Share

03. Perubahan pertama

Author: Fit
last update Huling Na-update: 2023-11-15 12:46:33

Luke kembali memasuki ruangan yang beberapa detik ditinggalkannya. Begitu tiba di dalam, ia langsung dihadiahi tatapan penuh kebencian, terutama dari Bran.

"Untuk apa kau datang ke sini lagi?" tanya Bran.

Luke menaikkan sebelah alisnya. "Aku tunangan Caroline. Apa kau butuh alasan lain mengapa aku ada di sini?"

Caroline sontak bangun dari tempat duduknya. "Cukup, Joan! Jangan buat keributan!"

Akhirnya Luke menuruti ucapan gadis itu dan duduk di kursinya. Ia menatap tajam ke arah Bran. Pria itu nampak sudah sangat akrab dengan kedua orang tua Caroline. Berbeda jauh dengan dirinya.

Tiba-tiba saja saat Luke hendak mengambil gelas miliknya, Bran dengan sengaja menyenggol gelas tersebut hingga jatuh ke lantai. Pecahan gelas berserakan ke mana-mana. Viola, ibu Caroline, terlihat sangat marah.

"Cepat bereskan kekacauan yang kau buat! Dasar orang miskin!" bentak Viola.

Luke mengerutkan dahinya. Ia hendak membuka mulutnya, namun melihat tatapan merendahkan dari semua orang, membuatnya memilih bungkam. Ia langsung berjongkok dan mulai merapikan pecahan gelas tersebut.

"Beruntung saja orang sepertimu bisa menjadi tunangan Caroline. Ah, maksudnya, tunangan sementara!" ujar Viola.

"Tunangan sementara?" gumam Luke sembari melirik ke arah Caroline.

Gadis itu bungkam dan memilih untuk melanjutkan makannya. Ia nampak tidak peduli dengan apa yang dilakukan ketiga orang itu pada tunangannya.

"Haha ... Bagaimana rasanya, Ksatria Luke?"

Luke sontak menoleh saat mendengar suara tepat di telinganya. Namun tidak ada siapa pun selain Caroline yang nampak acuh.

"Dahulu, Anda juga pernah membuat seorang pelayan membersihkan pecahan kaca akibat perbuatan Anda. Masih ingatkah?"

Luke memejamkan kedua matanya. Ingatannya tentang kejadian itu mulai menajam. Pria tua, pelayan di sebuah rumah makan itu harus membersihkan pecahan kaca akibat ulahnya yang membuang cermin ke lantai.

"Sekarang, Anda akan membayar semua dosa satu per satu. Nikmati saja, Ksatria Luke."

"Lambat!"

Luke langsung membuka matanya dan melihat Caroline yang sudah berjongkok di depannya. Gadis itu ikut membersihkan pecahan kaca yang tersisa.

"Jika sudah selesai, ikut aku ke ruang baca!" kata Caroline sembari melangkah pergi.

"Caroline! Acara makan malamnya belum selesai, 'kan?" seru Bran.

Caroline nampaknya tidak mendengar. Sebab gadis itu terus melangkah pergi dan menghilang di balik pintu.

~~~

Duk!

Luke meringis saat lututnya ditendang oleh Caroline. Gadis itu nampaknya sangat senang melakukan kekerasan padanya.

"Kenapa lagi?" tanya Luke dengan wajah bingung.

"Apa kau tidak bisa diam saja? Kenapa sejak saat itu kau berubah? Kau selalu melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kau lakukan!" oceh Caroline sembari mengguncang bahu Luke.

Luke mengerutkan dahinya. "Kau lebih suka aku menjadi pecundang?"

"Ya! Aku lebih suka kau yang pecundang!" seru Caroline.

Luke terdiam mematung di tempatnya. Sementara Caroline bergegas pergi dari ruang baca meninggalkan pria itu sendiri. Luke dengan seribu pertanyaan di kepalanya terlihat sangat menyedihkan.

"Sebenarnya kenapa dia lebih suka pecundang? Apa tipenya memang seperti itu?" gumam Luke.

"Anda hanya belum tau, Ksatria Luke."

Luke menoleh ke arah suara tersebut. Sekarang ia bisa melihat cahaya yang perlahan menghampirinya.

"Apa yang belum aku ketahui?" tanya Luke.

"Banyak sekali. Tentang alasan mereka bertunangan, mengapa orang tua Caroline membenci Joan, siapa sosok Joan, dan mengapa pria buruk itu seperti menyimpan dendam pada Joan."

"Apa aku juga harus mencari tahu semua itu?"

"Tentu saja!"

"Menyebalkan!"

