Share

Bab 3 Sua Di Pukuli

   "Bagaimana Tabib?," tanya Lili dengan cemas. "Dia akan baik-baik saja jika dia siuman, berikan ramuan ini, ini berisi obat untuk menurunkan panas," ujar Tabib. Setelah itu dia pun pergi.  Ketika dia keluar dari Kamar Putri Tertua, "Kasihan sekali Putri Tertua Kediaman ini,  sejak ibunya meninggal semua anggota keluarga ini mengabaikannya," batin Tabib. 

   Pelayan Sua melihat tumpukan obat dan memasukan bubuk obat yang tersimpan di bajunya kedalam obat-obatan milik Putri Tertua.

   Sementara Lili memeras kain, lalu menaruhnya di kening Putri Tertua agar panasnya cepat turun. 

   Kesadaran Meiyin perlahan pulih, dia membuka matanya. "Nona sudah bangun, Nona sudah sadar, lihatlah Kak Sua." Sua menoleh dan melihat Meiyin dengan jijik. "Seekor tikus yang sudah di pukuli bahkan menceburkan diri ke danau pun bisa bangkit dari kematian."

   "Dan kenapa Kau begitu bahagia dia bangun, seharusnya dia mati, maka kita bisa melayani Putri Ketiga dari pada harus menjadi pelayan Nona Tertua yang tidak berguna seperti dia."

   Keberanian dan kesombongan dari pelayan ini membuat Meiyin berdecak kagum.

   Meiyin mengukur penampilan pelayan ini, dia menggunakan Pakaian Putri Tertua yang lebih bagus, dan memberikan yang buruk kepada Tuannya. "Rong Meiyin ini memang benar-benar lemah dan mudah di tindas, lihat bagaimana cara aku mengajari pelayan ini," ujarnya pelan.

   Lili yang di dekatnya mendengar cukup jelas gumaman Putri Tertua yang terlihat berbeda kali ini. Rong Meiyin perlahan mendekati Pelayan Sua. Tatapan Meiyin yang tajam membuat nyali Sua menciut. "Sial,  hanya melihatnya aku merasa takut, tatapan lemahnya berubah menjadi menakutkan seperti ini, ah aku tidak boleh gentar".

   "Kenapa kau mendekat?," dengan gaya pelayan yang seperti Tuan rumah ini membuat Meiyin Muak. Dia pun menjambak rambut Pelayan Sua dan membenturkan kepalanya berkali-kali ke dinding dengan sekuat tenaga sehingga wajahnya berubah jelek, penuh luka, dan memar. 

   "Beraninya kau melukaiku, seekor tikus got sepertimu berani menyentuhku." Teriak Pelayan Sua yang terhuyung - huyung berjalan mendekati Rong Meiyin. Tangannya terulur ingin mencekik Rong Meiyin, tapi segera di tangkap oleh Meiyin.

   Dia menjatuhkan Pelayan itu kelantai dan berkali-kali menginjaknya. "Ahh sakit, pinggangku, perutku sakit." teriak Pelayan mengerang kesakitan. 

   "Bukankah kau suka menyiksaku seperti ini, aku hanya mengembalikan rasa sakitku ini padamu." Rong Meiyin lalu menendang Pelayan Sua hingga dia terlempar keluar kediaman. 

   Pelayan Sua bangkit perlahan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. "A..aku akan melaporkan ini pada Putri Ketiga." dengan tertatih-tatih Pelayan Sua meninggalkan Kediaman Putri Tertua. 

   "Nona… Nona hebat sekali, tapi tunggu sebentar Nona masih demam, cepatlah berisitirahat," Lili gembira karena perubahan Nona Tertua, tapi dia juga khawatir dengan kesehatan Meiyin. 

   Meiyin hanya tersenyum melihat Lili, dia masih ingat ketika Lili dan Mili di bawa ke kediaman dan menjadi teman Rong Meiyin. Hanya mereka yang menjadi pelayan sekaligus teman bagi meiyin yang lemah lembut. 

   Tidak ada yang tahu bahwa Lili dan Mili sebenarnya bersaudara, mereka adalah anak Pelayan dari ibunya. Lili anak yang lemah sama Seperti Rong Meiyin, sedangkan Mili lebih kuat karena memiliki sedikit keahlian bela diri dan lebih kuat. 

   "Bagaimana keadaan Mili?, tanya Meiyin". Lili terlihat sedih dan akan menangis, "Tenang saja, aku pasti akan membawa Lili kembali." Meiyin memegang kedua tangan Lili, terlihat senyum mengembang dan binar di matanya.

   Brak!!! Terdengar gebrakan dari Pintu pagar di depan kediaman. "Nona sepertinya Putri ketiga datang, sebaiknya biar hamba menghadangnya untuk sementara waktu," Lili terlihat begitu cemas.

