共有

BAB 6

last update 最終更新日: 2024-02-01 13:24:22

“ Ibu!”

Gilang segera melepaskan pelukannya. 

“ Bu, Pao- Pao anak Ibu.” 

Serentak Bu Melati terdiam kaget mendengar Gilang menyebutkan nama kecilnya. 

“Apakah Ibu tak merindukan Pao Bu.” Kini Gilang tenggelam di pelukan Bu Melati.

Tangisanny pecah, ketika anak dan Ibu yang sudah terpisah puluhan tahun lamanya kini dipertemukan dalam keadaan seperti ini. 

“Ma-maafkan Ibu Nak! Bukan maksud Ibu yang tega menelantarkan kamu. Tapi... Ayahmu sudah tak menginginkan kehadiranku.” Kini kedua Ibu dan Anak tersebut larut dalam pelukan . 

“Bu, Gilang kangen dengan Ibu. Setiap malam Gilang sering mimpikan Ibu. Hari ini mimpi Gilang jadi kenyataan.” Tangisannya semakin pecah ketika Gilang mengutarakan isi hatinya. 

Bu Melati semakin mendekap Gilang dalam pelukannya. 

Selama ini Karena keegoisannya dia sampai lupa bahwa dirinya masih mempunyai satu anak lelaki yang tak dianggapnya ada.

Beberapa saat kemudian pelukan anak dan Ibu yang baru bertemu itu terhenti oleh kedatangan perawat yang masuk ke dalam ruangan Gilang. 

“Permisi Pak Dokter, ini laporan yang Bapak minta." Diberikannya laporannya tersebut kemudian meninggalkan tempat itu. 

Kini Bu Melati dan Gilang terdiam. Suasana hening mulai terasa. Kemudian Gilang memulai pembicaraan lagi. 

“Ibu...kenapa bisa ada di sini?” 

“Ibu mengantar anak Ibu yang sakit. Namanya Rustam.” 

“Rustam? Apakah dia saudara tiriku?” tanya Gilang memastikan. 

“I-iya, dia anak Ibu dengan suami kedua. Ibu harap kalian bisa saling menerima.” 

“Gilang menerima dia Bu sebagai saudara tiri, boleh tahu dia sakit apa?”

“Adik kamu, sakit  Minum obat hama dan... 

“Dan apa Bu?” tanya Gilang lagi karena penasaran. 

“Dia... Mencoba bunuh dir hanya karena mempertahankan seorang wanita.” 

“Astagfirullah! Aku ingin jenguk dia Bu! Dia juga adikku. Tapi, sebelumnya Gilang tulis resep untuk dia dulu ya.” Diambilnya kertas selembar kemudian segera menulis resep obat untuk adik tirinya Rustam. 

Kini Gilang sudah berada di ruangan Rustam dirawat. Segera dirinya melangkah mendekati adik tirinya yang masih tertidur lelap tersebut.

 

Di peluknya Rustam. Namun, pelukan Gilang membuat Rustam terbangun. 

“Si-siapa anda?” 

Belum sempat menjawabnya, kini Bu Melati mencoba menjelaskan ke Rustam agar anaknya tidak salah paham dan menerima Kakak tirinya yang selama ini tak pernah dianggap ada. 

“Dia... dia Kakak kamu, Tam!” jelas Bu Melati. 

“Apa?Kakak?” tanya Rustam dengan spontan. 

“I-iya Tam, selama ini aku tak memberi tahu kalian jika, sebelumnya Ibu pernah menikah dan punya anak sebelum kamu.” Ibu menghapus air matanya lagi ketika mulai mengingat kenangan lama. 

Dirinya yang diusir dari rumah akibat kesalahan yang dilakukannya sungguh kini membuatnya menyesal. Dirinya, sangat menyesal menelantarkan anaknya buah hati dari suami pertamanya. 

“Maafkan Ibu, Nak! Ibu, tak pernah jujur pada kalian.” Di peluknya kedua putranya itu sebagai rasa rindu yang terpendam selama bertahun-tahun dinantikan. 

Malam hari tiba, keringat dingin menyelimuti tubuh Rustam. Di dalam mimpi dirinya, terus menyebut nama Rianti.

