Share

BAB 5

last update Last Updated: 2024-01-17 14:33:16

Tak terasa waktu pagi telah tiba. Rianti terbangun. Dilihatnya jam di ponsel menunjukkan pukul setengah enam pagi. Masih ada waktu untuk menunaikan ibadah dua rakaat.

Kini dirinya bersiap-siap menghadapi sang Ilahi. Setelah itu dilihat kembali ponselnya. Tampak ada pesan masuk di aplikasi hijau. 

“Sudah bangun, Nti?” 

Rianti yang melihat pesan masuk itu tampak heran. Apakah Dokter Gilang tak takut diketahui oleh istrinya?” batinnya. 

Rianti hanya membaca pesan itu. Kali ini diabaikannya lagi. Karena dirinya mengira dokter Gilang sudah beristri. Takut dicap perebut laki orang. 

Tak berselang lama kemudian Dokter Gilang meneleponnya kembali. Rianti yang melihat nama itu di layar ponsel segera mengangkatnya meskipun ada rasa malas. 

“Assalamualaikum  Pak Dokter!” sapanya

“Waalaikumsalam, bagaimana keadaannya?” tanya Dokter Gilang

“Alhamdulillah Baik, Pak Dokter tidak takut ketahuan sama istrinya  menghubungiku pagi begini?” 

“Apa? Istri? Menurutmu... Apakah aku mirip dengan pria yang sudah beristri?” 

“Aku... aku hanya ingin memastikan saja Pak?” Jawab Rianti gugup. 

“Aku masih lajang Rianti, masih hidup sendiri.” 

Akhirnya pertanyaan Rianti yang selama ini hanya tersimpan di hati akhirnya terjawab sudah. Pantas saja dari semalam sampai pagi ini dia berani mengirimi pesan.

Andaikan dia pria beristri pasti, dia sudah di jewer oleh istrinya. Tanpa sadar Rianti mulai tertawa sendiri. 

“Kenapa tertawa ?” tanya Gilang dengan tiba-tiba. 

“Oh anu Pak, tadi ada kucing lewat,” jawab Rianti asal. 

“Pak, mohon maaf teleponnya kumatikan dulu ya, karena Ibu memanggil.”

“ Oh iya silahkan!”

Entah kenapa sejak mengenal Rianti dari rumah sakit beberapa hari lalu dirinya merasa nyaman. Sikap Rianti yang terlihat sopan dan ramah membuatnya ingin dekat mengenal lebih dekat lagi. 

Selama Rianti dirawat di rumah sakit diam-diam dirinya selalu memperhatikan Rianti yang lagi terbaring. 

Dihembuskannya asap rokoknya di udara sambil memikirkan wajah gadis itu. Rasa penasarannya, semakin menjadi ketika berkunjung ke rumah Rianti.

Alangkah bahagianya meskipun tumbuh dalam keluarga sederhana tapi kasih sayang Ibu bisa dirasakannya. Tak seperti Gilang dari kecil hidup tanpa sosok Ibu. 

Teringat kejadian beberapa tahun silam. Gilang yang masih berusia enam tahun harus rela berpisah dari Ibunya akibat perceraian dengan Ayahnya. 

Ibunya yang selingkuh di belakang Ayahnya ternyata Gilang yang harus mengalami imbasnya akibat perceraian. 

Hingga di usianya yang memasuki kepala empat, dirinya sangat merindukan sosok Ibu yang diimpikannya selama ini.  Melihat Bu Lasmi yang sangat sayang pada anaknya Rianti semakin membuat diri Gilang iri. 

Ingin rasanya setiap hari berkunjung ke rumah Rianti. Sikap keluarga kecil itu membuatnya semakin nyaman. Mengingat sosok Ibunya yang penyayang. 

Beberapa saat kemudian, Gilang menelepon Rianti lagi. 

“Iya, kenapa Pak?” tanya Rianti dari seberang sana. 

“Pagi ini aku boleh sarapan di situ ya?" tanya Gilang. 

