Home / Fantasi / 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga / 01. Terlempar ke dunia asing

Share

100 Tugas Kesatria Pemburu Naga
100 Tugas Kesatria Pemburu Naga
Author: Fit

01. Terlempar ke dunia asing

Author: Fit
last update Last Updated: 2023-11-14 08:10:53

Suara gemuruh dari langit diikuti petir yang menyambar membuat suasana di sekitar tambah mencekam. Seorang pria berambut merah terang nampak tergeletak di atas rerumputan dengan lubang di perutnya. Darah tidak kunjung mengering dan malah mengalir semakin deras.

"Inilah akhir kisahmu, Kesatria Luke! Kematian akan segera menjemputmu!" seru Naga emas generasi kedua.

Luke, kesatria pemburu naga emas itu masih terus berusaha bangkit. Namun rupanya petir yang kuat kini diarahkan tepat ke tubuh pria tersebut. Hingga kesatria terakhir dalam sejarah pemburu naga emas Rumania itu kehilangan nyawanya.

Tidak ... masih belum. Aku harus membunuh naga lemah itu!

Luke langsung membuka matanya lebar-lebar. Kini ia berada di tempat yang gelap sendirian. Ia menoleh ke segala arah dengan wajah bingung. Hingga setitik cahaya datang menghampirinya.

"Wahai kesatria yang penuh penyesalan. Mengapa Anda menolak untuk pergi ke alam sana?"

Luke mengerutkan dahinya. "Siapa? Siapa yang berbicara?"

"Saya ada di sini, Kesatria."

Luke mundur beberapa langkah dari cahaya tersebut. Ia menarik pedang lusuhnya yang terbawa sampai mati. Lalu ia mencoba untuk menghunuskan pedang itu ke arah cahaya.

"Mengapa aku bisa berada di sini?! Aku harus membunuh naga itu!" seru Luke.

"Anda terlalu lemah untuk melakukannya, Kesatria."

"Beraninya kamu meremehkanku! Aku adalah Kesatria terakhir di Rumania, Luke Ganendra! Tidak ada Naga yang bisa lolos dari pedangku! Akulah yang terkuat!"

Tiba-tiba saja cahaya yang semula kecil, kini mulai membesar hingga membuat pandangan Luke terhalang. Ia terjatuh, menutup matanya dengan kedua tangan.

Sial, silau sekali!

"Kesatria Luke Ganendra. Karena tingkah Anda yang tidak sopan, saya akan memberikan hukuman."

"Berhenti bicara omong kosong!" seru Luke.

"Di dunia seberang ada lebih banyak orang seperti Anda. Maka dari itu saya akan mengirim Anda ke tempat ke sana, agar Anda bisa sedikit merasa rendah diri."

Cahaya itu semakin menyebar ke seluruh tempat. Suhu di sekitar berubah menjadi panas hingga membuat Luke merasa terbakar. Tiba-tiba saja ...

Bugh!

Sebuah pukulan telak mengenai rahangnya. Luke langsung tersungkur. Untuk pertama kalinya ia dipukul sekuat ini. Perlahan ia membuka matanya yang sedari tadi terpejam.

Tubuhnya menegang begitu pandangannya mulai jelas. Kini di hadapannya, terlihat pemandangan yang begitu asing. Kereta besi tanpa kuda, istana tinggi di mana-mana, dan ... orang-orang yang terlihat seperti dukun dengan rambut pirang.

"Sial, tempat apa ini?" gumam Luke.

"Wah! Sepertinya kepalanya sedikit bermasalah. Kau memukulnya terlalu keras, Bran!"

Pria yang berdiri paling depan itu kembali melayangkan pukulan ke arahnya. Luke tersenyum miring, ia sangat ahli dalam menghindari pukulan lurus seperti itu. Ia hanya perlu edikit memiringkan kepalanya, kemudian ...

Bugh!