 

“Rianti! Rianti mohon jangan tinggal aku?” Berulang kali, nama Rianti disebutnya. Ibunya yang mendengar itu seketika terbangun. 

Indra pendengarannya digunakan sebaik mungkin agar dirinya tak salah dengar. Benar saja nama Rianti yang disebut-sebut membuat hati Ibunya tak bisa berbuat apa ketika anaknya ketika terus menyebut nama Rianti. 

“Tam! Tam! Istigfar Nak! Kamu lagi mimpi.” Perlahan-lahan didekati nya tubuh anaknya yang terbaring itu. 

“Rianti! Rianti! Jika kamu tak peduli lagi denganku kamu akan melihat mayatku yang terlanjur cinta denganmu,” ucap Rustam di dalam mimpi. 

Ibunya yang mendengar ucapan Rustam semakin bingung dengan cinta anaknya terhadap Rianti gadis miskin yang selama ini tak diinginkan untuk jadi kekasih anaknya. 

Keesokan harinya ketika bangun pagi tubuh Rustam menggigil demam. Dipanggilnya Ibunya yang sejak tadi tertidur di sampingnya. 

“Bu! Bu! Rustam demam.” Dipegangnya tangan Ibu yang menindih tangannya. 

Beberapa saat kemudian Ibu terbangun. Digosok matanya yang masih menahan kantuk. 

“Kenapa Tam?” tanya Ibu. 

“Aku mau...Rianti Bu, bisakah dia diajak,  kemari? Aku ingin bertemu dengannya Bu, pinta Rustam. 

Ibunya hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan kemauan anaknya. 

Melihat tingkah anaknya Bu Melati tetap menuruti apa yang anaknya lakukan agar dirinya tetap sembuh.

Diteleponnya Rianti dan menyuruhnya datang ke rumah sakit untuk bertemu Rustam. 

Tak berselang waktu lama, Rianti datang dan berdiri di depan pintu kamar tempat Rustam dirawat. 

“ Assalamu’alaikum!” 

“Wa’alaikumussalam, ayo sini masuk!” Bu Melati menyuruh Rianti masuk dan duduk di sampingnya. 

“Ini ada makanan sedikit buat Mas Rustam Bu.” Ditaruhnya makanan dalam kantong kresek itu di atas lemari samping tempat tidur Rustam. 

“ Ayo sini duduk,” Pinta Bu Melati. 

Rianti mendekatkan bokongnya di kursi samping Ibunya Rustam. 

“Kenapa duduk menjauh, Riantiii?” Dirinya sedikit emosi melihat Rianti yang duduk menjauhinya. 

“Ma- maaf Bu, aku... Pindah kalau begitu.” Kini Rianti duduk bersebelahan di kursi panjang dengan Ibunya Rustam. 

“Sejauh mana kamu mencintai anak saya,” tanya Bu Melati dengan tatapan yang tajam ke arah Rianti. 

“Bu, Rianti kemari karena aku yang memintanya,” bela Rustam. 

“Sebagai Ibu kamu diriku juga berhak bertanya padanya. Kenapa?” jawab Bu Melati yang tak mau kalah. 

“Permisi Bu, saya rasa waktunya kurang tepat dengan kedatangan saya kali ini.” Rianti segera berdiri namun tangannya dipegang oleh Bu Melati. 

“ Eh, yang sopan kamu! Belum jadi menantu sudah mulai melawan.” Kekuatan tangannya terlepas karena ditepis oleh Rianti. 

“Kamu sendiri lihat kan Tam! Wanita ini tidak pantas masuk di keluarga Kita!”

Lagi-lagi kalimat yang keluar dari mulut Bu Melati membuat hati Rianti sakit bagai disayat sembilu. 

“ Maaf Bu, sudah berulang kali kukatakan hubunganku dengan Mas Rustam sudah selesai. Jadi Ibu tak perlu risau dengan hubungan kami.” Dirinya keluar tanpa pamit pada Ibu dan Anak yang ada di ruangan tersebut.

Lagi-lagi kalimat pahit harus di dengarnya. Tangisan yang sejak tadi di tahannya akhirnya keluar juga. 

Maksud  kedatangannya adalah menengok  Rustam yang terbaring di rumah sakit akibat ulahnya mau memutuskan hubungan tempo hari.

