Ayah Rustam dan Ayah Gilang kini hanya bisa saling memandang. Sebelumnya Gilang sudah mengetahui dari Ayahnya kisah masa lalu mereka yang tega menusuk Ayahnya dari belakang.Ayah Rustam yang dulunya adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Ayahnya, dengan tega diam- diam berselingkuh dengan Ibunya setelah menipu Ayahnya.“Kamu...Ayahnya Gilang?” tanya Ayah Rustam.“I- iya saya Ayahnya. Kenapa?” “Aku...hanya heran saja. Karena Rianti bisa dekat sama Gilang,” ucapnya dengan gugup.Ayah Gilang segera berdiri kemudian ingin meninggalkan tempat itu. Namun, tangannya ditahan oleh Ayah Rustam.“Bisakah kita bicara? Sudah lama kita tidak bertemu. Aku ingin hubungan kita seperti dulu.” Dipegangnya tangan Ayahnya Gilang. Namun, kali ini Ayah Gilang berusaha menghindari.“Maaf, saya tidak punya waktu untuk orang yang suka berkhianat di belakangku,” ucap Ayah Gilang.“Anwar! Kumohon sisakanlah waktumu untukku. Aku ingin menjelaskan semuanya. Sudah lama aku menantikan momen ini,” bujuk Ayah Rust
Diciumnya pipi kedua bayi mungil tersebut. Kemudian digenggam telapak tangan mungilnya.Sesekali Ayah Gilang berbicara dengan Rianti dengan sedikit menyinggung Ayah Rustam yang dulu adalah sahabat sekaligus orang kepercayaannya yang tega berselingkuh dengan mantan istrinya.“Rianti, yang sabar ya Nak! Hanya orang – orang yang tak bertanggungjawab dengan tega menelantarkan cucu dan tidak mau menikahi anak orang yang sudah dihamili.” Sesekali diliriknya Ayah Rustam dengan tatapan sinis.“semoga saja, anak saya Gilang bukan orang yang pecundang yang tega menelantarkan anak orang yang sudah dihamili,” lanjutnya.Tatapan Bu Lasmi semakin membara saat Ayah Gilang berkata demikian. Dirinya sudah paham siapa yang dimaksudnya. Karena semua sudah pernah didengarnya langsung dari Rianti. Kini dirinya hanya bisa diam seakan tak tahu kisah silam antara mereka.“Pak Haikal, Pak Anwar, saya permisi dulu mau menyelesaikan admistrasi anak saya,” ucap Bu Lasmi seraya meninggalkan mereka yang ada di sit
“Wanita penghianat masih saja berani muncul di hadapanku dan berani mengganggu kehidupan kami lagi rupanya.” Pak Anwar yang tiba- tiba mengepakkan kedua tangannya seraya menahan emosi mendengar kalimat yang barusan didengarnya dari mantan istrinya itu “ Dia anakku, meskipun kamu yang membesarkannya. Jadi aku punya hak untuk tidak setuju dia tidak boleh menikah dengan Rianti.”“Hentikan sikap egoismu itu. Bukankah kamu sudah menganggap selama ini Gilang telah mati? Wanita seperti kamu tak pantas untuk menjadi Ibunya Gilang.” Dimajukan langkahnya untuk mendekati Bu Melati .“Hentikan Bu! Kumohon jangan ganggu kehidupan kami. Karena selama ini aku hanya hidup dengan Ayah. hidupku sudah tenang dan tak butuh Ibu.” Ditariknya lengan Ayahnya yang menahan emosi.“Pergilah kau melati. Jangan sampai aku merebut paksa semua yang sudah kau ambil dari diriku dulu.”Ayah Gilang semakin emosi karena kehadiran mantan istrinya itu.“Baiklah aku akan pergi, jika Gilang masih berani mendekati Rianti,
“Rianti, aku datang!"Rianti yang mendengar suaranya Mas Rustam segera keluar untuk menghampirinya.“I- iya Mas, saya...lagi sibuk mengurus bayi kembar kita.” “Bayi kita? Itu bukan bayi kita tapi bayi kamu. Kita kan belum menikah untuk apa bawa-bawa namaku,” ucap Rustam dengan lantang.“Istigfar Mas, Rianti sadar selama ini diriku terlalu bodoh mengharapkan cinta orang kaya seperti Mas. Tapi satu hal yang Mas tau Rianti mau bertahan karena Mas yang tajk mau putus dariku. Di saat aku sudah melahirkan anakmu, barulah sekarang Mas mau menghindariku.” “ Alah, itu dulu. Waktu aku masih jadi pria bodoh mau pacaran dengan wanita bodoh sepertimu. Sudahlah tak usah dibahas lagi aku muak.” Kali ini sikap Rustam semakin menjadi.Suaranya yang keras membuat bayi kembar Rianti di dalam yang sedang tidur jadi terbangun.Dirinya segera masuk ke dalam menenangkan anaknya yang menangis.Melihat Rianti masuk, Rustam segera mengikutinya dari belakang. “Tujuanku kemari untuk mengatakan jika kamu siap
