Share

03. Perubahan pertama

Luke kembali memasuki ruangan yang beberapa detik ditinggalkannya. Begitu tiba di dalam, ia langsung dihadiahi tatapan penuh kebencian, terutama dari Bran.

"Untuk apa kau datang ke sini lagi?" tanya Bran.

Luke menaikkan sebelah alisnya. "Aku tunangan Caroline. Apa kau butuh alasan lain mengapa aku ada di sini?"

Caroline sontak bangun dari tempat duduknya. "Cukup, Joan! Jangan buat keributan!"

Akhirnya Luke menuruti ucapan gadis itu dan duduk di kursinya. Ia menatap tajam ke arah Bran. Pria itu nampak sudah sangat akrab dengan kedua orang tua Caroline. Berbeda jauh dengan dirinya.

Tiba-tiba saja saat Luke hendak mengambil gelas miliknya, Bran dengan sengaja menyenggol gelas tersebut hingga jatuh ke lantai. Pecahan gelas berserakan ke mana-mana. Viola, ibu Caroline, terlihat sangat marah.

"Cepat bereskan kekacauan yang kau buat! Dasar orang miskin!" bentak Viola.

Luke mengerutkan dahinya. Ia hendak membuka mulutnya, namun melihat tatapan merendahkan dari semua orang, membuatnya memilih bungkam. Ia langsung berjongkok dan mulai merapikan pecahan gelas tersebut.

"Beruntung saja orang sepertimu bisa menjadi tunangan Caroline. Ah, maksudnya, tunangan sementara!" ujar Viola.

"Tunangan sementara?" gumam Luke sembari melirik ke arah Caroline.

Gadis itu bungkam dan memilih untuk melanjutkan makannya. Ia nampak tidak peduli dengan apa yang dilakukan ketiga orang itu pada tunangannya.

"Haha ... Bagaimana rasanya, Ksatria Luke?"

Luke sontak menoleh saat mendengar suara tepat di telinganya. Namun tidak ada siapa pun selain Caroline yang nampak acuh.

"Dahulu, Anda juga pernah membuat seorang pelayan membersihkan pecahan kaca akibat perbuatan Anda. Masih ingatkah?"

Luke memejamkan kedua matanya. Ingatannya tentang kejadian itu mulai menajam. Pria tua, pelayan di sebuah rumah makan itu harus membersihkan pecahan kaca akibat ulahnya yang membuang cermin ke lantai.

"Sekarang, Anda akan membayar semua dosa satu per satu. Nikmati saja, Ksatria Luke."

"Lambat!"

Luke langsung membuka matanya dan melihat Caroline yang sudah berjongkok di depannya. Gadis itu ikut membersihkan pecahan kaca yang tersisa.

"Jika sudah selesai, ikut aku ke ruang baca!" kata Caroline sembari melangkah pergi.

"Caroline! Acara makan malamnya belum selesai, 'kan?" seru Bran.

Caroline nampaknya tidak mendengar. Sebab gadis itu terus melangkah pergi dan menghilang di balik pintu.

~~~

Duk!

Luke meringis saat lututnya ditendang oleh Caroline. Gadis itu nampaknya sangat senang melakukan kekerasan padanya.

"Kenapa lagi?" tanya Luke dengan wajah bingung.

"Apa kau tidak bisa diam saja? Kenapa sejak saat itu kau berubah? Kau selalu melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kau lakukan!" oceh Caroline sembari mengguncang bahu Luke.

Luke mengerutkan dahinya. "Kau lebih suka aku menjadi pecundang?"

"Ya! Aku lebih suka kau yang pecundang!" seru Caroline.

Luke terdiam mematung di tempatnya. Sementara Caroline bergegas pergi dari ruang baca meninggalkan pria itu sendiri. Luke dengan seribu pertanyaan di kepalanya terlihat sangat menyedihkan.

"Sebenarnya kenapa dia lebih suka pecundang? Apa tipenya memang seperti itu?" gumam Luke.

"Anda hanya belum tau, Ksatria Luke."

Luke menoleh ke arah suara tersebut. Sekarang ia bisa melihat cahaya yang perlahan menghampirinya.

"Apa yang belum aku ketahui?" tanya Luke.

"Banyak sekali. Tentang alasan mereka bertunangan, mengapa orang tua Caroline membenci Joan, siapa sosok Joan, dan mengapa pria buruk itu seperti menyimpan dendam pada Joan."

"Apa aku juga harus mencari tahu semua itu?"

"Tentu saja!"

"Menyebalkan!"