Namun, kedatangannya kali ini ternyata bukan waktu yang tepat. 

Rianti keluar dari ruangan tersebut. Ketika membuka pintu untuk menuju jalan keluar dalam waktu yang bersamaan Dokter Gilang juga masuk ke ruangan Rustam di rawat. 

Namun, secara tak sengaja tubuh Rianti dan Gilang harus bertabrakan disaksikan oleh Rustam. 

“Ah, sakit!” 

“Ma-maafkan aku,” ucap Gilang.

Ketika mereka berhadapan saling memandang dalam jarak sangat dekat kini dengan serentak secara bersamaan.

“Kamu, kenapa bisa di sini?” 

Rangkulan tangan Gilang tak sengaja di lepaskan begitu saja dari pinggang Rianti. Hingga Rianti harus terjatuh ke lantai akibat ulah Gilang yang kaget.

 

“Ah, sakit!” Kini Rianti menahan sakit untuk kedua kalinya akibat jatuh ke lantai

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 36

    “ Ayo masuk, aku mau mengantarkan pasienku. Sejak tadi dia ditinggal suaminya dan pergi bertemu wanita lain.” Ditatapnya wajah Gilang sambil menjelaskan apa yang dialaminya tadi.“ Rustam meninggalkan Rianti demi si Alya, aduh mana dia pakai mobilku lagi.” Ditepuk jidatnya sambil menahan kesalnya.“ Ayo masuk nanti kita jelaskan di dalam mobil saja, aku kasihan sama wanita yang diperlakukan oleh suaminya seperti ini. Apalagi, dia bawa bayi kembar,” ujarnya sambil fokus menyetir.“ Lelaki yang menjadi suaminya adalah adikku Bro, kami seibu tapi sejak kecil aku tak dibesarkan bersamanya,” jelas Gilang meyakini temannya itu.“ Oh, jadi kita harus ke mana dulu apakah mencari mobil kamu atau mengantarkan Rianti dulu?”“ Aku...aku mau pulang ke rumah Bu Melati saja Mas, kasihan kedua anakku jika harus mengikuti kalian mencari Mas Rustam,” pinta Rianti.“Baiklah, sebagai saudara Rustam aku sangat malu melihat tingkahnya yang kekanakan itu. Seharusnya dia bertanggung jawab dengan apa yang dil

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 35

    iiiihhh, berisik. Awas ya, jika dalam waktu lima belas menit dari sekarang kamu tidak kembali ke mobil, aku akan tinggal pergi. Kamu pulang dengan jalan kaki saja.” Dimatikan teleponnya, kemudian menelepon Alya yang sejak tadi merajuk akibat lebih memilih mengantarkan Rianti dari pada pergi kepadanya.“ Al, ma- maaf ya. Aku...”Belum sempat meneruskan pembicaraannya Alya langsung memotong pembicaraannya.“ Aku tak butuh permintaan maafmu Mas, sekarang putuskan saja, kamu memilih Rianti atau kamu kesini antar aku ke rumah sakit. Sejak kemarin aku kurang enak badan Mas,” ungkapnya sambil memegang perutnya yang selalu mual itu.“ Tunggu sedikit lagi ya sayang. Aku...aku pasti kena marah Ibuku jika mengabaikan Rianti. Dia juga istri sahku. Jangan buat aku bimbang diantara dua pilihan.” Digaruk Kepalanya yang tidak gatal itu karena kebingungan.“ Terserah kamu Mas. Aku lelah menghadapi sikapmu ini. Nanti aku minta tolong diantar si Rocky saja ya,” balasnya karena kesal dengan sikap Rustam.

