“Siapa perempuan yang tidak benar Ma? Apa Mama lupa dirimu yang dulu juga perempuan yang tidak benar? Apa Mama lupa dulunya sudah bersuami namun masih berani selingkuh?” Bu Melati yang mendengar suara itu segera berbalik menghadap ke asal suara sehingga dia lupa mematikan teleponnya.“ Pa, apa- apaan kamu? Bukannya kita melakukannya suka sama suka? Ingat ya Pa saya melakukannya atas dasar cinta. Jadi, tak perlu ungkit-ungkit masa lalu.” Bu Melati yang murka bersiap meninggalkan Suaminya yang masih berdiri mematung menghadapnya.“ Jangan pergi kamu Melati! Dengarkan aku. Rianti tetap akan menikahi Rustam. Jika Mama menghina Rianti sebagai perempuan yang tak benar lalu, apa bedanya dengan dirimu. Rustam harus pulang menyelesaikan ini.” Rustam telah mendengarkan semuanya. Ternyata apa yang selama ini dikatakan Ibunya padanya bahwa dia mempunyai saudara tiri dari Ibunya adalah bentuk sikap dari keegoisan Ibunya.Bu Melati bercerita pada Rustam bahwa dia sebelumnya pernah menikah namun di
Semakin hari usia kandungan Rianti semakin bertambah. Begitu pula ukuran janin yang ada di kandungnya.Akhir-akhir ini dirinya lebih memilih berdiam diri di rumah sambil membantu Ibunya yang sibuk jualan.Ocehan orang di luar sana tentangnya tak dihiraukan lagi. Dirinya harus bangkit untuk menjadi wanita yang tangguh. Andai saja dia tidak terlena dengan mulut manis Rustam, mungkin dia tak akan menanggung akibatnya.Di tengah malam Bu Lasmi Ibunya Rianti, terbangun dari lelapnya untuk melakukan salat tahajjud. Rianti yang secara tak sengaja terbangun olehnya.Sepintas doa Ibunya samar- samar terdengar di indera pendengarannya. Dirinya berusaha menenangkan diri kemudian, bangun mendekati Ibu.“Kali ini hamba sebenarnya sudah tak sanggup memikul beban ini. Menanggung aib hingga mendengar cemooh orang-orang, Kuatkan tubuh dan iman ini ya Allah semua kuserahkan padamu.” Sejenak Rianti mendengar doa Ibunya. Air mata mengalir membasahi pipi. Selama ini dia melihat Ibunya sosok yang kuat, da
Kali ini Gilang sudah tidak main- main dengan ancamannya. Semuanya dilakukan demi Rianti agar bisa melahirkan anak yang punya Ayah.“Baiklah, kali ini Ibu harus menuruti apa maumu. Tapi, setelah Rianti menikah dengan Rustam, Ibu mohon menjauhlah dari kehidupan kami,” balas Bu Melati dengan tegas. Rianti kini bisa bernafas lega setelah mendengarkan langsung percakapan antara Gilang dan Ibu kandungnya. Tak disangka Gilang bisa setegas ini pada Ibu kandungnya yang baru Beberapa kali ditemuinya itu.Beberapa saat kemudian suami Bu Melati keluar dengan membawa ponselnya.“ Maaf, membuat kalian berdua harus menunggu. Kalau boleh tahu anda sepupu Rianti yang selama ini tinggal di mana? Karena selama Ibunya Rianti jadi buruh cuci kami wajah anda belum pernah terlihat. Jadi, wajah anda masih terasa asing pada kami,” ucapnya sambil mendekatkan bokongnya untuk duduk di sofa.“Aku...aku sepupu Rianti yang selama ini kuliah di Jogyakarta Pak. Saya memang jarang pulang ke sini karena saya sibuk ke
“ Eits! Kenapa harus kesal dengan anak saya. Ingat ya Bu Lasmi, kejadian ini tak akan terjadi jika si Rianti juga tidak mau. Jadi, tak perlu saling menyalahkan,” balas Bu Melati sambil memainkan kipasnya.Kedatangan mereka kali ini disertai adik kandung dari Ayahnya Rustam sebagai saksi peminangan dan langsung melakukan kapan diadakan pesta perkawinan antara Rustam dan Rianti.Sementara di rumah Rianti ada beberapa tetangga yang berdatangan dan pak RT untuk sekedar mendengar kapan acara pernikahan mereka akan diadakan.“Bu, sudah stop! Bapak tak mau ribut- ribut lagi. Pokoknya kali ini harus kelar kita bahas berapa uang Panainya dan kapan diadakan pestanya.” Ayah Rustam semakin tegas dengan keputusannya.Dia tak mau diperlama- lamakan lagi. Karena dia malu, jika anak yang dikandung Rianti akan lahir sebelum acara resepsi pernikahan diadakan.“Pak Haikal dan Bu Melati. Sebagai orang tua dari Rustam, aku mohon uang Panainya diperbanyak dikit ya. Karena, harga bahan- bahan kebutuhan y