~~~

Pagi ini Luke sudah dibuat kesal. Saat membuka lemari pakaian, ada sebuah surat melayang. Tentu saja ia tau perbuatan siapa itu. Sebab manusia biasa pasti tidak akan bisa melakukannya.

Luke segera membuka surat tersebut. Ia membacanya dengan perlahan. Hingga helaan napas panjang lolos dari mulutnya.

"Apa-apaan isi surat ini? Dia hanya memintaku berlari mengelilingi taman sebanyak 3 putaran? Mudah sekali," gumam Luke sambil melempar surat itu ke dalam lemari.

Beberapa menit kemudian ia sudah bersiap untuk pergi. Ia melingkarkan handuk di lehernya. Kemudian berlari keluar dari kamar.

"Tuan Joan! Anda mau pergi ke mana?" teriak Elle.

Luke menoleh sekilas sambil tersenyum. "Olahraga sebentar."

Elle mengerutkan dahinya. Sebagai orang yang bertugas mengurus Joan, tentu saja ia menyadari perubahan sikap pria tersebut. Joan sama sekali tidak suka berolahraga. Keluar dari kamar saja hanya saat ada undangan makan malam atau membeli makanan ringan.

Tidak hanya Elle. Petugas kebersihan dan keamanan rumah itu juga nampak terkejut.

"Permisi, Paman. Taman ada di mana ya?" tanya Luke pada seorang pria yang sedang membawa sapu.

Pria paruh baya itu menoleh, lalu mengerjapkan mata beberapa kali. "Tuan Joan mau apa?"

"Aku mau berolahraga di taman!" jawab Luke sambil tersenyum ceria.

Mata pria itu langsung melebar. "Ka-kalau begitu, Tuan Joan bisa mengikuti saya."

Luke mengangguk dan mulai mengikuti pria tersebut. Begitu sampai, matanya langsung membulat. Semua semangat yang dibawanya dari kamar sudah menghilang entah ke mana. Bagaimana tidak? Luas tamannya melebihi penginapan 500 Ksatria.

"I-ini tamannya?" tanya Luke dengan wajah pucat.

Pria itu mengangguk. "Jika Tuan lupa jalan pulang, Tuan bisa meminta pekerja lain untuk mengantar sampai depan gerbang."

"Ba-baiklah."

Setelah itu Luke mulai berlari mengelilingi taman. Padahal harusnya jika berada di tubuh asli, ia pasti bisa melakukan sampai 10 putaran. Namun di tubuh Joan, baru setengah putaran saja napasnya sudah terengah-engah.

"Sialaaaaan...!! Aku ... tidak bisa bernapas!" teriaknya dengan seluruh tenaga yang tersisa.

Walau begitu ia tetap berlari. Seluruh bagian kakinya terasa mati rasa hingga ia terjatuh tepat di tempatnya memulai. Ia baru saja mencapai satu putaran!

"BERHASIL SATU PUTARAN!!!" teriaknya dengan keras.

Tanpa Luke sadari, sejak kedatangannya ke taman, ia berhasil menarik perhatian seseorang. Ya, Caroline. Gadis itu terus mengamati Luke dari kejauhan sambil menyiram bunga tulip kesayangannya. Sebelah sudut bibirnya tertarik secara otomatis.

"Dasar orang aneh."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status