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 34

    Memang benar, kata orang. Kita dihargai Jika kita punya harta,” batinnya Tanpa berpikir panjang lagi dirinya segera pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa diketahui oleh Rianti dan dari pihak keluarga Rustam. Sesakit inikah rasanya, ketika harus mempunyai besan dan menantu dari keluarga kaya. Kukira aku akan dihargai, namun tidak sesuai apa yang diharapkan. *** “ Mas, Hasan anak kita sakit. Bisakah aku diantar ke rumah sakit?” pinta Rianti ke Rustam. “ Aku tak bisa, suruh saja kang Asep antar ke sana,” balas Rustam yang masih berbaring di tempat tidur. “ Mas, Aku tak bisa jika harus dengan Mas Asep ke sana. Siapa yang bantu aku jaga Husein Jika ke sana bersama Mas Asep?” “ Kamu bisa mengerti aku tidak, aku masih capek karena resepsi pernikahan kita kemarin. Pergilah bawa anakmu itu aku masih lelah.” Ditariknya selimut kemudian tidur kembali. “Astagfirullah!" Rianti hanya menggelengkan kepalanya karena marah pada Rustam saat ini tak ada gunanya. Rustam yang semakin

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 33

    Bu- bukan itu maksud saya Bu. Saya hanya...” “Hanya apa? Mundurlah sesukamu. Tapi kembalikan uangku yang sudah rugi karena terlanjur mempersiapkan semuanya.” Rianti hanya terdiam menahan kecewa atas ulah calon mertuanya itu. Dirinya tak berani menatap wajah kedua mertuanya yang saat ini berdiri di hadapannya. “ Rianti! Apa yang terjadi padamu? Kenapa ingin mundur dari pernikahan ini,” ucap Pak Haikal sambil memegang bahu Rianti . “ A-anu Pak, tadi saya mendapatkan informasi kalau Mas Rustam sekarang lagi tinggal bersama Alya di sebuah apartemen. Mas Gilang yang bilang ke aku barusan,” jelasnya. “ Baiklah jika itu yang membuat kamu kecewa. Tapi, sebagai calon mertua kamu, sekali lagi bapak mohon jangan segampang itu mengatakan mundur. Buat kami yakin dengan kemampuanmu untuk menjadi istri Rustam.” “ Baiklah pak, semua ini aku lakukan masih bertahan hanya demi Hasan dan Husein agar mereka bisa punya Ayah,” ujarnya kemudian berpaling menghadap ke putra kembarnya. Rasanya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 32

    Kemudian perawat itu segera keluar dari ruangan tempat bersalin Bu Lasmi. Setelah memastikan semuanya aman, Bu Lasmi diam-diam keluar dari ruangan tempatnya dirawat. Dirinya segera menuju ke kamar bayi. Matanya yang liar ke sana-kemari hanya untuk memastikan semuanya aman. Kemudian, segera mencari bayinya dan bayi Bu Melati untuk ditukar olehnya Tangannya yang masih lemah, berusaha menggendong kedua bayi itu , secepat mungkin dirinya beraksi untuk ditukar olehnya. Terdengar suara langkah kaki dari luar menuju ke kamar bayi. “Ibu mau apa di sini?” ucap salah seorang perawat yang berdiri di depan pintu. “ Oh, sa- saya hanya rindu ingin bertemu anak saya Bu,” jawab Bu Lasmi seraya berbalik ke arah perawat yang berdiri di pintu. “Bu, tidak seorang pun yang bisa masuk ke ruangan ini kecuali perawat. Meskipun, Anda adalah seorang pasien harus sepengetahuan dari pihak rumah sakit dulu baru diizinkan masuk ke sini,” jelas salah satu perawat tersebut dengan tegas. “ Ma- maaf Bu, sa

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 31

    Urus dulu nasibmu Nak. Pastikan kedua anakmu memiliki identitas punya Ayah selanjutnya kamu berpikir bagaimana cara yang terbaik,” balas Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. “ Baiklah Bu, jika ini permintaanmu. Akan Rianti lakukan meskipun saat ini Rianti sudah lelah menghadapi keluarga Mas Rustam. Tapi, Rianti akan berusaha tegar demi kedua anakku,” jawab Rianti berusaha kuat. “ Kamu pulanglah. Bersikap biasa saja ketika menghadapi mereka. Semoga kamu kuat ya Nak.” “ Baiklah Bu, terimakasih selalu ada untuk Rianti. Besok Rianti berkunjung lagi kemari.” Dipegangnya tangan Ibunya yang masih lemah itu. “ Cucu lembar Ibu mana?” tanya Bu Lasmi tiba-tiba “ Oh, mereka sudah tidur Bu. Aku, menyuruh Bik Tum dulu untuk menjaga mereka,” jawabnya Kedua Ibu dan anak itu saling berpelukan untuk saling menguatkan. Tak lupa pula Rianti pamit ke Gilang agar bisa menjaga Ibu. Seperti pesan Ibunya ketika sampai di rumah keluarga Rustam dia bersikap seperti biasa tanpa peduli tatapan mereka ya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 30