   "Tidak, kita gunakan rencana yang tadi sudah aku katakan."

   "Tapi Nona…." Belum sempat dia meneruskan kata-kata Putri Ketiga masuk sembrono ke kamar Meiyin. 

   "Uhuk, uhuk, uhuk… ada apa adik ketiga kemari?" Putri Ketiga Rong Yue You menatap Meiyin dengan penuh penghinaan dan jijik enggan untuk mendekat. 

   "Aku dengar dari Sua kalau kakak memukulinya hingga babak belur."

   Sua di sebelahnya mulai bicara dan berteriak, "Benar Nona dia yang melakukan semuanya," Sua menunjuk Meiyin. "Diam." Teriak Rong Yue You membuat Su terdiam dan hanya meringis kesakitan. 

   Meiyin mulai terbatuk-batuk dan mengatakan dengan lemah, "adik,  bagaimana mungkin aku yang lemah ini memukulinya, untuk bicara saja ini sudah terasa berat."

   "Uhuk, uhuk, uhuk, aku pun baru sadar dari koma, aku masih lemah dan hampir sekujur tubuhku penuh luka, bagaimana mungkin aku bisa memukuli Sua yang sehat dan Kuat."

   Rong Yue You memicingkan matanya dan bertanya, "lalu luka Sua ini di dapat dari mana?, " Nada suaranya begitu sombong seakan Yue You bicara pada pelayan. 

   "Adik Pasti sering mendengar rumor bahwa Kediamanku ini berhantu, dan beberapa pelayan sering mendengar atau bertemu hantu di sekitar kediamanku."

   "Itu benar adanya, aku sering di ganggu dan tadi aku melihat Sua di kerjai oleh hantu tersebut dan di tendang ke halaman, kalau adik tidak percaya, adik bisa bertanya kepada Lili."

   Wajah Meiyin yang pucat dan berkeringat, apalagi sebelumnya tabib memeriksa dan membalut luka-lukanya. Memang sangat tidak mungkin jika Sua di pukuli sampai babak belur oleh Meiyin, dan tidak mungkin juga di pukuli oleh Lili yang sama lemahnya seperti Meiyin. 

   "Adik sepertinya harus cepat pergi, uhuk uhuk uhuk, bukan apa-apa hanya Kakak sedang sakit takut menularkan kepada adik."

   "Kakak juga takut, pengaruh buruk kediaman ini akan menimpa adik atau Roh hantu itu menganggau adik." Terlihat Meiyin seolah-olah perhatian. 

   "Ehm, terimakasih atas perhatian kakak." Yue You melihat Sua dan menamparnya sekuat tenaga. "Kau membohongiku, Pelayan bawa Sua untuk di interogasi."

   "Lihatlah Kakak, aku yang berkuasa di Kediaman Rong ini, bahkan aku bisa memukul pelayanmu sesukaku." Yue You tersenyum sinis lalu pergi dan di iringi isak tangis Sua.

   Meiyin mengambil beberapa batu Kecil dan melemparnya pada Rong Yue You, Kedua pelayan setianya, dan juga Sua. 

   Bruk!!! Mereka jatuh bersamaan, dan kebetulan di halaman itu ada beberapa kotoran ayam yang mengotori Baju Rong Yue You, dan para pelayannya. 

   "Siapa,,, siapa yang melempar." Rong Yue You melihat ke kanan dan kekiri tidak ada siapapun. "Nona ketiga, jangan-jangan benar apa yang di katakan oleh tikus got itu, kalau di sini berhantu." jawab seorang pelayan. 

   Rong Yue You mulai merinding, bulu kuduknya berdiri tapi Sua malah bicara kalau itu perbuatan Meiyin. "Tutup mulutmu, siapa yang akan percaya kalau Tikus got tak berdaya itu bisa melakukan ini, aku lebih percaya kalau hantu yanh melakukan ini semua."

   "Bau busuk apa ini?!"

   "Aghhhhh Tahi Ayam, uwek,,,, uwek,,,," Beberapa kali Rong Yue You muntah karena Kotoran Ayam menempel di baju mahalnya. 

   "Ini semua gara-gara kau aku harus terkena sial seperti ini," Rong Yue You menjambak rambut Sua. Mereka pun segera berdiri dan berlari kembali ke kediaman Rong Yue You. Kehebohan itu pun menjadi pembicaraan semua pelayan di kediaman.

   Setelah rombongan Rong Yue You pergi. Gelak tawa terdengar di kamar Meiyin. Lili dan Meiyin tertawa terbahak-bahak. Melihat kesialan Rong Yue You dan pelayannya. 

   "Nona, Nona menjadi seperti orang lain, jika nona yang dulu tidak mungkin akan memiliki keberanian seperti ini, apalagi Keahlian seperti tadi, bukankah Nona tidak pernah belajar beladiri?," tanya Lili penasaran. 

