06.06

06.06

By:  Snowbel  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings
25Chapters
1.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Cea adalah gadis yang hidup dengan ratusan rasa sakit, ia takut dengan kegelapan, namun ada seorang pria bernama Gravano yang menjadi lentera di tengah tengah kegelapan itu sendiri.

View More
06.06 Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Rama Wahyu
fighting terus ceritanya bagus......
2021-10-20 18:28:03
2
user avatar
Puan alf
wih keren kak alurnya, ditungguin lanjutannya...
2021-10-12 09:09:24
1
user avatar
Sayhanki Official
bagus cerita nya.. semangat kk...
2021-10-11 15:00:05
1
user avatar
Bluevy Biru
aku suka sama jalan ceritanya. semangat terus upnya kak saya menantikan bab selanjutnya
2021-10-11 14:33:37
1
user avatar
Sv.
the best...
2021-10-11 13:34:55
1
user avatar
Sv.
semangat kak snowbel^^
2021-10-11 13:20:23
0
25 Chapters
01. Privat Teacher
Semuanya akan menjauh saat kita rapuh.   ***   Suara gebrakan membuat seisi kantin menjadi hening, sedetik kemudian cairan berwarna coklat mengalir di atas pucuk kepala gadis bermata bulat dengan pipi tembam. Latte. Cea hanya bisa menangis dalam diam saat suara tertawaan dan cacian mengisi indra pendengarannya itu. "Kalian bisa diam enggak!" teriak seorang gadis, ia mengambil susu kotak Cea dan membukanya lebar lalu dengan cepat ia mengguyur orang yang telah mengguyur Cea sebelumnya. "Yak! Kau berani padaku?" tanyanya dengan nada meninggi, dia adalah Ariana Glaveria primadona di SMAN IT CYANIDE, sekolah mewah dengan fasilitas luar biasa. Gadis itu menarik Cea untuk menjauhi Ariana dan kantin, "Ayo, bersihkan dulu latte-nya." ucap Letta, Scarletta Pastelizie Beatrice, sahabat Cea satu-satunya yang tersisa setelah kasus orang tua Cea yang membuat semua teman-temannya menjauh dan mengolok-oloknya. "Terima kasih,"
Read more
02. Accident
"Kak, ini sudah benar?" tanya Gavin, anak kelas 3 itu menunjukkan hasil kerjanya. Cea tersenyum, "Pintar sekali, padahal baru diajarin satu kali!" seru Cea kagum, ia semakin gemas ketika anak didepannya tersipu malu. Ingin rasanya Cea mencubit dan memakan pipi gembul anak itu, tapi ia tahan jika kebablasan sama saja dengan menyerahkan nyawanya kepada Gravano. Cea memandang ke arah jendela dan melihat awan yang mulai menghitam, "Gavin, ini kakak kasih soal sepuluh, besok kakak check jika benar semua kakak kasih kamu hadiah, kamu suka apa?" tanya Cea menatap gemas ke arah anak yang sedang mencoba berpikir itu. "Gavin suka matahari, Kak!" serunya semangat, Cea mengangguk mengerti.  "Kakak pulang sekarang, besok kita bertemu lagi, okay?" ucap Cea sambil membantu Gavin membereskan alat tulisnya, Bunda GavinㅡVera menghampiri mereka. "Sudah selesai?" tanyanya, Cea mengangguk lantas tersenyum. "Pulangnya diantar Gravano, dia sudah menunggu di depan." ucapnya.