Ayah Rustam dan Ayah Gilang kini hanya bisa saling memandang. Sebelumnya Gilang sudah mengetahui dari Ayahnya kisah masa lalu mereka yang tega menusuk Ayahnya dari belakang.Ayah Rustam yang dulunya adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Ayahnya, dengan tega diam- diam berselingkuh dengan Ibunya setelah menipu Ayahnya.“Kamu...Ayahnya Gilang?” tanya Ayah Rustam.“I- iya saya Ayahnya. Kenapa?” “Aku...hanya heran saja. Karena Rianti bisa dekat sama Gilang,” ucapnya dengan gugup.Ayah Gilang segera berdiri kemudian ingin meninggalkan tempat itu. Namun, tangannya ditahan oleh Ayah Rustam.“Bisakah kita bicara? Sudah lama kita tidak bertemu. Aku ingin hubungan kita seperti dulu.” Dipegangnya tangan Ayahnya Gilang. Namun, kali ini Ayah Gilang berusaha menghindari.“Maaf, saya tidak punya waktu untuk orang yang suka berkhianat di belakangku,” ucap Ayah Gilang.“Anwar! Kumohon sisakanlah waktumu untukku. Aku ingin menjelaskan semuanya. Sudah lama aku menantikan momen ini,” bujuk Ayah Rust
Diciumnya pipi kedua bayi mungil tersebut. Kemudian digenggam telapak tangan mungilnya.Sesekali Ayah Gilang berbicara dengan Rianti dengan sedikit menyinggung Ayah Rustam yang dulu adalah sahabat sekaligus orang kepercayaannya yang tega berselingkuh dengan mantan istrinya.“Rianti, yang sabar ya Nak! Hanya orang – orang yang tak bertanggungjawab dengan tega menelantarkan cucu dan tidak mau menikahi anak orang yang sudah dihamili.” Sesekali diliriknya Ayah Rustam dengan tatapan sinis.“semoga saja, anak saya Gilang bukan orang yang pecundang yang tega menelantarkan anak orang yang sudah dihamili,” lanjutnya.Tatapan Bu Lasmi semakin membara saat Ayah Gilang berkata demikian. Dirinya sudah paham siapa yang dimaksudnya. Karena semua sudah pernah didengarnya langsung dari Rianti. Kini dirinya hanya bisa diam seakan tak tahu kisah silam antara mereka.“Pak Haikal, Pak Anwar, saya permisi dulu mau menyelesaikan admistrasi anak saya,” ucap Bu Lasmi seraya meninggalkan mereka yang ada di sit
“Wanita penghianat masih saja berani muncul di hadapanku dan berani mengganggu kehidupan kami lagi rupanya.” Pak Anwar yang tiba- tiba mengepakkan kedua tangannya seraya menahan emosi mendengar kalimat yang barusan didengarnya dari mantan istrinya itu “ Dia anakku, meskipun kamu yang membesarkannya. Jadi aku punya hak untuk tidak setuju dia tidak boleh menikah dengan Rianti.”“Hentikan sikap egoismu itu. Bukankah kamu sudah menganggap selama ini Gilang telah mati? Wanita seperti kamu tak pantas untuk menjadi Ibunya Gilang.” Dimajukan langkahnya untuk mendekati Bu Melati .“Hentikan Bu! Kumohon jangan ganggu kehidupan kami. Karena selama ini aku hanya hidup dengan Ayah. hidupku sudah tenang dan tak butuh Ibu.” Ditariknya lengan Ayahnya yang menahan emosi.“Pergilah kau melati. Jangan sampai aku merebut paksa semua yang sudah kau ambil dari diriku dulu.”Ayah Gilang semakin emosi karena kehadiran mantan istrinya itu.“Baiklah aku akan pergi, jika Gilang masih berani mendekati Rianti,
“Rianti, aku datang!"Rianti yang mendengar suaranya Mas Rustam segera keluar untuk menghampirinya.“I- iya Mas, saya...lagi sibuk mengurus bayi kembar kita.” “Bayi kita? Itu bukan bayi kita tapi bayi kamu. Kita kan belum menikah untuk apa bawa-bawa namaku,” ucap Rustam dengan lantang.“Istigfar Mas, Rianti sadar selama ini diriku terlalu bodoh mengharapkan cinta orang kaya seperti Mas. Tapi satu hal yang Mas tau Rianti mau bertahan karena Mas yang tajk mau putus dariku. Di saat aku sudah melahirkan anakmu, barulah sekarang Mas mau menghindariku.” “ Alah, itu dulu. Waktu aku masih jadi pria bodoh mau pacaran dengan wanita bodoh sepertimu. Sudahlah tak usah dibahas lagi aku muak.” Kali ini sikap Rustam semakin menjadi.Suaranya yang keras membuat bayi kembar Rianti di dalam yang sedang tidur jadi terbangun.Dirinya segera masuk ke dalam menenangkan anaknya yang menangis.Melihat Rianti masuk, Rustam segera mengikutinya dari belakang. “Tujuanku kemari untuk mengatakan jika kamu siap