Aldebaran memandang Zoya yang sedang memohon pada Sultan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Zoya terus menerus merengek pada ayahnya. Terlihat kesedihan di raut wajah cantiknya. Aldebaran sangat tidak tega menyaksikan itu. Namun, dia tidak memiliki kuasa apapun di kediaman keluarga Alexander."Pa, Papa tahu apa yang udah dilakukan Kells untukku?" Dengan nada tinggi, Zoya mencoba meyakinkan Sultan.Aldebaran tahu, Zoya mulai frustasi dengan apa yang terjadi. Itu sebabnya, dia mencoba menenangkan Zoya agar tidak tersulut api emosi. "No-Nona ...." Aldebaran mengulurkan tangannya ke arah Zoya.Sultan dan Zoya menoleh bersamaan. "Ya?" Zoya segera melepaskan tangannya dari Sultan dan bergegas menghampiri Aldebaran. "Kells, kamu terluka parah!""Nona, tahan diri kamu! Jangan membantah Tuan Sultan! Biar gimanapun Beliau adalah orang tua Anda," ujar Aldebaran pelan. Dia menahan perih di sekujur tubuhnya yang dipenuhi luka."Pa, panggil Dokter untuk mengobati Kells," pinta ZoyaZoya
Brak!Sultan memukul sisi pinggir kursi yang didudukinya sambil berdiri. Kedua matanya bergantian menatap Aldebaran dan Keenan."Apa itu benar, Kells?" tanya Sultan dengan tatapan intimidasi.Aldebaran berhenti memukuli Keenan dan mengutuknya. 'Sial! Si pria tua ini mulai menjerumuskan aku!'Tap tap tap!Sultan berjalan cepat menghampiri Aldebaran dan mendorongnya ke dinding.Buk!Aldebaran tidak bisa mengelak lagi karena serangan Sultan begitu kuat. Sultan meraih kepala Aldebaran, lalu membenturkannya ke dinding beberapa kali. Matanya merah dan begitu juga dengan wajahnya. Sultan menggerakkan giginya dan berkata, "Apa yang mau kamu jelasin pada saya? Hah? Kamu benar-benar menguji kesabaran saya!"Sultan menghajar Aldebaran habis-habisan. Karena rasa bersalah yang begitu besar terhadap keluarga Alexander, Aldebaran tidak membalas perlakuan Sultan padanya."Pria kurang ajar! Saya sudah salah menilai kamu!" teriak Sultan lantang."Bu-bukan cuma itu, Tuan. Nona Zoya pun telah berada di
"Apa salah kamu? Kamu masih nggak ngerti juga?" bentak Keenan. "Pegang kedua tangannya dan kamu ... hajar dia!""Tuan ... Tuan Sultan?"Ketiga anak buah Keenan maju bersamaan ke arah Aldebaran. Mereka terdiri dari pria besar berotot dengan tato bunga mawar di leher belakang dan tentunya luka bakar di pergelangan tangan kiri."Ayo maju!" seru Aldebaran pada mereka. Dia mengambil posisi kuda-kuda."Ah, banyak omong!" seru salah satu dari mereka.Sultan dan Keenan hanya melihat perkelahian mereka. Sejak awal, Sultan memang tidak mempercayai semua perkataan Keenan."Hajar dia dan jangan kasih ampun!" perintah Keenan.Satu orang anak buah Keenan datang menyerang Aldebaran dengan pukulan bertubi-tubi. Namun, Aldebaran tidak goyah. Aldebaran mengelak dengan cepat."Rasain ini!" Aldebaran menyerang si pria tadi dengan beberapa pukulan yang mengenai dadanya.Bruk!Pria itu terjatuh. Aldebaran duduk di atas pria tadi sambil melayangkan beberapa tinju ke wajah dan bagian tubuh lainnya. Wajahnya