Read more
03. Flashback
"Ibu mau kemana?!" teriak gadis mungil dengan wajahnya yang sudah memerah, ia menangis sejadi-jadinya saat sang Ibu menendangnya agar menjauh darinya."Menjauh dariku atau aku akan membunuhmu!" wanita itu berteriak sambil menyiratkan kebenciannya kepada gadis kecil yang sedang menangis ketakutan. "Ah, aku sangat membencimu kenapa kau terus hidup padahal aku menginginkan kau mati!""Jaga perkataanmu, Hani, dia anakmu!""Mas saja yang urus dia, aku? Mau pergi!""Ibu tolong jangan pelgi!" pekik gadis mungil itu sambil berlari menuju mobil yang ditumpangi oleh Ibunya, ia meraih gagang pintu mobil namun nahas tubuhnya tertarik begitu saja membuat semua orang berteriak.Dia merasakan sakit itu kembali, perlahan bulir-bulir air keluar dari mata bulat gadis yang tengah terpejam. Pria yang berada disampingnya terus memandanginya, sedangkan Vera ikut menangis karena Cea terus bergumam 'Ibu, jangan pergi!" Vera menghapus air mata Cea lembut."Nak, Bund
Read more
04. Softie Gravano
"Nenek pergi ke rumah paman dari pagi, jadi Bibi di rumah, Cea tadi pulang telat dia mau makan tetapi pas Cea mau masak dia bilang-" suara Cea tercekat, "Dia bilang yang enggak-enggak terus bilang jelek tentang Ibu Cea, terus dia tarik Cea ke gudang terus Cea di kunci dan lampu gudangnya mati. Cea menghirup napasnya sebelum bercerita lebih, "Maaf, Cea cerita banyak ke Rava, karena memang kemarin Rava tahu kalau Bibi Cea ada disini." ada benarnya juga Gravano memang tahu kemarin Cea diperlakukan kasar oleh Bibinya itu. "E-eh, maaf, Vano maksudnya." Cea meralat perkataanya ketika ia memanggil Gravano dengan sebutan Rava, sedangkan Gravano hanya mengulum bibirnya, ia memasang kembali wajah datarnya namun gagal. Gravano meraih helaian rambut Cea dan ia rapikan asal, "Lo mau tahu kenapa gue benci sama lo?" Cea menatap Gravano penasaran, "Kenapa?" tanya Cea, Gravano menatap dalam mata bulat Cea, "Karena lo lemah, lo mau disiksa bagaimanapun, lo enggak pernah ngelaw
Read more
05. Sick
Hari ini hari minggu, ralat, hari ini adalah hari dimana Gravano akan sendiri di rumah. Vera dan Gavin akan pergi ke Thailand untuk mengunjungi rumah Nenek Gavin selama 2 minggu. "Awas, jangan lupa makan!" peringat Vera kepada Gravano yang memeluknya manja. "Rava bisa sendiri 'kan? Bi Muti pulang kampung soalnya." Gravano melepas pelukannya, "Beres Bunda, percayakan kepada Tuan Gravano." ucap Gravano menyombongkan diri, padahal ia tidak bisa apa-apa, dulu jika ia sendiri di rumah ia akan menyuruh teman-temannya untuk membereskan rumahnya dan untuk makan ia akan membelinya diluar. Baru 15 menit Vera dan Gavin keluar dari rumah Gravano sudah meringis, ia melihat rumah seperti kapal pecah, cucian piring menumpuk, dan sekarang ia lapar. Ia harus bagaimana? "Assalamualaikum!" Dengan cepat Gravano membuka pintu, bagaikan keberuntungan memihak kepadanya sekarang. Ia tidak sendiri, ada Cea yang baru datang. "Waalaikumussalam, masuk." Cea menggunakan h
Read more
06. Wanna U
"Mau kamu." Cea tertawa lepas, "Rava lagi sakit, bobo ya, jangan ngelantur, ih!" ucap Cea sambil Gravano merebahkan diri lalu menyelimuti pria itu, "Mau dikompres?" Gravano mengangguk, "Sebentar, ya!" ucap Cea lalu keluar sambil membawa piring dan mangkuk kosong. "Maaf telah menyakitimu dulu, sekarang aku akan melindungimu dan mencintaimu." Jujur Gravano memang telah jatuh hati kepada Cea setelah lebih tau kehidupan Cea yang sebenarnya, ia membenci sikap Cea yang terlalu lemah ternyata ia salah, kenyataan yang berat yang membuatnya tidak sempat untuk melawan takdir. Takdir Cea lebih pedih jika tahu tentang kehidupan wanita itu, jadi, Cea lemah karena lelah. "Astaghfirullah, mata Cea ada dua!" pekik Cea kaget melihat wajah Sean dan Letta berdekatan, dengan polosnya Cea berlalu begitu saja dan mengobrak-abrik tasnya untuk mengambil plester demam. "Itu anak kenapa, aish!" Letta tidak habis fikir dengan tingkah laku Cea, tadi Cea benar-benar terke
Read more