~~~

Pagi ini Luke sudah dibuat kesal. Saat membuka lemari pakaian, ada sebuah surat melayang. Tentu saja ia tau perbuatan siapa itu. Sebab manusia biasa pasti tidak akan bisa melakukannya.

Luke segera membuka surat tersebut. Ia membacanya dengan perlahan. Hingga helaan napas panjang lolos dari mulutnya.

"Apa-apaan isi surat ini? Dia hanya memintaku berlari mengelilingi taman sebanyak 3 putaran? Mudah sekali," gumam Luke sambil melempar surat itu ke dalam lemari.

Beberapa menit kemudian ia sudah bersiap untuk pergi. Ia melingkarkan handuk di lehernya. Kemudian berlari keluar dari kamar.

"Tuan Joan! Anda mau pergi ke mana?" teriak Elle.

Luke menoleh sekilas sambil tersenyum. "Olahraga sebentar."

Elle mengerutkan dahinya. Sebagai orang yang bertugas mengurus Joan, tentu saja ia menyadari perubahan sikap pria tersebut. Joan sama sekali tidak suka berolahraga. Keluar dari kamar saja hanya saat ada undangan makan malam atau membeli makanan ringan.

Tidak hanya Elle. Petugas kebersihan dan keamanan rumah itu juga nampak terkejut.

"Permisi, Paman. Taman ada di mana ya?" tanya Luke pada seorang pria yang sedang membawa sapu.

Pria paruh baya itu menoleh, lalu mengerjapkan mata beberapa kali. "Tuan Joan mau apa?"

"Aku mau berolahraga di taman!" jawab Luke sambil tersenyum ceria.

Mata pria itu langsung melebar. "Ka-kalau begitu, Tuan Joan bisa mengikuti saya."

Luke mengangguk dan mulai mengikuti pria tersebut. Begitu sampai, matanya langsung membulat. Semua semangat yang dibawanya dari kamar sudah menghilang entah ke mana. Bagaimana tidak? Luas tamannya melebihi penginapan 500 Ksatria.

"I-ini tamannya?" tanya Luke dengan wajah pucat.

Pria itu mengangguk. "Jika Tuan lupa jalan pulang, Tuan bisa meminta pekerja lain untuk mengantar sampai depan gerbang."

"Ba-baiklah."

Setelah itu Luke mulai berlari mengelilingi taman. Padahal harusnya jika berada di tubuh asli, ia pasti bisa melakukan sampai 10 putaran. Namun di tubuh Joan, baru setengah putaran saja napasnya sudah terengah-engah.

"Sialaaaaan...!! Aku ... tidak bisa bernapas!" teriaknya dengan seluruh tenaga yang tersisa.

Walau begitu ia tetap berlari. Seluruh bagian kakinya terasa mati rasa hingga ia terjatuh tepat di tempatnya memulai. Ia baru saja mencapai satu putaran!

"BERHASIL SATU PUTARAN!!!" teriaknya dengan keras.

Tanpa Luke sadari, sejak kedatangannya ke taman, ia berhasil menarik perhatian seseorang. Ya, Caroline. Gadis itu terus mengamati Luke dari kejauhan sambil menyiram bunga tulip kesayangannya. Sebelah sudut bibirnya tertarik secara otomatis.

