Alvira merasa kakinya sulit sekali untuk digerakkan, ia sudah berusaha untuk menggerakkannya tapi tidak bisa seperti ada beban besar yang menimpanya. Perlahan ia mulai membuka matanya.
“Aaarrrggghhhh,” teriak Alvira.
Membuat Daffin membuka matanya,” Lo kenapa sih teriak-teriak?” tanya Daffin dengan suara serak khas bangun tidur.
“Lo ngapain di sini?” hardik Alvira.
“Gue tidurlah emang tadi lo ngelihat gue lagi ngapain?” ucap Daffin yang terganggu akan teriakkan Alvira tadi.
“Lo ngapain tidur di sini sama gua? Lo nggak ngapain-ngapain gua kan!”
Alvira langsung menghujani beberapa pertanyaan kepada Daffin.
“Tapi jika aku disentuhnya paling tidak di bawah sana akan terasa sakit. Kata orang begitu,” batin Alvira.
“Lo nggak bangunkah, hari sudah hampir gelap,”ujar Alvira yang masih duduk di dekat Daffin
Daffin tidak memperdulikan ocehan Alvira
Alvira menyerang Daffin dengan pukulan yang membabi buta sungguh Alvira malu dibuatnya. Daffin terus menggoda dirinya.Alvira memukul bibirnya yang sudah begitu lancang mengeluarkan kata-kata mistis itu.“Kenapa lo pukul bibir lo? Dia nggak salah kali, dari pada dipukuli sini gua kasih enak aja.”Masih dengan tawanyanya Daffin mengatakan itu kepada Alvira.“Lo diam nggak? Kalau nggak gua nggak bakal mau kerja sama lagi sama lo,” hardik Alvira.Daffin perlahan menghentikan tawanya,” mana bisa itu sudah ada tanda tangan lo dan itu sah jadi sebelum waktunya tiba lo nggak boleh macem-macem,” serang Daffin.“Siapa yang mau macem-macem satu macem aja kok,” balas Alvira.Daffin langsung menatap tajam Alvira. Memberi peringatan dari matanya itu. Tapi semua itu tidak Alvira hiraukan.“Gua capek debat ah,” ujar Alvira yang sudah menyerahkan dan membiarkan Daffin teus membulynya.
Daffin lebih dulu bangun, ia membuka matanya saat merasakan tangan kirinya kram kesemutan. Setelah dibukanya, ternyata tangannya itu dibuat bantalan kepala oleh Alvira. Ia pun tersenyum melihatnya karena saat ini posisi Alvira tengan mendusel di dada Daffin. Sebelah tangannya merangkul tubuh Daffin.Daffin membiarkan keadaan itu sesaat menikmati aroma tubuh Alvira. Perlahan didaratkannya bibirnya menyentuh kening Alvira. Hanya sesaat saja bibir itu di sana. Takut yang punya terbangun dan akan jadi kacau nantinya.Dengan perlahan Daffin membebaskan tangannya dari kepala Alvira. Gerakan itu sangat pelan dilakukan Daffin, takut jika Alvira nanti terbangun.Setelah Daffin berhasil, ia pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Mandi pagi untuk menyegarkan tubuhnya.Selesai mandi Daffin langsung menelepon restoran untuk memesan sarapan dan menyuruh untuk langsung mengnatarkan ke kamarnya.Saat Daffin menelepon ternyata Alvira terbangun. Alvira langsung dudu
Daffin dan Alvira sudah berada di mobil mereka sudah melakukan cek out.“Karena gua-.”“Apa?” timpal Daffin mengoreksi ucapan Alvira.Alvira langsung memukul keningnya lupa akan sesuatu.“Karena aku, masih libur bolehkah, singgah ke rumah ibu dulu sebentar. Kan kita masih ada waktu lama,”pinta Alvira.“Bagus! gitu dong kalau bicara sama suami, emang kamu mau ngapain ke sana?” tanya Daffin.“Ada sesuatu yang ingin ku ambil.”Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi. Daffin hanya sibuk menatap jalanan saja. Hingga mobil yang dibawanya berhenti tepat di depan pagar putih.Alvira keluar dari mobil diikuti oleh Dennis. Ini pertama kalinya Dennis akan masuk ke rumah Alvira, karena dirinya sudah sah menjadi suami istri jadi Daffin akan ikut ke mana langkah Alvira.Saat Alvira masuk tidak lupa ia mengucapkan salam. Alvira masuk diikuti boleh Daffin di belakang
Alvira melirik Daffin yang sudah tertidur. Ia pun tersenyum mengingat kekonyolannya dengan Daffin di hotel.Alvira berdiri lalu mendekat ke arah Daffin. Dipandanginya wajah Daffin dari dekat. Wajah itu terlihat begitu sempurna, lama Alvira terpaku akan ketampanan seorang Daffin. Tapi kekagumannya itu hilang saat Alvira mengingat sikap dinginnya Daffin.Alvira keluar kamar ingin melihat apakah ibunya sudah pulang apa belum. Alvira meninggalkan Daffin yang tertidur pulas di ranjang miliknya.Saat keluar kamar ia tidak mendapati Raka di tempat yang tadi. Ia kembali berjalan mencarinya di ruang televisi, dugaannya benar Raka duduk di sana sambil bermian ponsel.“Jam berapa kamu kuliahnya?” tanya Alvira yang sudah bergabung dengan Raka di sofa.“Bentar lagi kak.”“Kakak di rumah aja kan!” tanya Raka tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya.“ Iya, kakak tunggu ibu. Lagian Daffin masih ti
