Saat Daffin dan Alvira sudah keluar dari ruangan mami Shela. Alvira langsung menyodorkan banyak pertanyaan pada Daffin.
Sambil kakinya melangkah ke parkiran mulut Alvira pun tidak berhenti berbicara.
“Lo duduk diam di situ, nanti gua jelasin semuanya,” titah Daffin saat membuka pintu mobilnya.
Daffin kemudian menjalankan mobilnya menuju restoran. Sambil makan ia ingin melakukan penawaran terhadap Alvira.
Sekarang keduanya sudah berada di sebuah restoran di salah satu mall ternama di Jakarta. Daffin menyuruh Alvira untuk memesan makanan yang ia mau.
“Cepat jelasin ke gua apa yang sebenarnya lo inginkan!” ucap Alvira dengan suara sedikit tinggi.
“Nggak usah teriak-teriak juga kali, pendengaran gua masih berfungsi dengan baik,” jawab Daffin masih dalam keadaan tenang.
Percakapanya itupun terhenti ketika pelayanan mengantarkan pesanan mereka.
“Makan yuk, lo pasti udah laparkan!” ajak Daffin.
Alvira tidak membalas ia
Daffin masih menanti kehadiran Alvira, Reiki juga belum ada kabar mengenai nomor ponsel Alvira. Hendrik diam memperhatikan Daffin yang sudah beberapa kali mengusap rambutnya dengan kasar. “Kamu sudah dapat nomor ponselnya?” tanya Daffin dengan suara yang sedikit kencang melalui sambungan intercome. “Belum pak ini masih saya usahain,” sahut Reiki sedikit kesal. “Cepat cari kalau tidak....” Suara Daffin terpotong saat pintu ruangannya dibuka, sosok Alvira masuk dengan sedikit senyum. Sebelum masuk tadi Alvira sempat mengentuk pintu namun tidak ada jawaban jadi ia langsung saja masuk. Daffin langsung menutup telpon. Kemudian jalan mendekat ke arah Alvira. “Lo kenapa lama, Lo tau kan kita janjian jam berapa?” Ceraca Daffin sambil melihat jam di pergelangan tangannya.” Alvira yang baru saja masuk langsung di cerca seperti itu hanya memutarkan bola matanya jengah,"Ya sudah kalau tidak jadi gua balik aja lagi,” dumel Alvira. A
Kini mereka sudah berada di sebuah butik. Alvira kaget begitu mengetahui langkah Daffin masuk ke sana. Butik yang sama saat dirinya diajak Kevin untuk membeli baju. Butik miss Salsa memang terkenal di kalangan para pejabat dan selebriti. Banyak dari mereka yang ingin dibuatkan oleh salsa. Tidak kecuali dari keluarga Daffin. “Di mana Salsa?” tanya Daffin pada salah satu karyawan yang berada di meja resepsionis. “Ada apa cari-cari gua?” Salsa keluar dari ruangan yang bertuliskan CEO lalu balik bertanya sambil jalan mendekat dengan gayanya yang gemulai. “Mau buat baju lah masa mau ngajak loe kencan,” celetuk Daffin. “Kalau mau diajak kencan juga gua bersedia kok ganteng,” jawab salsa sambil mendekat pada Daffin dan memengang rahang mulus Daffin. Seketika itu juga Daffin bergendik ngeri melihat
Kini Alvira dan Kevin sudah berada di kafe yang letaknya di pinggir laut, menikmati suasana sore ditemani dengan deru ombak dan angin laut yang menyejukkan. Sambil menunggu pesanan datang Alvira dan Kevin memandangi keindahan sunset. Tangan Kevin tidak terus menggenggam tangan Alvira di atas meja, tidak ada pembicaraan diantara mereka. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sengaja Alvira tidak berbicara lebih dulu, ia tidak mau Kevin nantinya tidak berselera makan.Sekitarlima belas menit menunggu akhirnya pesanannya datang. “Kamu tadi katanya mau bicara?” Kevin bertanya sambil menyendokan makanan ke dalam mulutnya.“Nanti aja ya sekarang kita makan dulu,” jawab Alvira.Kevin sedikit bingung dengan sikap Alvira kali ini, Alvira tidak cuek dan selalu bersikap lembut padanya. Biasanya jika bersama dirinya Alvira akan
“Mereka belum tau, rencananya ini malam Daffin ingin bertemu, tapi nggak jadi soalnya maminya mau ikut. Jadi tunggu maminya pulang dari rumah sakit!” Papar Alvira kini punggungnya sudah bersandar pada headboard. Vita masih mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Alvira.” Terus Kevin gimana?” tanya Vita yang membuat Alvira menggelengkan kepalanya. “Gua nggak tau, tadi rencananya gua mau bicara sama dia kalau gua nggak bisa nikah sama dia, tapi lo tau lidah gua kelu saat di depannya. Gua nggak sanggup vit,” lesu Alvira. “Jadi mau sampai kapan lo nutupi ini sama Kevin?! Sedangkan lo sudah yakin untuk menikah sama Daffin.” “Saran gua sih lebih cepat lebih baik, selesaikan dulu masalah lo sama Kevin. Sebulan itu waktu yang sebentar lo Al.” “Gila sejak kapan lo jadi wibawa gini bicaranya?” celetuk Alvira disertai tertawa kecil. “Elo ya, dikasih tau juga. Gua memang belum pernah pacaran sih, tapi gua yakin kalau lo semakin lama ngasih tau