Pukulan itu tetap mengenainya.

~~~

"Tuan Joan, mengapa wajah Anda berantakan seperti ini?"

Luke mengerutkan dahinya saat melihat wanita tua yang menyambutnya begitu turun dari mobil. Terutama dengan nama itu, sangat mengganggunya.

"Siapa itu Joan?" gumam Luke nyaris tanpa suara.

Wanita itu mulai meraba-raba luka di sekitar wajahnya. Namun Luke sama sekali tidak bergerak, rasanya sudah lama tidak dikhawatirkan seperti ini.

"Ayo masuk, Tuan Joan."

Begitu memasuki lorong panjang, Luke terus mengerutkan dahinya. Pandangannya ke segala arah memandangi dinding mewah berlapis banyaknya gambar aneh.

"Siapa orang-orang ini? Apa mereka pahlawan? Mengapa wajah mereka dilukis seperti ini?" tanya Luke.

Wanita tua itu berhenti, lalu ia berbalik dengan wajah cemas. Perlahan ia mendekat sembari menempelkan punggung tangannya di dahi Luke.

"Apa Tuan terluka di sekitar kepala?"

Luke menggeleng cepat. "Hanya perutku sedikit berlubang. Tapi aku baik-baik saja."

Wanita itu sontak membulatkan kedua matanya mendengar ucapan Luke. Secepat mungkin ia menarik tangan Luke menuju ke sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat tersebut. Nampak seorang gadis berambut pirang tengah menatap dirinya di cermin. Namun aktivitas gadis itu harus terhenti saat pintu kamarnya dibuka dari luar.

"Saya tidak mengizinkan kamu untuk masuk, Suster Elle!" seru gadis tersebut.

Wanita tua itu menggigit bibir bawahnya. Lalu ia mendorong punggung Luke agar berdiri satu langkah di depannya.

"Kalau sudah tahu fisikmu lemah, lebih baik jangan berkelahi, Joan!" tukas gadis tersebut sembari menatap Luke tajam.

Luke menaikkan sebelah alisnya, lalu menoleh ke arah Elle. "Siapa perempuan menyebalkan yang terlihat seperti penyihir itu?"

Elle langsung membulatkan kedua matanya. "Maaf Nona Caroline! Sepertinya kepala Tuan Joan sedikit terpukul saat berkelahi."

Secepat mungkin Elle berjinjit dan membisikkan sesuatu pada Luke. "Nona Caroline adalah tunangan Anda! Jangan menyebutnya penyihir!"

"Tinggalkan kami berdua, Suster Elle!" titah Caroline sembari bangun dari tempat duduknya.

Setelah kepergian Elle, Caroline baru mulai melangkahkan kakinya. Ia berjalan ke arah Luke yang nampak seperti orang bingung. Sebelah kaki Caroline bergerak menendang tulang kering pria tersebut cukup keras.

"Awh!"

Luke meringis hingga jatuh terduduk. Kedua tangannya kini memeluk erat tulang kering yang ditendang oleh Caroline.

"Benar, seperti itu. Rakyat jelata sepertimu harusnya berlutut saat bicara denganku!" kata Caroline diikuti senyum miringnya.

Luke menengadahkan kepalanya. Kini ia bisa melihat dengan jelas gadis yang ada di hadapannya. Walaupun cantik, namun sikap angkuh dan cara bicaranya sangat menjengkelkan. Rasanya Luke ingin sekali mengajarkannya sopan santun.

Tak!

Kini dahinya yang harus mendapat sentilan keras. Luke kembali meringis, rasanya sangat panas dan nyeri.

"Mengapa kau melakukan itu?!" protes Luke.

Caroline membulatkan matanya. "Tentu saja karena kau berani menatap mataku!"

Luke mengerutkan dahinya. "Memangnya kenapa? Apa tidak boleh menatap kekasih?"

Plak!

Luke membulatkan matanya sembari mengusap pipi sebelah kanan yang menjadi sasaran dari telapak tangan lembut tersebut.

"Jangan bermimpi jadi kekasihku! Setelah Kak Bran berhasil membangun perusahaannya sendiri, aku akan mencampakkanmu!"

Luke mematung di tempatnya.

Aku ... mau dicampakkan?

Luke merasa sangat terkejut. Selama ini tidak ada yang bisa mencampakkannya. Semua gadis ingin menjadi kekasihnya. Ia sampai tidak sadar saat Caroline sudah pergi meninggalkannya di tempat tersebut.

"Tempat sialan macam apa ini?" gumam Luke.