“Apa? Kenapa harus di sini?”  Rianti yang tersontak kaget tanpa disadarinya suaranya hampir memecahkan gendang telinga Gilang. 

“Bilang ke Ibu, pagi ini sebelumku berangkat kerja aku sarapan di rumahmu. Titik tak boleh menolak.” Tanpa pamit Gilang langsung mematikan teleponnya kemudian bergegas mandi. 

Kini dirinya bersiap pergi. Beberapa saat kemudian di parkirnya mobil di dekat jalan besar. Kemudian masuk berjalan di gang sempit menuju rumah Rianti. 

“Assalamualaikum Bu,” tanpa menunggu balasan dari dalam Gilang langsung masuk dan membuka sepatu kemudian duduk di ruang tamu. 

“Waalaikumsalam, disalaminya tangan Ibunya Rianti kemudian segera memeluknya. 

Merasa terharu karena selama ini Gilang merindukan sosok Ibu sehingga dirinya harus berterus terang agar Ibu Lasmi tak akan salah paham dengan sikapnya yang berlebihan. 

“Bu, dari kecil Gilang tak punya Ibu! Selama ini aku hidup dalam kesepian. Maukah Ibu menjadikan diriku anak angkatmu?” Dipeluknya dengan erat wanita yang sudah tua renta itu. 

“ Maksud Pak Dokter apa?” 

“Bu, Gilang mohon mulai sekarang jangan panggil diriku Pak Dokter lagi. Panggil aku Gilang! Anggap saja aku anakmu.” 

Bu Lasmi yang mendengar itu hanya terdiam dan membalas pelukan Gilang. Rianti yang baru selesai mandi dan ingin menuju ke kamarnya sejenak terhenti melihat adegan yang ada di depannya. 

“Dokter Gilang!” 

Gilang melepaskan pelukannya hingga membuat Rianti tersipu malu karena hanya menggunakan handuk mandi dan rambutnya yang terlihat oleh Gilang. 

Segera dirinya beranjak pergi masuk ke kamar tanpa perlu menunggu balasan lagi. 

Di dalam kamar Rianti segera mengganti bajunya kemudian beranjak keluar menemui Gilang yang duduk di ruang tamu. 

“Kukira... Bapak hanya sekedar bercanda.” 

“Ma-maafkan aku Rianti, setelah kejadian kemarin dan selama kamu dirawat di rumah sakit. Diam-diam kuperhatikan tingkah Ibu yang selalu sayang padamu. Jujur aku iri denganmu yang bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu. Tak pernah kudapatkan dari kecil.” Disekanya mata yang mulai mengeluarkan air mata itu. 

Rianti hanya terdiam mendengar pernyataan Dokter Gilang. 

“Boleh ya, aku sering-sering berkunjung ke sini? Anggap saja aku juga masih saudara kalian.” Rianti hanya mengangguk sebagai tanda mengiyakan permintaan Dokter Gilang. 

Ibu mengajak mereka berdua sarapan. Selesai sarapan dokter Gilang segera menuju ke rumah sakit. 

***

Seperti biasa, sebelum memulai aktivitas dirinya selalu mondar mandir di depan ruangannya. Sekedar olahraga ringan agar dirinya tetap fresh menangani pasien. 

Beberapa saat kemudian seorang perawat masuk ke ruangannya membawa laporan. 

“Pagi pak Dokter, ini hasil pemeriksaan pasien yang baru masuk kemarin sore.” Diberikannya sebuah Map yang berisi laporan tersebut. 

“Pasien sakit apa Bu?” 

“Sesuai hasil  pemeriksaan Dokter Ferdi kemarin pasien mencoba bunuh diri Pak dengan cara meminum racun hama dan memotong urat nadinya.” 

“Terus pihak keluarga ada?” 

“Ada Pak, lagi menunggu di depan untuk meminta resep obat.” 

“Oke, silahkan suruh keluarga Pasien masuk.” 

Perawat itu segera keluar dari ruangan. Beberapa saat kemudian Bu Melati masuk ke ruangan Dokter Gilang. 

