"Lepasin Manda sekarang!" teriak Azkaira. "Kamu nggak tau, siapa dia?"
Aldebaran tidak peduli dengan apapun. Dia melepaskan jaket kulitnya dengan cepat. Lalu, memakaikannya ke tubuh Amanda bagian depan. Aldebaran berkata dengan penuh pengertian, "Pakai ini! Dress kamu sobek di bagian depan, pas di bagian bawah." Sontak, Amanda terdiam. Dia mengikuti saran Aldebaran. Ron dan Azkaira pun terdiam. Ternyata Aldebaran tidak memiliki niat lain Aldebaran mengikat kedua bagian tangan jaket ke bagian pinggang belakang Amanda. Setelah selesai dalam hitungan detik, Amanda mendongakkan kepala untuk menatap wajah Aldebaran dari dekat. Aldebaran merasa tidak nyaman mendapatkan tatapan mata seperti itu dari Amanda. Dia buru-buru menjauhkan diri dari Amanda. "Ayo pergi, Ron! Urusan aku udah kelar." Aldebaran beranjak pergi dari lantai dansa, tempat Amanda terjatuh. Dia meninggalkan Amanda yang masih mematung di tempatnya. Ron mengejar Aldebaran yang sudah melangkah jauh. Dia menerobos kerumunan orang. Ron berteriak, "Al, tunggu!" Ron menepuk punggung Aldebaran. "Kamu terpesona sama kecamatan Nona Manda, ya?" "Diem kamu! Di mana toilet?" tanya Aldebaran. Dia celingukan. "Dari lorong ini, kamu lurus aja! Toiletnya ada di ujung paling kiri." Ron menunjuk lorong panjang dengan penerangan yang redup. "Kamu tunggu aja di dalam! Nanti aku nyusul." Aldebaran bergegas pergi meninggalkan Ron yang terlihat bingung dengan sikapnya. Sesampainya di dalam toilet, Aldebaran tidak tahu harus melakukan apa. Akhirnya, dia hanya membasuh wajah di wastafel. Beruntung, tidak banyak orang di dalam toilet pria. "Segar!" Aldebaran melihat pantulan dirinya di cermin. "Cewek tadi bener-bener menguras energi aja. Berurusan sama cewek memang cuma bikin repot! Itulah kenapa, aku malas punya pacar." Aldebaran merogoh saku celana. Dia mengeluarkan gelang emas putih dan memandanginya. "Ternyata cewek tadi bukan kamu, Zoya. Tapi, kamu di mana, Zoya?" Setelah merasa cukup, Aldebaran membuka pintu toilet. Belum sempat melangkah, tiba-tiba seseorang mendorongnya masuk kembali ke toilet. Dia adalah Amanda. Brak! Pintu toilet tertutup sempurna. Amanda terus mendorong Aldebaran hingga menabrak dinding. Ternyata tenaga Amanda lebih kuat daripada wanita pada umumnya. Amanda berjinjit. Aldebaran mengernyitkan dahi. 'Astaga! Mau apalagi nih cewek?' "Nona, kamu mau ngapain? Aku pikir, tadi laki-laki yang dorong aku, ternyata itu kamu!" seru Aldebaran. "Tenaga kamu kuat juga! Aku udah ngeremehin kamu." Amanda tidak menjawab. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Aldebaran. Napas mereka menyatu. Kedua tangan Amanda melingkari leher Aldebaran tanpa sungkan. Aldebaran menjadi gugup karenanya. Tidak lama, Amanda menempelkan bibirnya ke bibir Aldebaran. "Nona, apa yang kamuー" Aldebaran terlanjur menikmati bibir kemerahan Amanda yang mampu membuatnya lupa diri. Jika menolaknya, tentu akan sangat rugi. Lagipula, siapa yang mampu menolak ciuman dari wanita secantik Amanda? Ini adalah pertama kalinya Aldebaran merasakan sentuhan wanita. Karena selama berada di pelatihan militer, dia tidak pernah memikirkan seorang wanita, apalagi bersentuhan langsung seperti ini. Amanda begitu mahir melakukan gerakan-gerakan yang mampu melumpuhkan pertahanan Aldebaran. Lalu, bagaimana dengan Aldebaran? Aldebaran yang tidak memiliki pengalaman sama sekali berusaha mengikuti permainan Amanda. Ada perasaan tertentu yang dirasakan Aldebaran. Apakah dia mulai menginginkan lebih? "Uhhh ...." Amanda mendesah begitu Aldebaran membalikkan posisi. Aldebaran kehilangan kontrol. Dia membalas serangan Amanda tanpa ampun. Amanda membuang jaket kulit yang menutupi tubuh bagian depannya. Dengan mudahnya, Aldebaran melihat dua bagian sensitif milik Amanda. Jakunnya bergerak naik turun. "Uhhh ...." Aldebaran kembali menciumi Amanda dengan rakus. Napas keduanya memburu. Setelah beberapa saat, Aldebaran menghentikan aksinya. Aldebaran mengusap lembut bibir Amanda. Dia menatap Amanda yang masih memejamkan