Malam semakin merambat menyelimuti ibukota. Hawa dingin memenuhi seisi ruang kamar tersebut. Aluna mulai tampak meringkuk kedinginan. Revan pun menyelimuti tubuh Aluna dengan selimut dan dia pun menyusul Aluna tidur.
Tidak ada kejadian yang aneh malam itu. Aluna dan Revan tidur sangat nyenyak sampai pagi kembali menyapa.
Aluna menggeliat pelan, sesaat setelah sebuah sinar menyentuh kulitnya. Masih dengan keadaan kesadaran yang belum pulih, Aluna membuka matanya.
"Sudah pagi, ya?" Aluna menggeliat pelan. "Di mana Revan?" Aluna bangkit dari baringnya dan menoleh kanan-kiri menyebarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tapi dia tidak menemukan Revan.
Aluna menurunkan kedua kakinya dan dia berjalan menuju kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, Aluna keluar dengan balutan handuk di kepalanya.
Revan masuk membawa sebuah bungkusan dan melihat Aluna tampak bengong di depan jendela.
Baca juga BRITTLENESS dan MY ADORABLE CEO 😘🥰
Aluna dan Revan tampak mencari sesuatu di sekitar. Suasana tampak begitu hening, mereka tidak menemukan apa-apa. Keduanya hanya saling pandang. "Kau yakin tadi melihatnya, Van?" tanya Aluna. "Aku benar-benar melihatnya masuk menembus pintu!" sahut Revan. Mereka berdua masih sibuk menyapu seluruh ruangan homestay. "Kenapa tiba-tiba aku merinding. Jangan-jangan anak kecil itu, anak kecil yang sama dengan yang aku lihat di rumah sakit." "Serius?" Revan menatap Aluna. "Aku semakin pusing dengan semua ini. Kapan akan berakhir?" lirih Aluna tiba-tiba menitihkan air matanya. Revan pun ikut merasakan hal itu, karena pemuda itu sudah ikut terjerumus. Revan pun ikut dibayangi dengan hal-hal gaib. Revan mendekati Aluna yang masih duduk di atas ranjang. Revan duduk di sisi ranjang dan membelai surai hitam Aluna. "Sabar dulu, ya. Insh
Hari belum mulai malam, tapi rumah sakit yang dikunjungi Aluna dan Revan tampak begitu horor. Suasana tampak mencekam. Dari terpaan angin di tempat parkir yang membuat bulu kuduk merinding dan rumah sakit yang tampak sepi seperti kuburan saat itu. Sebuah tangan mencengkram pundak Aluna dan Revan. Hal itu membuat keduanya menjerit seketika. "Eh, non Aluna ... den Revan." Tangan tersebut mengguncang-guncang pundak keduanya. Sayup-sayup Aluna mendengarkan sesuatu di tengah-tengah guncangan pundaknya. Ketika Aluna menoleh ke belakang, gadis itu tampak kaget. Lalu Aluna mengguncangkan tangan Revan. "Van ... Van ... Revan!" teriak Aluna. Revan langsung menoleh ke arah Aluna, lalu keduanya menoleh ke belakang. "Mamang!" pekik Aluna dan Revan ketika melihat sosok pria berdiri di belakang mereka dengan keadaan bingung. Mang Dadang bingung melihat Revan dan Aluna yang tampak k
HAPPY READINGKamar mayat adalah satu kalimat yang mungkin membuat orang yang mendengarkannya akan bergidik ngeri, apalagi jika orang tersebut masuk dalam kategori penakut.Istilah untuk kamar mayat adalah tempat berkumpulnya jenazah-jenazah yang telah meninggal baik karena kecelakaan ataupun yang meninggal di rumah sakit karena sakit.Kalau kata orang-orang kamar mayat angker karena banyak arwah yang tidak diterima oleh sang pemberi hidup. Makanya arwah-arwah itu bergentayangan bahkan ada yang berdiam menetap di suatu tempat karena sudah menjadi tempat favoritnya. Apalagi kamar mayat di rumah sakit sudah pasti menjadi tempat yang paling menakutkan.Malam itu Aluna, Revan, dan mang Dadang menginap di rumah sakit. Ketika sedang asik berbincang-bincang, tiba-tiba Revan merasa lapar. Perutnya berbunyi nyaring membuat Aluna dan mang Dadang tertawa."Keadaan sedang seriu