Mata Gilang kini mulai berkaca-kaca melihat wanita yang berdiri di hadapannya. 

Rasanya bagaikan mimpi sosok yang dirindukannya sekian tahun kini dipertemukan di sini. 

“Ibu!” Benar saja mulutnya tak mampu menahan rasa rindu itu. 

“Ka-kamu siapa?” ucap Bu Melati

Tanpa menjawab lagi Gilang langsung spontan memeluknya 

“Hei apa-apaan ini. Hentikan! 

Kini Bu Melati semakin memberontak untuk menghindari Gilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 36

    “ Ayo masuk, aku mau mengantarkan pasienku. Sejak tadi dia ditinggal suaminya dan pergi bertemu wanita lain.” Ditatapnya wajah Gilang sambil menjelaskan apa yang dialaminya tadi.“ Rustam meninggalkan Rianti demi si Alya, aduh mana dia pakai mobilku lagi.” Ditepuk jidatnya sambil menahan kesalnya.“ Ayo masuk nanti kita jelaskan di dalam mobil saja, aku kasihan sama wanita yang diperlakukan oleh suaminya seperti ini. Apalagi, dia bawa bayi kembar,” ujarnya sambil fokus menyetir.“ Lelaki yang menjadi suaminya adalah adikku Bro, kami seibu tapi sejak kecil aku tak dibesarkan bersamanya,” jelas Gilang meyakini temannya itu.“ Oh, jadi kita harus ke mana dulu apakah mencari mobil kamu atau mengantarkan Rianti dulu?”“ Aku...aku mau pulang ke rumah Bu Melati saja Mas, kasihan kedua anakku jika harus mengikuti kalian mencari Mas Rustam,” pinta Rianti.“Baiklah, sebagai saudara Rustam aku sangat malu melihat tingkahnya yang kekanakan itu. Seharusnya dia bertanggung jawab dengan apa yang dil

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 35

    iiiihhh, berisik. Awas ya, jika dalam waktu lima belas menit dari sekarang kamu tidak kembali ke mobil, aku akan tinggal pergi. Kamu pulang dengan jalan kaki saja.” Dimatikan teleponnya, kemudian menelepon Alya yang sejak tadi merajuk akibat lebih memilih mengantarkan Rianti dari pada pergi kepadanya.“ Al, ma- maaf ya. Aku...”Belum sempat meneruskan pembicaraannya Alya langsung memotong pembicaraannya.“ Aku tak butuh permintaan maafmu Mas, sekarang putuskan saja, kamu memilih Rianti atau kamu kesini antar aku ke rumah sakit. Sejak kemarin aku kurang enak badan Mas,” ungkapnya sambil memegang perutnya yang selalu mual itu.“ Tunggu sedikit lagi ya sayang. Aku...aku pasti kena marah Ibuku jika mengabaikan Rianti. Dia juga istri sahku. Jangan buat aku bimbang diantara dua pilihan.” Digaruk Kepalanya yang tidak gatal itu karena kebingungan.“ Terserah kamu Mas. Aku lelah menghadapi sikapmu ini. Nanti aku minta tolong diantar si Rocky saja ya,” balasnya karena kesal dengan sikap Rustam.

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 34

    Memang benar, kata orang. Kita dihargai Jika kita punya harta,” batinnya Tanpa berpikir panjang lagi dirinya segera pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa diketahui oleh Rianti dan dari pihak keluarga Rustam. Sesakit inikah rasanya, ketika harus mempunyai besan dan menantu dari keluarga kaya. Kukira aku akan dihargai, namun tidak sesuai apa yang diharapkan. *** “ Mas, Hasan anak kita sakit. Bisakah aku diantar ke rumah sakit?” pinta Rianti ke Rustam. “ Aku tak bisa, suruh saja kang Asep antar ke sana,” balas Rustam yang masih berbaring di tempat tidur. “ Mas, Aku tak bisa jika harus dengan Mas Asep ke sana. Siapa yang bantu aku jaga Husein Jika ke sana bersama Mas Asep?” “ Kamu bisa mengerti aku tidak, aku masih capek karena resepsi pernikahan kita kemarin. Pergilah bawa anakmu itu aku masih lelah.” Ditariknya selimut kemudian tidur kembali. “Astagfirullah!" Rianti hanya menggelengkan kepalanya karena marah pada Rustam saat ini tak ada gunanya. Rustam yang semakin