Malam harinya Pak Haikal segera berkunjung ke rumah Rianti untuk menengok bayi kembarnya tak lupa dibawanya perlengkapan bayi Rianti.“Assalamualaikum.” Salam pertama tak ada yang menyahut dari dalam kemudian diulangi lagi salam ke dua.“Assalamualaikum.” Rianti yang mendengarnya segera keluar.“Nak, Rianti! Kedatangan Bapak kemari mau tengok cucuku. Hasan dan Husein,” ucapnya kemudian menyerahkan sebuah kantongan yang berisi perlengkapan anaknya.“ Terima kasih pak,” ucapnya “Rianti, kedatangan Bapak kemari mau memberi kabar padamu. Bahwa, Minggu depan kami akan meminangmu kembali. Apakah kamu siap?” “Maksudnya?” tanya Rianti yang masih tak mengerti dengan maksud dari Ayah Rustam.“Maksud Bapak, jika kamu berkenan kami dari keluarga Rustam akan kembali meminang mu,” ucapnya sambil memainkan tangan bayi mungil kembali di hadapannya.“Maaf Pak, saya merasa tenang sekarang hidup dengan kedua bayiku ini meskipun tanpa sosok Ayah. Jika kedatangan Bapak kemari hanya ingin memberikan kaba
Beberapa hari kemudian keadaan Bu Melati mulai membaik. Rustam semakin gundah dengan kondisi Ibunya yang semakin membaik.Dirinya belum siap menikahi Rianti karena harus menjaga hati Alya. Sementara, Ibunya sudah mulai menerima diri Rianti ketika dirinya telah melahirkan cucu mereka yang kembar.“Aku harus bagaimana ini, oh Tuhan!” Sejak tadi pagi dirinya selalu mondar mandir di dalam kamarnya.“Buka pintunya, Tam!” ucap Ibunya dari luar.“Ma-maaf Bu, Rustam lagi sibuk kerja tugas kuliah,” balasnya dari dalam kamar.“ Jangan bohong kamu, Tam! Ibu sudah tahu semuanya ternyata kamu diam-diam ambil cuti kuliah.” Ibunya segera mendorong pintu kamar Rustam. Dirinya berusaha hendak masuk kamar anak lelakinya tersebut.“ Bu, kali ini Rustam ingin sendiri. Aku tak mau diganggu. Pergilah menjauh dari kamarku!” Disuruh Ibunya agar pergi. Namun, Bu Melati segera mencari kunci serep pintu kamarnya.Pintu akhirnya terbuka. Mulut Rustam yang masih menganga kaku ketika melihat tingkah Ibunya yan
Rustam! Bersiaplah, kita segera menuju ke rumah Rianti,” teriak Ibunya.“Maaf Bu, aku tak bisa pergi. Rustam lagi sakit,” balasnya dari dalam kamar.“Rustam! Tidak ada alasan. Meskipun kamu belum siap. Kamu tetap harus pergi.” Ayahnya terus membujuknya.“Ta-tapi Yah! Rustam mau...”“Tidak ada alasan Rustam. Jangan bikin malu keluarga kamu.” “Baiklah Yah, kalau begitu Rustam terpaksa pergi. Tapi, jika menikah dengan Rianti, aku tak bisa janji untuk setia dengannya.” Ditutupnya pintu kamar kemudian segera mengganti bajunya.“Iya, tapi jangan sampai kamu menyesal. Ibu selalu mengingatkan kamu agar jangan sampai pilih lagi,” ucap Ibunya dengan kesal.Beberapa saat kemudian mereka berangkat ke rumah Rianti. Sesampainya di sana mereka segera membicarakan pernikahan antara Rianti dan Rustam yang akan dilaksanakan secepatnya. “Ma-maaf Bu Lasmi, selama ini aku terlalu menganggap hubungan anak kami adalah...” Belum melanjutkan pembicaraannya tiba-tiba saja Bu Lasmi memotong pembicaraan Bu M
“Bu Rianti mohon sadarlah!” Isak tangis Rianti menyadarkan Ibunya kembali. “Bu sadarlah!” “Ri-Rianti! Kepala Ibu pusing.” “Maaf Bu, Rianti sudah terlalu lancang mendahului Ibu. Tapi, Rianti juga mohon anakku ini juga butuh sosok ayah.” Dirangkulnya kedua bayinya yang tertidur lelap di pangkuannya.“Jika itu sudah keputusan kamu. Ibu tidak bisa berbuat banyak lagi Rianti. Asalkan kamu bahagia nantinya.” Bu Melati dan suaminya hanya saling memandang. Kemudian memulai pembicaraan.“ Inilah yang kami inginkan dari dulu Bu. Tapi, Ibu terlalu keras terhadap Rianti.” Pak Haikal menggenggam tangan mantan buruh cuci di keluarganya dulu.“Baiklah, Aku sebagai Ibu dari Rianti menyetujui apa yang kalian harapkan. Tapi, aku mohon kepada Nak Rustam jagalah Rianti.” "Bu Lasmi, maaf dengan kehadiran kami membuka Ibu menjadi terganggu." Dengan menjaga tutur katanya Bu Melati mulai angkat bicara.Kedua keluarga tersebut akhirnya sepakat untuk melaksanakan pemingan pada hari itu.Kemudian mereka