Malam itu, Revan dan Mang Dadang keluar untuk membeli makan di kantin. Mereka berdua harus melewati kamar mayat. Rasa merinding dirasakan oleh Revan dan Mang Dadang ketika melewatinya. Lampu yang berkedap-kedip dan tidak bersahabat dengan orang-orang yang melewati tempat tersebut. Anehnya kenapa pegawai rumah sakit tidak menggantinya dengan lampu yang baru. Jika lampu menyala terang otomatis tidak ada yang takut melewati tempat itu jika ingin pergi ke kantin. Selesai membeli nasi rames dan teh hangat tiga bungkus beserta beberapa cemilan, Revan dan Mang Dadang segera kembali ke Pavillium. Mereka harus kembali ke ruang rawat dan melewati kamar mayat. Disaat melewatinya, Mang Dadang seperti merasakan ada seseorang meniup udara dingin di sekitar lehernya dan itu membuat pria tersebut merinding. Lantas Mang Dadang memberitahukan pada Revan, tapi alangkah terkejutnya Revan ketika dia menoleh ke arah mamang dan mendapati sesu
Aluna dan Revan saling pandang ketika mendapatkan rumah mereka berantakan tidak karuan. Anehnya semua barang yang bisa dijual masih ada. Jika memang maling yang masuk, tentu saja akan ada beberapa barang yang hilang.Lalu siapa yang masuk? Maling ataukah Hantu yang mengacak-acak?Revan dan Aluna melangkah masuk. Kedua memeriksa keseluruhan isi rumah. Tidak ada yang rusak, baik pintu atau jendela terkunci."Siapa yang melakukannya?" gumam Aluna."Aku rasa mungkin dia marah terhadap kita," ucap Revan memunguti barang-barang yang tercecer di lantai. Namun ada yang aneh, kotak musik berpindah tempat di meja makan."Kenapa kotak musik ini ada disini?" Aluna meraih kotak musik tersebut."Kau yakin tidak memindahkannya?" tanya Revan. Aluna menggeleng dan menatap Revan.Aluna kembali meletakkan kotak musiknya di lemari depan, kemudian mereka berdua segera memberes
Mimpi sering juga disebut bunga tidur. Setiap orang pasti pernah mengalaminya, bahkan sebuah mimpi juga mengandung sebuah arti. Lalu bagaimana jika itu adalah mimpi buruk? Apakah akan menimbulkan hal buruk juga?Tante Nita mengalami mimpi buruk malam itu. Di mana dia bermimpi jika si kembar meninggal."Mimpi apa aku ini dan apa arti dari mimpi itu?" lirih Tante Nita saat terbangun mimpi buruknya.Tante Nita mengusap peluh yang membasahi lehernya. Dia menarik napas berkali-kali hingga bunyi detak jantungnya kembali teratur. Tangannya terulur mengambil sebuah gelas yang berisi air putih. Wanita itu meneguknya sedikit demi sedikit."Apa aku harus menyuruh Aluna untuk pindah dari rumah itu?" pikirnya. "Aku pikir mungkin lebih baik kalau dia pindah rumah untuk sementara." Tante Nita membaringkan lagi tubuhnya. Namun, entah kenapa setelah itu dia berteriak histeris.Teriakan Tante Nita membuat B
Hari itu Revan dan Aluna dijemput oleh Mang Dadang untuk menemui Tante Nita. Tidak seperti biasa Tante Nita menyuruh mereka datang dengan perintah yang mendadak.Tante Nita sedang sibuk berbicara pada Bi Inah. Revan menyenggol lengan Aluna, lalu dia menggerakkan kepalanya ke belakang dan menggeserkan kepalanya mendekati kepala Aluna. Terlihat Revan ingin membisikan sesuatu di telinga Aluna."Lun, jangan-jangan kita disuruh buru-buru menikah!" bisik Revan."Ngaco kau ini!" Aluna menghadiahi sebuah tabokan keras pada Revan."Auw!" pekik Revan. "Kau ini kenapa sih?" lanjut Revan bertanya."Ada nyamuk tuh!" sahut Aluna."Cie-cie ... Mas Revan dapat hadiah dari Non Aluna hahaha ... sakit tidak, Mas?" Bi Inah kepo."Tidak, bi. Hanya saja panas!" ucap Revan melirik Aluna."Bi ... tolong buatkan aku minuman yang segar, ya." Aluna mengedipkan matan
Revan membuka matanya, mengumpulkan setiap energi yang ada untuk bangun. Menatap jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Revan meraupkan kedua tangannya ke muka. Sayup-sayup Revan mendengarkan sebuah suara dari luar kamarnya. "Paman dan tante sudah pulang." Revan bangkit dari ranjangnya. "Van ... Revan. Kau masih di rumah 'kan?" teriak Tante Indah. "Masih, tante!" balas Revan berteriak dari dalam kamarnya. Tangannya menarik handuk dari gantungan dan melangkah keluar menuju kamar mandi. "Baru bangun ya, Van?" tanya sang paman. Revan menggaruk-garuk kepalanya. "Iya hehehe ...," ucap Revan nyengir. "Ya sudah kau mandi dulu, setelah itu kita makan bersama." "Sip ...." Revan melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi. Menyalakan shower dan membersihkan seluruh tubuhnya. Selesai mandi Revan langsung bergabung dengan paman dan tantenya.