Luke memejamkan kedua matanya dengan tangan terkepal kuat. "Kalau begini, aku jadi tidak tahan ingin memukul wajah cantiknya!"

Tiba-tiba saja setitik cahaya yang pernah ditemuinya itu muncul. Perlahan mendekat hingga berada tepat di depan Luke.

"Selesaikan semua tugasnya, maka Anda bisa kembali ke tempat tinggal asal Anda."

Luke menatap cahaya itu dengan mata berbinar. Ia tersenyum penuh semangat. "Berapa banyak tugasnya?"

"Hanya 100 tugas saja. Untuk awalan, Anda hanya perlu terus menahan Nona Caroline agar tidak mencampakkan Anda."

Perlahan senyum di wajah Luke pudar. Ia tertawa, namun air matanya menetes. Ia mulai menarik napas dalam-dalam.

"Cabut saja nyawaku, Tuhan!" teriak Luke sekuat tenaga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   76. Caroline Mencurigakan!

    "Jiwaku akan dihapus dari alam semesta dan ingatan semua orang yang pernah mengenalku.""Kalau begitu, aku harus mencari tau sendiri ya," gumam Luke.Yellowdious tidak menjawab. Cahayanya perlahan memudar lalu hilang begitu saja. Kini tersisa Luke sendiri di dalam kamar. Matanya masih setia menatap langit-langit."Kapan terakhir kali aku mendapat misi?" Luke langsung bangun. Ia bergegas menghampiri lemari pakaian. Begitu dibuka, tidak ada satu pun surat misi yang melayang. Rasanya sangat kecewa. Setelah terbiasa menjalankan misi, hidupnya mulai terasa hampa saat tidak melakukan apa-apa.Suara langkah kaki terdengar mendekat ke kamarnya. Ia langsung menutup rapat lemari dan mendekat ke arah pintu. Sosok itu tidak langsung mengetuk. Ia hanya berdiri tanpa melakukan apa pun.Luke berusaha mengintip dari celah lubang kunci. Jika melihat celemek yang menutupi bagian depan pakaiannya, bisa dipastikan kalau sosok itu merupakan suster Elle. Namun Luke tidak langsung membukanya. Ia menunggu w

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   75. Ancaman Luke Pada Caroline

    "Siapa kau sebenarnya? Bagaimana kau bisa ada di sini?"Caroline termenung tiap kali mengingat ucapan Luke. Bagaimana bisa pria itu tahu identitasnya. Padahal selama ini ia sudah berusaha menyembunyikannya dengan baik.Ia memandang dirinya di cermin. Cukup lama hingga pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Ia langsung bangun dan mengatur sorot matanya agar mirip dengan pemilik tubuh tersebut.Begitu dibuka, nampak Elle yang membawa senampan makanan. Wanita itu tidak mengatakan apa pun. Namun ia terus menatap Caroline, seolah memintanya untuk mengambil nampak tersebut."Terima kasih, Suster Elle," ujarnya pelan.Namun setelah nampak itu sudah ada di tangan Caroline, Elle tidak kunjung pergi. Ia masih terus menatap gadis di hadapannya dengan sorot mata menyelidik."Ada apa, Suster Elle? Apa ada yang ingin Anda katakan?" tanya Caroline.Elle menunduk, lalu mengangguk pelan. "Nona ... belakangan ini ...."Ucapan Elle terhenti saat terdengar suara klakson dari arah luar. Wanita paruh baya i

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   74. Siapa Kau Sebenarnya?

    Setelah melewati percakapan yang cukup berat, akhirnya Luke ditinggal sendirian di dalam ruangan tersebut. Ia termenung dengan pandangan kosong ke arah pintu. Otaknya sibuk menimbang. Misi Christoper kali ini sangat menguntungkan. Namun sebelum itu, siapa yang layak untuk dibawa kembali bersama pria tersebut? Dirinya atau Ciel?Ciel punya banyak poin. Dia pasti bisa dengan mudah kembali. Sedangkan aku?Luke memejamkan matanya saat bayangan Joan yang memakai tubuhnya itu mulai melintas di pikiran. Joan bukan lawan yang bisa diremehkan. Apalagi setelah pria itu menggadaikan jiwanya pada ular mata air.Luke mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Lalu ia mulai memukul selimut yang membalut tubuhnya."Sial! Dia pasti punya banyak mana dan kekuatan!" rutuk Luke."Aku juga ingin kembali. Tapi aku tidak bisa membiarkan Ciel tertinggal di sini bersama pria gila itu!"Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Secepat mungkin Luke menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia memejamkan matanya dengan paksa