   Meiyin tersenyum lembut, "semua orang bisa berubah apalagi sejak aku selamat dari danau, selama aku koma aku bermimpi jika aku bereinkarnasi,… " Meiyin menceritakan pengalaman Rong Meiyin yang asli saat bereinkarnasi.

   Meski ada beberapa peristiwa yang tidak di mengerti Lili, tapi wajahnya selalu berubah-ubah kadang senang, sedih, kaget, cemberut, terakhir menangis penuh air mata. 

   "Kenapa Nona di mimpi begitu menyedihkan," Lili kembali menangis, kemudian di tenangkan Oleh Meiyin. "Percayalah padaku, aku tidak akan lemah dan mudah di tindas lagi, akan berubah mulai hari ini."

   Lili mengangguk lemah, meiyin menceritakan kisahnya berjam-jam hingga perut mereka berbunyi tanda Kelaparan.

   Mereka lalu tertawa bersama. Tanpa mereka sadari sedang di awasi oleh 2 pria. Dari sebuah pohon di sekitar kediaman. "Tuan ini tidak masuk akal, tapi….."

   Pria itu menoleh dan berkata, "Apa yang Kau lakukan, cepat selidiki, aku akan mengawasi perempuan itu dari sini."

  "Baik Pangeran." Pria berpakaian serba gelap itu pergi meninggalkan Pangeran yang masih berdiri melihat kedalam kediaman Rong Meiyin. 

   Merasa di tatap oleh seseorang Meiyin Segera melihat jendela, beberapa puluh meter kearah sebuah pohon yang besar dan rindang.

   "Seperti ada yang mengawasiku, apa perasaanku saja?,"

   Pangeran bersembunyi di balik pohon. "Sial, tajam sekali penglihatan wanita ini, padahal dia tidak memiliki ilmu beladiri dan lemah seperti itu." ujar Pangeran pelan. 

**

"Keluarlah," ujar Pangeran Yan zhen dengan suara yang dingin. Tapi tidak membuat pelayan itu merasa sedih melainkan tersipu malu karena dia melihat hampir seluruh tubuh Pangeran yang akan mandi berendam. 

Setelah selesai mengurus air untuk mandi, Pelayan itu mengintip sedikit dada sebelah kiri Pangeran sebelum pergi dan terkejut sesaat lalu segera pergi. 

Di tempat berkumpulnya pelayan

"Ternyata ucapan kalian benar, Dada kiri pangeran memiliki nama seorang wanita, namanya Meiyin."

"Siapa meiyin yang begitu beruntung bisa mendapatkan hati pangeran." Gosip mereka dengan antusias. Tiba-tiba seorang pelayan datang dan ikut bicara. 

"Meiyin ini nama yang cukup langka tapi aku seperti pernah mendengar namanya, dimana ya." Pelayan yang baru saja ikut berbicara terlihat berfikir keras.

Wen Ying, Tangan Kanan Pangeran Yan Zhen kebetulan lewat dan tak sengaja mendengar obrolan ini. Dia menganggapnya seru dan mendengarkannya diam-diam. Jika ada sesuatu yang penting mungkin bisa di laporkan pada Pangeran.

"Ahh, aku ingat," Wajah Pelayan itu tiba-tiba berubah jelek dan pesimis. "Tapi tidak mungkin dia, Rong Meiyin anak Pejabat Menteri Tingkat 2 Rong Haocun. Dia adalah Putri Tertua."

"Wah, apakah dia cantik,"

"Apakah dia kaya?, apa dia menguasai berbagai alat musik seperti anak pejabat lainnya." Tanya Pelayan lain penasaran. 

Wajah pelayan itu mengejek, dia lalu berkata, "Tidak, tidak sama sekali, Dia adalah Putri Tertua yang di kucilkan karena lemah dan sering di tindas bahkan oleh pelayan seperti kita sejak Ibunya meninggal."

"Selain itu tubuhnya kurus dan pucat, bajunya lebih buruk dari pelayan, lalu kediamannya juga berhantu. Mana mungkin Putri seperti itu yang akan menjadi Nyonya kita."

"Selain itu aku mendengar dia baru saja di hukum dengan 30 pukulan kayu, serta mencoba bunuh diri dengan menenggelamkan diri di danau."

"Yah tidak mungkin Wanita seperti itu, Pangeran selalu dingin dan martabat, pasti akan mendapatkan Nyonya yang sepadan." ujar pelayan lainnya. 

Hingga obrolan mereka pun terhenti karena kemunculan Wen Ying yang memerintahkan mereka segera bekerja. "Jangan hanya bergosip saja cepat bekerja."

Mereka pun membubarkan diri dan Wen Ying melaporkan pembicaraan para pelayan pada Pangeran Yanzhen. 

   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status