"Dasar orang aneh."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   76. Caroline Mencurigakan!

    "Jiwaku akan dihapus dari alam semesta dan ingatan semua orang yang pernah mengenalku.""Kalau begitu, aku harus mencari tau sendiri ya," gumam Luke.Yellowdious tidak menjawab. Cahayanya perlahan memudar lalu hilang begitu saja. Kini tersisa Luke sendiri di dalam kamar. Matanya masih setia menatap langit-langit."Kapan terakhir kali aku mendapat misi?" Luke langsung bangun. Ia bergegas menghampiri lemari pakaian. Begitu dibuka, tidak ada satu pun surat misi yang melayang. Rasanya sangat kecewa. Setelah terbiasa menjalankan misi, hidupnya mulai terasa hampa saat tidak melakukan apa-apa.Suara langkah kaki terdengar mendekat ke kamarnya. Ia langsung menutup rapat lemari dan mendekat ke arah pintu. Sosok itu tidak langsung mengetuk. Ia hanya berdiri tanpa melakukan apa pun.Luke berusaha mengintip dari celah lubang kunci. Jika melihat celemek yang menutupi bagian depan pakaiannya, bisa dipastikan kalau sosok itu merupakan suster Elle. Namun Luke tidak langsung membukanya. Ia menunggu w

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   75. Ancaman Luke Pada Caroline

    "Siapa kau sebenarnya? Bagaimana kau bisa ada di sini?"Caroline termenung tiap kali mengingat ucapan Luke. Bagaimana bisa pria itu tahu identitasnya. Padahal selama ini ia sudah berusaha menyembunyikannya dengan baik.Ia memandang dirinya di cermin. Cukup lama hingga pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Ia langsung bangun dan mengatur sorot matanya agar mirip dengan pemilik tubuh tersebut.Begitu dibuka, nampak Elle yang membawa senampan makanan. Wanita itu tidak mengatakan apa pun. Namun ia terus menatap Caroline, seolah memintanya untuk mengambil nampak tersebut."Terima kasih, Suster Elle," ujarnya pelan.Namun setelah nampak itu sudah ada di tangan Caroline, Elle tidak kunjung pergi. Ia masih terus menatap gadis di hadapannya dengan sorot mata menyelidik."Ada apa, Suster Elle? Apa ada yang ingin Anda katakan?" tanya Caroline.Elle menunduk, lalu mengangguk pelan. "Nona ... belakangan ini ...."Ucapan Elle terhenti saat terdengar suara klakson dari arah luar. Wanita paruh baya i

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   74. Siapa Kau Sebenarnya?

    Setelah melewati percakapan yang cukup berat, akhirnya Luke ditinggal sendirian di dalam ruangan tersebut. Ia termenung dengan pandangan kosong ke arah pintu. Otaknya sibuk menimbang. Misi Christoper kali ini sangat menguntungkan. Namun sebelum itu, siapa yang layak untuk dibawa kembali bersama pria tersebut? Dirinya atau Ciel?Ciel punya banyak poin. Dia pasti bisa dengan mudah kembali. Sedangkan aku?Luke memejamkan matanya saat bayangan Joan yang memakai tubuhnya itu mulai melintas di pikiran. Joan bukan lawan yang bisa diremehkan. Apalagi setelah pria itu menggadaikan jiwanya pada ular mata air.Luke mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Lalu ia mulai memukul selimut yang membalut tubuhnya."Sial! Dia pasti punya banyak mana dan kekuatan!" rutuk Luke."Aku juga ingin kembali. Tapi aku tidak bisa membiarkan Ciel tertinggal di sini bersama pria gila itu!"Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Secepat mungkin Luke menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia memejamkan matanya dengan paksa

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   73. Diskusi Bersama Christoper