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   73. Diskusi Bersama Christoper

    "Buka mulutmu."Luke menggeleng pelan, ia mendorong pelan sendok yang sudah ada di depan mulutnya. Sejak tadi Ciel tidak mau mengalah. Ia terus memaksa Luke untuk menerima suapan darinya."Aku bisa makan sendiri Ciel," ujarnya.Ciel mendengus pelan. "Apa salahnya sih? Aku cuma mau membantumu makan.""Tapi ...."Luke tidak melanjutkan ucapannya. Ia melirik Caroline yang duduk di sofa tanpa merasa terusik. Gadis itu tengah membaca sebuah buku tebal."Satu suapan saja. Kamu mau 'kan?" tanya Ciel.Akhirnya Luke mengalah. Ia membuka mulutnya dan membiarkan bubur itu masuk. Sontak Caroline menutup bukunya dengan keras. Kini pandangan gadis itu sudah benar-benar teralihkan pada Luke dan Ciel."Aku akan datang lagi nanti malam," ujar Caroline sembari bangun dari tempat duduknya.Ciel mengerutkan dahinya. "Kau sudah mau pulang, Caroline? Tapi kau 'kan baru saja datang."Caroline tidak menjawab. Kini pandangannya hanya tertuju pada Luke. Pria itu tidak mengatakan apa pun, padahal ia sudah mau p

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   72. Menghindari Caroline

    "Jo-Joan!" cicitnya."Pergi kau sialan!" bentak Luke.Caroline berusaha keras untuk mendorong tubuh Luke, namun sia-sia saja. Tenaga pria itu jauh lebih besar darinya. Lima menit berlalu, Caroline membiarkan Luke terus menekan tubuhnya. Perlahan tubuh Luke bergerak menyingkir. Namun tatapan pria itu masih terpaku padanya. Dahinya berkerut seolah menajamkan pandangannya."Joan?" panggil Caroline.Bukannya menjawab, Luke justru langsung pergi meninggalkannya. Pria itu setengah berlari keluar dari ruangannya.~~~"Selamat sore!"Luke sontak menoleh ke arah pintu yang mulai terbuka. Nampak Ciel sudah sangat sehat dan bertenaga. Gadis itu melambaikan kedua tangannya. Senyum Luke langsung mengembang, ia merasa sangat senang karena gadis itu berhasil diselamatkan.Setelah menutup pintu, Ciel berlari kecil menghampiri Luke. Lalu ia duduk di kursi yang sudah disiapkan. Senyumnya perlahan luntur saat melihat luka yang ada di tangan Luke. Ia merasa tidak enak karena sudah membuat pria itu mendap

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   71. Pertemuan dengan Christoper Brandon

    "Lama tidak bertemu, pria yang tidak kuat minum."C-Christoper Brandon?!Klosa langsung berontak. Ia berusaha melepaskan cengkraman Christoper dari wajahnya. Namun bukannya terlepas, cengkramannya justru semakin menguat."Di mana orang berwajah Joan itu berada?" tanya Christoper Brandon.Klosa mengerutkan dahinya. "Siapa orang berwajah Joan? Saya tidak tahu!""Beraninya kau berbohong!"Kali ini Christoper menurunkan cengkramannya ke leher Klosa. Ia menahan kekuatannya agar pria itu tidak mati tercekik. Sebab ia melakukannya hanya untuk menakut-nakuti Klosa."Mustahil kau tidak tahu. Kau selalu mengikutinya!" seru Christoper."Kalau maksud Anda itu Tuan Joan, saya tahu! Tapi dia memang Tuan Joan, bukan hanya mirip.""Ya, anggap saja begitu. Jadi kau tahu dia ada di mana?""Ada urusan apa mencariku sampai menyiksa orang tidak bersalah seperti itu?"Christoper langsung melepas cengkramannya dari leher Klosa. Senyumnya perlahan mengembang begitu melihat sosok Luke berdiri di ujung jalan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status