Share

100 Tugas Kesatria Pemburu Naga
100 Tugas Kesatria Pemburu Naga
Penulis: Fit

01. Terlempar ke dunia asing

Suara gemuruh dari langit diikuti petir yang menyambar membuat suasana di sekitar tambah mencekam. Seorang pria berambut merah terang nampak tergeletak di atas rerumputan dengan lubang di perutnya. Darah tidak kunjung mengering dan malah mengalir semakin deras.

"Inilah akhir kisahmu, Kesatria Luke! Kematian akan segera menjemputmu!" seru Naga emas generasi kedua.

Luke, kesatria pemburu naga emas itu masih terus berusaha bangkit. Namun rupanya petir yang kuat kini diarahkan tepat ke tubuh pria tersebut. Hingga kesatria terakhir dalam sejarah pemburu naga emas Rumania itu kehilangan nyawanya.

Tidak ... masih belum. Aku harus membunuh naga lemah itu!

Luke langsung membuka matanya lebar-lebar. Kini ia berada di tempat yang gelap sendirian. Ia menoleh ke segala arah dengan wajah bingung. Hingga setitik cahaya datang menghampirinya.

"Wahai kesatria yang penuh penyesalan. Mengapa Anda menolak untuk pergi ke alam sana?"

Luke mengerutkan dahinya. "Siapa? Siapa yang berbicara?"

"Saya ada di sini, Kesatria."

Luke mundur beberapa langkah dari cahaya tersebut. Ia menarik pedang lusuhnya yang terbawa sampai mati. Lalu ia mencoba untuk menghunuskan pedang itu ke arah cahaya.

"Mengapa aku bisa berada di sini?! Aku harus membunuh naga itu!" seru Luke.

"Anda terlalu lemah untuk melakukannya, Kesatria."

"Beraninya kamu meremehkanku! Aku adalah Kesatria terakhir di Rumania, Luke Ganendra! Tidak ada Naga yang bisa lolos dari pedangku! Akulah yang terkuat!"

Tiba-tiba saja cahaya yang semula kecil, kini mulai membesar hingga membuat pandangan Luke terhalang. Ia terjatuh, menutup matanya dengan kedua tangan.

Sial, silau sekali!

"Kesatria Luke Ganendra. Karena tingkah Anda yang tidak sopan, saya akan memberikan hukuman."

"Berhenti bicara omong kosong!" seru Luke.

"Di dunia seberang ada lebih banyak orang seperti Anda. Maka dari itu saya akan mengirim Anda ke tempat ke sana, agar Anda bisa sedikit merasa rendah diri."

Cahaya itu semakin menyebar ke seluruh tempat. Suhu di sekitar berubah menjadi panas hingga membuat Luke merasa terbakar. Tiba-tiba saja ...

Bugh!

Sebuah pukulan telak mengenai rahangnya. Luke langsung tersungkur. Untuk pertama kalinya ia dipukul sekuat ini. Perlahan ia membuka matanya yang sedari tadi terpejam.

Tubuhnya menegang begitu pandangannya mulai jelas. Kini di hadapannya, terlihat pemandangan yang begitu asing. Kereta besi tanpa kuda, istana tinggi di mana-mana, dan ... orang-orang yang terlihat seperti dukun dengan rambut pirang.

"Sial, tempat apa ini?" gumam Luke.

"Wah! Sepertinya kepalanya sedikit bermasalah. Kau memukulnya terlalu keras, Bran!"

Pria yang berdiri paling depan itu kembali melayangkan pukulan ke arahnya. Luke tersenyum miring, ia sangat ahli dalam menghindari pukulan lurus seperti itu. Ia hanya perlu edikit memiringkan kepalanya, kemudian ...

Bugh!