07. Rafka
"Huh, ujian nasional sudah di depan mata, kalian mau kuliah dimana?" tanya Sean, ia menyandarkan kepalanya di bahu Letta. "Aku ikut Sean, hehe." jawab Letta. "Gue enggak tahu, belum ada kampus yang cocok." jawab Gravano, ia memainkan marimong milik Cea. "Cea juga belum tahu, tetapi Cea mau kerja dulu, atau kerja sambil kuliah." ujarnya.Mereka hari ini sedang duduk di kedai ice cream karena Letta berbicara jika ia ingin ice cream. "Letta mau rasa vanilla," ucap Letta saat Sean tiba-tiba berdiri, "Yang lain?" tanya Sean."Eung, Cea mau strawberry." seru Cea, tetapi sedetik kemudian, "Bukan strawberry tapi mint choco, hehe." kekeh Cea, "Eh, bukan, Cea mau rasa mint choco." ucapnya lagi, ingin rasanya Letta melempar sahabatnya ini ke pantai yang ada di depan, tapi ingat, masa depannya masih panjang.Sean melirik ke arah Gravano yang sedang memperhatikan Cea mengusili Sean, "Vano, lo mau rasa apa?" tanya Sean, "Rasa matcha sama strawberry." Sean bingung
Read more
08. Polaroid
"Kakak gila!" Cea menatap tajam Rafka, satu tamparan berhasil mendarat di pipi mulus Cea, Cea semakin takut ia semakin meraung-raung. "Kau bisa diam tidak!" Rafka mendorong tubuh Cea hingga gadis itu tersungkur, ia membuka jaketnya dan langsung berjalan ke arah Cea seperti harimau yang akan memangsa incarannya. "Kau akan menjadi milikku, selamanya." Rafka mulai mendekat dengan pandangan yang membuat Cea takut, "Kakak mau apa!" teriak Cea, ia ingin berlari namun ini sudah sampai dipenghujung gang, jalannya buntu. "Aaaaa!" Cea berteriak lepas saat Rafka akan memeluk dirinya, namun satu pukulan mendarat di kepala bagian belakang Rafka membuat Rafka limbung tak sadarkan diri. "Rava!" teriak Cea, ia langsung memeluk tubuh pria itu, ia menangis kencang dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Sungguh, ia akan membunuh Rafka jika orang itu masih hidup. Gravano mengusap punggung Cea hingga gadis itu relaks, ia m
Read more
09. Ariana
Sejak kepulangan Vera dan Gavin dari Thailand, Cea semakin dekat dengan keluarga Valery. Hal yang membahagiakan untuk Vera karena melihat Gavin dan Gravanno lebih banyak tertawa, Gavin senang karena ia bisa bersama Cea lebih sering bahkan Cea setiap minggu akan datang untuk membantu Bunda memasak.Untuk Gravano tersendiri, ia lebih banyak merasakan kebahagiaan karena bisa lebih dekat dan melihat tingkah Cea yang belum pernah ia lihat. Saat gadis itu menenangkan Gavin yang terjatuh, ia sangat telaten mengurus luka Gavin hingga meredakkan tangisnya. Cea terlihat sangat sabar dan selalu tersenyum bahkan Gavin pernah berontak tidak ingin belajar namun Cea membujuknya dan hingga sekarang Gavin selalu semangat untuk belajar."Bunda mertua, aku datang!"Cea menatap Gravano yang terlihat memasang wajah datarnya lalu beranjak pergi. "Siapa?" tanya Cea, "Pacarnya Kak Rava." jawab Gavin polos, Cea hanya tersenyum nanar, ternyata Gravano sudah mempunyai pawang."Tapi
Read more
10. Hurt
"Cea, you fine?" tanya Letta sambil memegang kedua pundak sahabatnya itu, Cea hanya mengangguk. Tiba-tiba terlintas pemikiran kenapa Gavin tidak memberitahu jika bukan Cea yang melakukannya, kenapa? Tetapi ia tepis pemikiran itu, mungkin bisa saja tidak ada yang bertanya atau Gavin melupakannya.Gavin kecil menatap wajah Vera sambil merengek, "Mau ketemu Kak Cea, Bunda!" Vera mengusap kepala Gavin, "Bukan Kak Cea yang dorong aku!" ucap Gavin sambil terisak."Bunda enggak percaya sayang, Kak Ariana yang berkata jika Kak Cea yang melakukannya. Lagian Kak Rava enggak mau bertemu dengan Kak Cea, kamu mengerti bukan?"Gavin menjauh, ia sangat kesal sekarang, "Bunda lihat saja di cctv, 'kan cctv ada di ruang belajarnya Gavin!" ucap Gavin begitu saja, ia berlalu menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Menyisakan Vera yang merutuki dirinya sendiri, ia bahkan melupakan tentang cctv itu, dengan segera Vera membuka laptop dan melihat rekamannya. "Jadi?" lirih Vera
Read more
DMCA.com Protection Status