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama masalah makanan, akhirnya mereka pun sepakat untuk grab food saja. Tadinya Daffin ingin jika Alvira yang memasakkannya tapi Daffin tidak mau dimasakkan mie instan. Yang pada akhirnya Alvira memesan grab food.“Kamu mau ke mana?” tanya Alea yang melihat Alvira keluar dari kamarnya.“Tunggu makanan bu, aku grab food,” jelasnya.“Maafkan ibu ya, ibu nggak sempat masak. Ibu pikir kalian nggak singgah,” sahut Alea merasa bersalah.“Iya nggak papa Bu,” balas Alvira.Akhirnya pesanan yang ditunggu datang. Alvira menyiapkannya di piring dan membawanya masuk ke kamar.“Ibu kalau mau makan aja, aku pesan lebih kok,” tawar Alvira sebelum masuk ke kamar.“Ini makan dulu,” suruh Alvira yang meletakkan nampan berisi piring dan gelas itu di meja.Di kamar Alvira memang ada satu sofa yang di lengkapi dengan meja persegi kecil. Di
Alvira mengerjap matanya perlahan. Hal yang pertama dilakukannya ialah melihat jam yang melekat di dinding. Betapa kagetnya Alvira ketika melihat jam telah menunjukkan pukul 18:16, dengan cepat ia beranjak dari tempat tidur dan berlari kecil menuju kamar mandi. Alvira mandi dengan cepat, karena lupa membawa baju ganti maka dirinya pelan-pelan membuka pintu kamar mandi dan menoleh sejenak ke arah Daffin. Namun, Daffin tidak ada di tempatnya. Alvira kaget saat melihat Daffin sudah berada di depannya. Karena fokusnya tadi hanya ke sofa di mana Daffin tidur.“Elo, kageti aja!” seru Alvira dengan memegang kuat handuk yang melingkar di tubuhnya.“Elo ngapain ngintip-ngintip gitu?” tanya Daffin.“Ehm, nggak apa,” sahut Alvira sambil mengaruk kepalanya yang tidak gantal disertai senyumannya.“Ya sudah keluar sana, gua juga mau mandi,” titah Daffin. Karena dari tadi Alvira masih berada di ambang pintu.Alvira
Tidak lama Alea datang kembali memberi tahu jika makan malam mereka sudah siapa.Ketiganya langsung berdiri dan menuju meja makan. Alvira masih saja menempel dengan sang ayah.Akhirnya kursi yang berada paling ujung yang biasanya kosong kini sudah terisi. Sang kepala keluarga telah kembali dan duduk di kursinya.Alvira mengambil tempat duduk di sebelah Daffin. Ia melayani Daffin layaknya seorang istri, mengambilkan nasi beserta lauknya.Begitu juga dengan Alea yang melayani Arka.“Wah, makanannya spesial kayanya nih!” celetuk Raka yang melihat menu makanan tidak seperti biasanya.“Uuusstt,” sahut Alea mengutuh Raka diam.“Iya ada daging di kulkas jadi ibu masak aja, kebetulan kita lagi ngumpul semua. Kan jarang-jarang kita kumpul seperti ini. Apalagi sudah ada tambahan anggota,” lanjut Alea menjelaskan.“Sudah makan aja, ngomong nanti,” sahut Arka.Mereka pun makan dengan d
Arka yang baru saja sampai di rumahnya tidak mendapatkan Maya di dalam kamarnya. Arka langsung masuk kamar mandi membersihkan wajahnya bersiap untuk tidur, tanpa mengkhawatirkan Maya.Saat sudah berada di atas tempat tidur dan ingin memejamkan mata, ponselnya bergetar. Iapun kembali bangun dan mengambil ponselnya. Arka merasa heran dengan pesannya. Tidak biasanya Raka mengirimkan pesan pada dirinya. Arka membaca pesan itu dengan sedikit emosi, Maya sudah berani menyakiti sang istri yang dicintai. Niatnya mau tidur diurungkannya, Arka memilih untuk menunggu Maya di ruang keluarga.Tidak lama terdengar suara mobil masuk ke dalam pakiran rumah. Arka langsung berdiri menghampiri Maya.“Kamu ngapain ke rumah Alea?” tanya Raka yang sudah sedikit emosi, kepada Maya.Maya yang baru saja sampai dan ingin beristirahat ternyata di sambut dengan sedikit bentakan oleh Arka.“Emang kenapa?” Maya balik bertanya lagi.Maya terus saja