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 33

    Bu- bukan itu maksud saya Bu. Saya hanya...” “Hanya apa? Mundurlah sesukamu. Tapi kembalikan uangku yang sudah rugi karena terlanjur mempersiapkan semuanya.” Rianti hanya terdiam menahan kecewa atas ulah calon mertuanya itu. Dirinya tak berani menatap wajah kedua mertuanya yang saat ini berdiri di hadapannya. “ Rianti! Apa yang terjadi padamu? Kenapa ingin mundur dari pernikahan ini,” ucap Pak Haikal sambil memegang bahu Rianti . “ A-anu Pak, tadi saya mendapatkan informasi kalau Mas Rustam sekarang lagi tinggal bersama Alya di sebuah apartemen. Mas Gilang yang bilang ke aku barusan,” jelasnya. “ Baiklah jika itu yang membuat kamu kecewa. Tapi, sebagai calon mertua kamu, sekali lagi bapak mohon jangan segampang itu mengatakan mundur. Buat kami yakin dengan kemampuanmu untuk menjadi istri Rustam.” “ Baiklah pak, semua ini aku lakukan masih bertahan hanya demi Hasan dan Husein agar mereka bisa punya Ayah,” ujarnya kemudian berpaling menghadap ke putra kembarnya. Rasanya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 32

    Kemudian perawat itu segera keluar dari ruangan tempat bersalin Bu Lasmi. Setelah memastikan semuanya aman, Bu Lasmi diam-diam keluar dari ruangan tempatnya dirawat. Dirinya segera menuju ke kamar bayi. Matanya yang liar ke sana-kemari hanya untuk memastikan semuanya aman. Kemudian, segera mencari bayinya dan bayi Bu Melati untuk ditukar olehnya Tangannya yang masih lemah, berusaha menggendong kedua bayi itu , secepat mungkin dirinya beraksi untuk ditukar olehnya. Terdengar suara langkah kaki dari luar menuju ke kamar bayi. “Ibu mau apa di sini?” ucap salah seorang perawat yang berdiri di depan pintu. “ Oh, sa- saya hanya rindu ingin bertemu anak saya Bu,” jawab Bu Lasmi seraya berbalik ke arah perawat yang berdiri di pintu. “Bu, tidak seorang pun yang bisa masuk ke ruangan ini kecuali perawat. Meskipun, Anda adalah seorang pasien harus sepengetahuan dari pihak rumah sakit dulu baru diizinkan masuk ke sini,” jelas salah satu perawat tersebut dengan tegas. “ Ma- maaf Bu, sa

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 31

    Urus dulu nasibmu Nak. Pastikan kedua anakmu memiliki identitas punya Ayah selanjutnya kamu berpikir bagaimana cara yang terbaik,” balas Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. “ Baiklah Bu, jika ini permintaanmu. Akan Rianti lakukan meskipun saat ini Rianti sudah lelah menghadapi keluarga Mas Rustam. Tapi, Rianti akan berusaha tegar demi kedua anakku,” jawab Rianti berusaha kuat. “ Kamu pulanglah. Bersikap biasa saja ketika menghadapi mereka. Semoga kamu kuat ya Nak.” “ Baiklah Bu, terimakasih selalu ada untuk Rianti. Besok Rianti berkunjung lagi kemari.” Dipegangnya tangan Ibunya yang masih lemah itu. “ Cucu lembar Ibu mana?” tanya Bu Lasmi tiba-tiba “ Oh, mereka sudah tidur Bu. Aku, menyuruh Bik Tum dulu untuk menjaga mereka,” jawabnya Kedua Ibu dan anak itu saling berpelukan untuk saling menguatkan. Tak lupa pula Rianti pamit ke Gilang agar bisa menjaga Ibu. Seperti pesan Ibunya ketika sampai di rumah keluarga Rustam dia bersikap seperti biasa tanpa peduli tatapan mereka ya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 30