"Aku udah menolaknya," jawab Felix lagi."Bagus. Aku butuh bantuan kamu dan juga yang lainnya. Jadi, tolong kirim dua orang untuk jaga-jaga di bawah jendela kamar Nona Zoya! Aku pikir, akan terjadi hal buruk sebentar lagi.""Dan, aku cuma percaya sama kamu. Jadi aku mohon, tolong jaga Nona Zoya dengan baik!""Ya. Kamu jangan cemas, Tuan! Aku akan jaga Nona semampunya," ujar Felix, yakin. "Aku akan tunjuk Andra dan Wahid untuk jaga-jaga dari kejauhan," ujar Felix, lagi. "Aku mengandalkan kamu, Felix. Pastiin Nona aman selama aku nggak ada di sampingnya!"Setelah melihat Felix mengangguk, Aldebaran pergi menuruni tangga menuju ke ruang kerja Sultan. Aldebaran sangat berat melangkah meninggalkan Zoya. Walaupun ada tiga orang yang menjaganya, tetapi hatinya tetap tidak tenang. Sesampainya di ruang kerja Sultan, Aldebaran mengetuk pintunya. Sesekali, dia melirik ke kanan dan kirinya, memastikan jumlah anak buah Keenan yang berjaga di sekitar ruang kerja Sultan."Damn! Kalo dilihat dari
"Jangan bercanda! Usia kita beda jauh."Zoya menatap Aldebaran marah. Lagipula, siapa yang mau jadi pasangannya?Bodyguard-nya ini benar-benar tidak tahu malu!"Nona, usia itu cuma angka aja," sahut Aldebaran, santai. "Kamu pikir, kamu pantes jadi Suamiku?! Jangan mimpi!"Suara getaran ponsel Aldebaran sangat mengganggu Zoya. Aldebaran mencoba untuk tidak peduli dan mengalihkan perhatiannya pada Zoya."Kenapa nggak kamu lihat? Suaranya ganggu banget," ujar Zoya dengan wajah tidak suka."Baik, Nona."Aldebaran menjauh dari Zoya. Dia mulai membaca pesan masuk.Ezra: Kamu ternyata berani main-main sama saya? Oke kalo gitu. Jangan sampai menyesal!Aldebaran tidak membalas pesan Ezra. Dia kembali ke sisi Zoya. Tiba-tiba, dia teringat akan sesuatu.Aldebaran berdiri di hadapan Zoya. "Nona, aku hampir aja lupa.""Apa?"Aldebaran mengeluarkan jam tangan berwarna baby pink berbahan karet. "Kamu mau pakai ini, nggak?" Zoya tersenyum sambil bertanya, "Kamu tau dari mana kalo aku nggak bisa pak
Aldebaran menatap wanita di hadapannya lekat-lekat. Dia tidak tahu harus berkata apa padanya. Namun, sekarang adalah saat yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya. Hatinya yang semula ragu untuk meminta bantuan Onel, kini tidak lagi.Dengan satu tarikan napas, Aldebaran berkata, "Bantu aku satu kali ini aja.""Bantu apa?!"Aldebaran terdiam beberapa saat. "Ini agak sulit, sih. Karena hubungan kamu sama Zoya dan Heidy. Tapi, aku lakukan ini demi Zoya," ujar Aldebaran, berterus terang."Terus, apa yang harus aku lakukan?""Tolong jauhin dia dari Heidy! Selebihnya biar jadi urusanku!""Oke," jawab Onel tanpa berpikir panjang. "Apa sekarang, saatnya kamu menjalani misi?"Aldebaran mengangguk pelan dan menjawab, "Ya."Onel tersenyum paksa. Dia sangat menyayangi Zoya layaknya saudara kandung. "Aku percaya, kamu bisa melakukan yang terbaik, Kells.""Thanks," ucap Aldebaran sambil mendekatkan dirinya. Dia mencium bibir Onel sebentar.Tidak lama,Onel kembali lebih dulu ke aula. Lalu, dis