    "Buka mulutmu."Luke menggeleng pelan, ia mendorong pelan sendok yang sudah ada di depan mulutnya. Sejak tadi Ciel tidak mau mengalah. Ia terus memaksa Luke untuk menerima suapan darinya."Aku bisa makan sendiri Ciel," ujarnya.Ciel mendengus pelan. "Apa salahnya sih? Aku cuma mau membantumu makan.""Tapi ...."Luke tidak melanjutkan ucapannya. Ia melirik Caroline yang duduk di sofa tanpa merasa terusik. Gadis itu tengah membaca sebuah buku tebal."Satu suapan saja. Kamu mau 'kan?" tanya Ciel.Akhirnya Luke mengalah. Ia membuka mulutnya dan membiarkan bubur itu masuk. Sontak Caroline menutup bukunya dengan keras. Kini pandangan gadis itu sudah benar-benar teralihkan pada Luke dan Ciel."Aku akan datang lagi nanti malam," ujar Caroline sembari bangun dari tempat duduknya.Ciel mengerutkan dahinya. "Kau sudah mau pulang, Caroline? Tapi kau 'kan baru saja datang."Caroline tidak menjawab. Kini pandangannya hanya tertuju pada Luke. Pria itu tidak mengatakan apa pun, padahal ia sudah mau p

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   72. Menghindari Caroline

    "Jo-Joan!" cicitnya."Pergi kau sialan!" bentak Luke.Caroline berusaha keras untuk mendorong tubuh Luke, namun sia-sia saja. Tenaga pria itu jauh lebih besar darinya. Lima menit berlalu, Caroline membiarkan Luke terus menekan tubuhnya. Perlahan tubuh Luke bergerak menyingkir. Namun tatapan pria itu masih terpaku padanya. Dahinya berkerut seolah menajamkan pandangannya."Joan?" panggil Caroline.Bukannya menjawab, Luke justru langsung pergi meninggalkannya. Pria itu setengah berlari keluar dari ruangannya.~~~"Selamat sore!"Luke sontak menoleh ke arah pintu yang mulai terbuka. Nampak Ciel sudah sangat sehat dan bertenaga. Gadis itu melambaikan kedua tangannya. Senyum Luke langsung mengembang, ia merasa sangat senang karena gadis itu berhasil diselamatkan.Setelah menutup pintu, Ciel berlari kecil menghampiri Luke. Lalu ia duduk di kursi yang sudah disiapkan. Senyumnya perlahan luntur saat melihat luka yang ada di tangan Luke. Ia merasa tidak enak karena sudah membuat pria itu mendap

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   71. Pertemuan dengan Christoper Brandon

    "Lama tidak bertemu, pria yang tidak kuat minum."C-Christoper Brandon?!Klosa langsung berontak. Ia berusaha melepaskan cengkraman Christoper dari wajahnya. Namun bukannya terlepas, cengkramannya justru semakin menguat."Di mana orang berwajah Joan itu berada?" tanya Christoper Brandon.Klosa mengerutkan dahinya. "Siapa orang berwajah Joan? Saya tidak tahu!""Beraninya kau berbohong!"Kali ini Christoper menurunkan cengkramannya ke leher Klosa. Ia menahan kekuatannya agar pria itu tidak mati tercekik. Sebab ia melakukannya hanya untuk menakut-nakuti Klosa."Mustahil kau tidak tahu. Kau selalu mengikutinya!" seru Christoper."Kalau maksud Anda itu Tuan Joan, saya tahu! Tapi dia memang Tuan Joan, bukan hanya mirip.""Ya, anggap saja begitu. Jadi kau tahu dia ada di mana?""Ada urusan apa mencariku sampai menyiksa orang tidak bersalah seperti itu?"Christoper langsung melepas cengkramannya dari leher Klosa. Senyumnya perlahan mengembang begitu melihat sosok Luke berdiri di ujung jalan.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status