Pukulan itu tetap mengenainya.

~~~

"Tuan Joan, mengapa wajah Anda berantakan seperti ini?"

Luke mengerutkan dahinya saat melihat wanita tua yang menyambutnya begitu turun dari mobil. Terutama dengan nama itu, sangat mengganggunya.

"Siapa itu Joan?" gumam Luke nyaris tanpa suara.

Wanita itu mulai meraba-raba luka di sekitar wajahnya. Namun Luke sama sekali tidak bergerak, rasanya sudah lama tidak dikhawatirkan seperti ini.

"Ayo masuk, Tuan Joan."

Begitu memasuki lorong panjang, Luke terus mengerutkan dahinya. Pandangannya ke segala arah memandangi dinding mewah berlapis banyaknya gambar aneh.

"Siapa orang-orang ini? Apa mereka pahlawan? Mengapa wajah mereka dilukis seperti ini?" tanya Luke.

Wanita tua itu berhenti, lalu ia berbalik dengan wajah cemas. Perlahan ia mendekat sembari menempelkan punggung tangannya di dahi Luke.

"Apa Tuan terluka di sekitar kepala?"

Luke menggeleng cepat. "Hanya perutku sedikit berlubang. Tapi aku baik-baik saja."

Wanita itu sontak membulatkan kedua matanya mendengar ucapan Luke. Secepat mungkin ia menarik tangan Luke menuju ke sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat tersebut. Nampak seorang gadis berambut pirang tengah menatap dirinya di cermin. Namun aktivitas gadis itu harus terhenti saat pintu kamarnya dibuka dari luar.

"Saya tidak mengizinkan kamu untuk masuk, Suster Elle!" seru gadis tersebut.

Wanita tua itu menggigit bibir bawahnya. Lalu ia mendorong punggung Luke agar berdiri satu langkah di depannya.

"Kalau sudah tahu fisikmu lemah, lebih baik jangan berkelahi, Joan!" tukas gadis tersebut sembari menatap Luke tajam.

Luke menaikkan sebelah alisnya, lalu menoleh ke arah Elle. "Siapa perempuan menyebalkan yang terlihat seperti penyihir itu?"

Elle langsung membulatkan kedua matanya. "Maaf Nona Caroline! Sepertinya kepala Tuan Joan sedikit terpukul saat berkelahi."

Secepat mungkin Elle berjinjit dan membisikkan sesuatu pada Luke. "Nona Caroline adalah tunangan Anda! Jangan menyebutnya penyihir!"

"Tinggalkan kami berdua, Suster Elle!" titah Caroline sembari bangun dari tempat duduknya.

Setelah kepergian Elle, Caroline baru mulai melangkahkan kakinya. Ia berjalan ke arah Luke yang nampak seperti orang bingung. Sebelah kaki Caroline bergerak menendang tulang kering pria tersebut cukup keras.

"Awh!"

Luke meringis hingga jatuh terduduk. Kedua tangannya kini memeluk erat tulang kering yang ditendang oleh Caroline.

"Benar, seperti itu. Rakyat jelata sepertimu harusnya berlutut saat bicara denganku!" kata Caroline diikuti senyum miringnya.

Luke menengadahkan kepalanya. Kini ia bisa melihat dengan jelas gadis yang ada di hadapannya. Walaupun cantik, namun sikap angkuh dan cara bicaranya sangat menjengkelkan. Rasanya Luke ingin sekali mengajarkannya sopan santun.

Tak!

Kini dahinya yang harus mendapat sentilan keras. Luke kembali meringis, rasanya sangat panas dan nyeri.

"Mengapa kau melakukan itu?!" protes Luke.

Caroline membulatkan matanya. "Tentu saja karena kau berani menatap mataku!"

Luke mengerutkan dahinya. "Memangnya kenapa? Apa tidak boleh menatap kekasih?"

Plak!

Luke membulatkan matanya sembari mengusap pipi sebelah kanan yang menjadi sasaran dari telapak tangan lembut tersebut.

"Jangan bermimpi jadi kekasihku! Setelah Kak Bran berhasil membangun perusahaannya sendiri, aku akan mencampakkanmu!"

Luke mematung di tempatnya.

Aku ... mau dicampakkan?

Luke merasa sangat terkejut. Selama ini tidak ada yang bisa mencampakkannya. Semua gadis ingin menjadi kekasihnya. Ia sampai tidak sadar saat Caroline sudah pergi meninggalkannya di tempat tersebut.

"Tempat sialan macam apa ini?" gumam Luke.

Luke memejamkan kedua matanya dengan tangan terkepal kuat. "Kalau begini, aku jadi tidak tahan ingin memukul wajah cantiknya!"

Tiba-tiba saja setitik cahaya yang pernah ditemuinya itu muncul. Perlahan mendekat hingga berada tepat di depan Luke.

"Selesaikan semua tugasnya, maka Anda bisa kembali ke tempat tinggal asal Anda."

Luke menatap cahaya itu dengan mata berbinar. Ia tersenyum penuh semangat. "Berapa banyak tugasnya?"

"Hanya 100 tugas saja. Untuk awalan, Anda hanya perlu terus menahan Nona Caroline agar tidak mencampakkan Anda."

Perlahan senyum di wajah Luke pudar. Ia tertawa, namun air matanya menetes. Ia mulai menarik napas dalam-dalam.

"Cabut saja nyawaku, Tuhan!" teriak Luke sekuat tenaga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status