ucapnya lirih membuat Cea semakin terisak, "K-Kenapa maaf?" tanya Cea.

"Maaf sering bikin sakit, tapi sekarang kalau ada apa-apa cerita ke Rava, ya?" Gravano terkekeh geli saat menyebut namanya dengan sebutan Rava.

"Huwaa, kenapa Rava jahat ke Cea!"

"Shhtt, iya Rava salah, maaf."

Setelah kejadian itu sikap Gravano memang terlihat berubah, namun kadang ia suka mengjahili Cea dengan berpura-pura dingin. Lucu.

"Rava, lihat, aduh!" Cea menepuk dahinya frustasi, saat ini tugas Cea bertambah karena harus mengajar Gavin sekaligus Gravano.

Gravano menggaruk tengkuknya, pasalnya ia memang tidak pernah belajar tetapi sekarang ia mau belajar karena paksaan dari Cea. "Aish, pusing." rengek Gravano menjauhkan bukunya, ia merengek manja saat Bundanya datang sambil membawa cemilan dan jus mangga.

"Bunda, Rava pusing!" nama Rava menjadi panggilan Gravano sekarang, ia menyukainya. "Jangan merengek, bentar lagi ujian nasional."

Gavin menertawakan wajah kakaknya yang terlihat masam, "Gavin jangan begitu sayang!" tegur Cea, Vera tersenyum melihat perilaku Cea yang begitu menyayangi Gavin.

"Rava mana hasilnya?" tanya Cea, matanya masih fokus ke arah Gavin yang sedang menggambar, sedangkan Gravano mendumal sebal. Bertanya ke dia tetapi matanya melihat ke arah lain.

Cea melirik ke arah Gravano yang sedang mendumal sambil terkekeh, pria yang kemarin-kemarin berperilaku buruk sekarang berubah begitu saja. Ia senang? Tentu, tetapi jangan lupakan bahwa penggemar Gravano tidak akan membiarkan Cea bahagia di sekolah.

Brugh!

Tubuh Cea menabrak meja rusak dibelakangnya, lagi dan lagi ini adalah penyiksaan dari para penggemar Gravano, mereka memang membenci Cea sebelumnya dan sekarang makin membencinya karena Cea terlihat dekat dengan Gravano.

"Jauhin Vano, lo tuli?!" pekik Ariana geram lalu menendang Cea bertubi-tubi, "Shit! Guys lanjutkan." Ariana sudah cukup lalu dilanjutkan oleh Gresyln dan Belva, mereka menyiram Cea dengan air kotor yang Cea tidak tahu entah dari mana asalnya. Setelah itu Greslyn dan Belva langsung pulang, karena memang ini sudah jam pulang.

Cea berdiri pelan, tubuhnya sangat sakit bahkan bau tidak sedap menyeruak begitu saja membuat Cea mual. "Rava!" seru Cea panik, pasalnya pria itu bilang jika ia akan menunggu Cea keluar dari kelasnya untuk langsung pergi mengajar kembali.

"H-Halo, Rava maaf Cea enggak bisa bareng."

"Kenapa?"

"A-Anu enggak apa-apa, nanti Cea nyu-" ucapan Cea terjeda saat melihat Gravano di ambang pintu, Cea tersenyum kikuk, kenapa harus ketahuan segala.

Gravano menatap Cea datar emosinya naik begitu saja, "Ke toilet sekarang, gue ambil baju dulu." Cea menunduk saat sorot dingin Gravano menusuk indra penglihatannya, lagi-lagi Gravano akan memarahi Cea kembali karena Cea enggan melawan.

Cea mengetukkan kuku di jari mungilnya gugup, Gravano membawa mobil hari ini karena ingin membeli sesuatu terlebih dahulu. Netra Gravano melihat Cea gemas, Cea terlihat gugup dengan pipi tembam yang menggembung dan mata yang berkedip lucu. Sungguh Gravano tidak bisa jika terus kesal dengan gadis itu, "Turun, kita sudah sampai." ucap Gravano datar.

"Rava marah lagi?" tanya Cea, Gravano tidak mengindahkan ucapan Cea ia langsung memasuki pusat perbelanjaan. "Malah ditinggal, kalau Cea hilang bagaimana?!" gerutu Cea, ia lebih cerewet dan heboh sendiri ketika Gravano mengenalnya lebih.

"Bawel banget, sih!" Gravano mundur untuk menghampiri Cea, Gravano meraih lengan Cea dan menggenggamnya. Bisa gawat juga jika ia hilang.

Rencana hari ini adalah Gravano akan membeli bahan-bahan untuk memasak besok karena ia meminta Cea untuk mengajarinya memasak. "Rava bawa ini, masa Cea yang bawa, berat tau!" gerutu Cea sambil membawa troli.

Cea dengan lihai memasukkan bahan-bahan untuk membuat ayam tepung pedas, rappoki, dan kue kering. Gravano hanya mendorong troli saja membiarkan Cea yang memilih karena memang Cea yang tahu semuanya, Gravano hanya ikut saja.

"Kayaknya sudah," ucap Cea tangannya menyortir semua bahan yang ada di dalam troli dan mengabsennya, "Ini sudah, sana bayar Cea tunggu diluar." ucap Cea berlalu begitu saja, Gravano menggerutu, jadi begini sikap Cea yang sebenarnya, menyebalkan sekaligus menggemaskan.

"Sebentar, gue mau ke mobil dulu, jangan kemana-mana ingat!" perintah Gravano, Cea menangguk.

"Hei, apa kabar?"

Cea menoleh ke asal suara matanya membesar saat melihat pria yang sudah lama tidak ia jumpai, "Kak Rafka! Aku baik-baik saja, Kak!" ucap Cea antusias, Rafka terkekeh pasalnya sikap Cea dari dulu belum berubah ia tetap jadi wanita menggemaskan dan ceria.

"Sama siapa disini?" tanya Rafka sambil mencubit pipi Cea, "Sama gue." Cea menoleh ke arah Gravano yang terlihat sangat datar.

"Saya Rafka, kamu?"

"Gravano, Cea ayo makan." ucap Gravano singkat dan langsung menarik lengan Cea, "Saya ikut boleh?" langkah Gravano terhenti saat Rafka berkata demikian ia melepaskan tarikan dari lengan Cea dan membiarkan Cea yang mengurusnya.

Cea berjalan ke arah Rafka, "Maaf, untuk sekarang Cea mau berdua sama Rava." ucap Cea pelan dan langsung berlari menuju Gravano, "Ayo!" seru Cea riang, ia mengangkat tangan kanannya sebagai kode agar Gravano menggenggamnya.

Gravano tersenyum simpul sedangkan di lain tempat ada seseorang yang bergumam, "Aku lebih dulu mengenalnya, jadi aku yang harus bersamanya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status