Kevin jalan mendekat ke arah dua orang yang sedang serius,” maaf nganggu tadi aku ke sini mau ngantar makanan kesukaan kamu,” jelas Kevin sambil menyodorkan makanan itu tepat di depan Alvira. “Sejak kapan kamu berada di sini?” tanya Alvira dengan sedikit gugup takut Kevin mengetahuinya. “Tidak cukup lama, tapi cukup tau kalau orang yang ingin aku nikahi akan segera menikah dengan orang lain,” jawab Kevin masih dalam keadaan tenang. Deng... Jantung Alvira serasa berhenti berdetak mendengar jawaban dari Kevin. Kevin masih punya otak untuk tidak membuat keributan di rumah sakit apalagi ini masih pagi, jadi ia berusaha untuk menahan amarahnya saat ini. “Gua pergi dulu,” pamit Daffin yang memberikan kesempatan pada sepasang manusia itu untuk menyelesaikan masalahnya. “Bisa jelaskan ke aku semuanya? Apa ini yang ingin kamu bicarakan sama aku kemarin?” Keduanya masih berdiri berhadapan, Kevin terus menatap mata Alvira sehingga
Kevin meninggalkan kantor tepat dijam pulang. Kini penampilannya sudah rapi kembali dan terlihat segar. Aric saja sampai heran melihat Kevin yang sudah kembali seperti semula tidak seperti yang ia lihat beberapa jam yang lalu.Dengan kecepatan yang sedikit tinggi Kevin melintas jalan raya yang penuh oleh kendaraan, karena ini jam pulang kantor maka di mana-mana akan terjadi kemacetan.Perasaan Kevin begitu gelisah ia akan mengetahui fakta yang sesungguhnya.” Lama banget sih ni,” gerutu Kevin sambil memukul stir mobil itu dengan kuat, karena saat ini dirinya terjebak macet yang cukup panjang entah apa yang sedang terjadi di depan sana.Kevin : “Maaf gua akan sedikit telat karena gua terjebak macet.”Kevin mengirimkan pesan melalui aplikasi WA kepada Alvira. Terlihat pesannya terkirim tapi tidak ada tanda kalau sudah dibaca.Setelah menunggu hampir tiga puluh menitan akhirnya Kevin terbebas dari kemacetan, ternyata telah
Langit sudah berganti warna gelap, tapi sepasang manusia masih terlibat percakapan serius di tepi pantai, duduk di sebuah batu besar sambil memandang ombak yang saling berkejaran. Dinginnya angin laut tidak membuat mereka beranjak dari tempat itu.“Aku sungguh nggak percaya kamu bakal tinggali aku nikah,” ucap Kevin yang memecahkan keheningan diantara mereka. Kini tangan Kevin sedang merangkul pinggang Alvira memberikan sedikit kehangatan.Alvira sengaja membiarkan apa yang ingin dilakukan Kevin selama itu tidak melampaui batas baginya maka Alvira akan diam saja menerima sikap Kevin dengan baik.“Aku minta maaf, mungkin kamu kecewa sama aku, tapi ini merupakan yang terbaik buat kita. Jika kita memang berjodoh kita akan bertemu kembali entah kapan dan dalam situasi seperti apa? Tapi jika kita tidak berjodoh aku harap kamu bisa ikhlas dan mencari yang lebih baik dari aku. Jujur kamu orang pertama yang begitu aku sayang dan cintai sulit buat ku un
Hari ini Shela sudah diperbolehkan pulang selama seminggu menjalani perawatan yang insentif akhirnya Shela sudah bisa kembali ke rumah yang dirindukan. Tapi Shela harus melakukan kontrol setiap seminggu sekali dan melakukan kemo. Sebelum terbang ke Singapura Shela diharuskan melakukan perawatan di rumah sakit ini dulu.Daffin tidak ketinggalan untuk menjemput Shela. Karena ini juga weekand jadi tidak ada alasan untuk dirinya tidak menjemput sang mami.“Mi,” sapa Daffin saat memasuki ruangan perawatan Shela. Daffin jalan mendekat lalu mencium pipi kiri dan kanan Shela secara bergantian.“Kamu!” Seru Daffin saat melihat Alvira sudah berada di sana dengan mengunakan pakaian santai.Alvira tidak menjawab, ia begitu fokus membantu bi Atun merapikan perlengkapan Shela yang akan dibawa pulang.“Dari tadi loh Alvira ke sini, bantuin mami,” sahut Shela.“Iya, kamu ke mana aja?” timpal papi Ahmad, Kini p