    Rianti yang sudah berada di rumah sakit segera masuk ke ruangan Ibunya dirawat. Sementara di sampingnya ada sosok Dokter Gilang yang masih setia menemani. “ Bu, ini Rianti. Kumohon bangunlah!” ujarnya sambil memeluk tubuh Ibunya yang terbaring tak sadarkan diri.“Bu, Rianti mohon sadarlah!” Isak tangisnya membuat seisi ruangan yang awalnya sepi kini menjadi ribut. Perlahan Gilang merangkulnya untuk saling menguatkan. “Rianti, sabar. Semua sudah sesuai kehendak Tuhan. Saat ini, Ibumu perlu istirahat. Pulanglah, ke rumah calon keluarga barumu,” perintah Gilang.“ Ta-tapi Mas, Aku...” “Pulanglah! Kamu tak perlu ragu dengan keadaan Ibumu. Dia hanya mengalami sedikit luka lebam akibat jatuh di lantai licin.” “ Mas, aku titip Ibu ya. Insya Allah besok Rianti balik lagi kemari.” Ditinggalkannya Gilang yang masih setia menemani Ibunya. “Besok, jika dirimu kemari bawalah Hasan dan Husein, sejak kamu pergi meninggalkan rumah Ibu sering bercerita bahwa dia merindukan kedua cucu kembarnya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 29

    Ricko yang merasa kesakitan segera pergi mencari tempat persembunyian yang aman.Dari lantai dua Rustam segera turun ke lantai satu untuk mencari sosok kucing yang bersuara manusia sempat meresahkan dirinya tersebut.Namun, usahanya itu segera dicegat oleh Alya yang tiba-tiba saja memeluknya dengan erat dari belakang.“Sudahlah Mas, tidak usah pedulikan suara itu. Ayo, apakah Mas tidak rindu padaku.” Bisikan Alya tepat ditelinganya semakin membuat hasrat li***onya memuncak. Sehingga Rustam sulit menolak ajakan Alya.Sementara di tempat lain Rianti sedang disibukkan mengurus kedua putra kembarnya. Nampaknya Hasan dan Husein makin suka dengan kehadiran Bu Melati.“Rianti, sebentar kami akan pergi menyiapkan semua keperluan kamu dan Rustam yang akan menikah. Nanti, Hasan dan Husein dititip ke Mpok Iyem saja ya,” ucapnya sambil memegang pundak Rianti.“Ba- baik Bu.” Dianggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.“ Kita tunggu saja sampai sore, jika Rustam belum kembali nanti kamu sama Jing

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 28

    “ Nit, sekarang aku lagi di depan Villa tempat kalian berada. Bolehkah aku masuk?” Sebuah pesan masuk di aplikasi hijau ponsel Anita.Anita yang saat itu sedang asyik memainkan ponselnya tersentak kaget melihat pesan dari Rustam.“ Aduh Mel, gawat!” Sambil memegang kepalanya yang tidak pusing itu.“Kenapa Nit? Apanya yang gawat?” Tiba-tiba Melsi keheranan melihat tingkah Anita.“Rustam sekarang ada di luar Villa ini. Sementara Alya di dalam lagi tidur bareng Ricko. Kita harus bagaimana?” ucap Anita yang kemudian berdiri mondar mandir di ruang tengah.“Begini Nit, alangkah baiknya kita harus beritahu mereka di dalam. Jangan sampai ketahuan Rustam.” Keduanya segera mengetuk pintu kamar Alya dari luar. Namun, tetap saja Alya dan Ricko tak mendengar.“ Mel, kita buka saja pintunya yuk! Siapa suruh tidak dengar teriakan kami,” ujar Anita yang bersiap membuka pintu kamar Alya.“Aduh Nit, jangan sampai si Alya marah cuma karena tingkah konyol kami ya. Coba teriak lagi.“Alya! Alya! Di luar

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status