    Rianti yang sudah berada di rumah sakit segera masuk ke ruangan Ibunya dirawat. Sementara di sampingnya ada sosok Dokter Gilang yang masih setia menemani. “ Bu, ini Rianti. Kumohon bangunlah!” ujarnya sambil memeluk tubuh Ibunya yang terbaring tak sadarkan diri.“Bu, Rianti mohon sadarlah!” Isak tangisnya membuat seisi ruangan yang awalnya sepi kini menjadi ribut. Perlahan Gilang merangkulnya untuk saling menguatkan. “Rianti, sabar. Semua sudah sesuai kehendak Tuhan. Saat ini, Ibumu perlu istirahat. Pulanglah, ke rumah calon keluarga barumu,” perintah Gilang.“ Ta-tapi Mas, Aku...” “Pulanglah! Kamu tak perlu ragu dengan keadaan Ibumu. Dia hanya mengalami sedikit luka lebam akibat jatuh di lantai licin.” “ Mas, aku titip Ibu ya. Insya Allah besok Rianti balik lagi kemari.” Ditinggalkannya Gilang yang masih setia menemani Ibunya. “Besok, jika dirimu kemari bawalah Hasan dan Husein, sejak kamu pergi meninggalkan rumah Ibu sering bercerita bahwa dia merindukan kedua cucu kembarnya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 29

    Ricko yang merasa kesakitan segera pergi mencari tempat persembunyian yang aman.Dari lantai dua Rustam segera turun ke lantai satu untuk mencari sosok kucing yang bersuara manusia sempat meresahkan dirinya tersebut.Namun, usahanya itu segera dicegat oleh Alya yang tiba-tiba saja memeluknya dengan erat dari belakang.“Sudahlah Mas, tidak usah pedulikan suara itu. Ayo, apakah Mas tidak rindu padaku.” Bisikan Alya tepat ditelinganya semakin membuat hasrat li***onya memuncak. Sehingga Rustam sulit menolak ajakan Alya.Sementara di tempat lain Rianti sedang disibukkan mengurus kedua putra kembarnya. Nampaknya Hasan dan Husein makin suka dengan kehadiran Bu Melati.“Rianti, sebentar kami akan pergi menyiapkan semua keperluan kamu dan Rustam yang akan menikah. Nanti, Hasan dan Husein dititip ke Mpok Iyem saja ya,” ucapnya sambil memegang pundak Rianti.“Ba- baik Bu.” Dianggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.“ Kita tunggu saja sampai sore, jika Rustam belum kembali nanti kamu sama Jing

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 28

    “ Nit, sekarang aku lagi di depan Villa tempat kalian berada. Bolehkah aku masuk?” Sebuah pesan masuk di aplikasi hijau ponsel Anita.Anita yang saat itu sedang asyik memainkan ponselnya tersentak kaget melihat pesan dari Rustam.“ Aduh Mel, gawat!” Sambil memegang kepalanya yang tidak pusing itu.“Kenapa Nit? Apanya yang gawat?” Tiba-tiba Melsi keheranan melihat tingkah Anita.“Rustam sekarang ada di luar Villa ini. Sementara Alya di dalam lagi tidur bareng Ricko. Kita harus bagaimana?” ucap Anita yang kemudian berdiri mondar mandir di ruang tengah.“Begini Nit, alangkah baiknya kita harus beritahu mereka di dalam. Jangan sampai ketahuan Rustam.” Keduanya segera mengetuk pintu kamar Alya dari luar. Namun, tetap saja Alya dan Ricko tak mendengar.“ Mel, kita buka saja pintunya yuk! Siapa suruh tidak dengar teriakan kami,” ujar Anita yang bersiap membuka pintu kamar Alya.“Aduh Nit, jangan sampai si Alya marah cuma karena tingkah konyol kami ya. Coba teriak lagi.“Alya! Alya! Di luar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status