mata. Amanda memang cantik. Siapa yang mampu menolak pesonanya? "Nona, maaf," kata Aldebaran, pelan. "Selamat tinggal." Dia menjadi salah tingkah. Aldebaran hendak pergi, tapi Amanda menahan tangannya. Amanda menatapnya. "Itu hadiah buat kamu karena udah nolongin aku tadi," ujar Amanda dengan nada sombong. Mulut tajam Amanda bisa berbohong. Tapi, tidak dengan sorot matanya yang sangat menginginkan Aldebaran. Hanya dengan menatap mata Amanda, Aldebaran pun paham. "Lain kali nggak perlu, Nona." Aldebaran menghempas tangan Amanda. "Tapi, makasih." "Orang miskin kayak kamu ternyata bisa sombong juga." Amanda merapikan dress-nya. "Bawa pergi jaket buluk kamu jauh-jauh dari aku!" Aldebaran tidak menanggapi celotehan Amanda. Dia melangkah pergi tanpa memungut jaketnya yang tergeletak di lantai toilet. Prang! Begitu pintu tertutup, Amanda melempar ponselnya ke kaca wastafel. Pecahan kaca pun berhamburan ke lantai. Dia memang memiliki temperamen yang buruk. "Kurang ajar!" Amanda berteriak. "Dia pikir, siapa dirinya di sini?! Bisa-bisanya dia menolak aku!" Di luar toilet, Aldebaran mendengar Amanda membuat keributan. Dia melihat beberapa bodyguard keluarga Alexander masuk ke toilet pria untuk membereskan kekacauan.Jordan yang sedang dalam perjalanan menyusul mobil Rini bersama dengan Felix, merasa ada yang tidak beres pada tuannya. Tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan para agent pria. Rini dan Ayu tenggelam pada kesedihannya masing-masing. "Tuan Felix, tersirat kabar dari Kawe-08. Tuan Sultan mengembuskan napas terakhir ketika Beliau baru tiba di Switzerland beberapa menit lalu," ujar Lingling di saluran Radio Trunking. "Aーapa?! Kok bisa?!" Felix dan semua orang yang berada di saluran Radio Trunking terkejut mendengar berita duka yang disampaikan Lingling. "Apa penyebab dan kapan waktu kematiannya? Bagaimana dengan Nyonya Cathalea?""Beliau tertembak oleh orang tidak dikenal. Polisi setempat sedang melakukan penyelidikan. Nyonya Cathalea, Nona Natasha dan Erick baik-baik saja." Suara Lingling terdengar lemah. "Beliau tertembak pukul 11:00 malam waktu setempat.""Baiklah, saya akan memberitahu kabar duka ini secepatnya kepada Nona Zoya."Felix tidak sampai hati memberitahukan kabar
Zoya, Ayu dan Rini sangat cemas. Mereka tidak saling berbicara. Ayu telah berhasil mengeluarkan amunisi di punggung Aldebaran. Tapi bukan berarti bisa menghentikan darah yang keluar dari bagian punggungnya yang terluka. Segala upaya telah dilakukan Ayu. Namun apalah daya, seorang manusia biasa yang tidak mampu melawan takdir."Kamu nggak bisa menghentikan pendarahannya?!"Zoya berteriak hingga semua orang yang berada di saluran Radio Trunking dapat mendengarnya dengan jelas. Sesekali Zoya menghapus air mata yang keluar. Hatinya benar-benar teriris melihat kondisi Aldebaran melemah di hadapannya. "Nona, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, kita nggak punya peralatan yang memadai."Ayu merasa bersalah pada Zoya, Aldebaran dan semua orang. Karena dirinya tidak berhasil menghentikan pendarahan hebat yang dialami Aldebaran.Zoya lagi-lagi mengutuk dirinya sendiri yang menyebabkan Aldebaran terluka. Bodoh dan ceroboh, dua kata yang cocok untuk dirinya. "Bisa-bisanya aku memb
I've come to kill you and I won't leave until you've died! You have to pay for what you've done! ー Thanatos, 2 Billion Dollars.**Dor!Dor!Di malam mencekam, suara letupan senjata api yang menakutkan terdengar jelas di telinga setiap orang yang berada di tempat kejadian. Tepatnya di jalan raya Cibadak yang mengarah ke bandar udara Atang Senjaya. Akbar menembaki kedua kaki Ivanovic. Dia sengaja melumpuhkan kedua kakinya. Karena dia tidak ingin menghabisi nyawa Ivanovic dengan satu kali tembakan. Setidaknya, menyiksa Ivanovic jauh lebih baik untuk mengobati luka di hati Thanatos. "Aaarghhh!" Ivanovic berteriak kesakitan. Senjata yang dia genggam terlepas.Ivanovic tersungkur di tanah bersamaan dengan darah yang keluar dari kedua lututnya. Bruk!Ivanovic kini merasakan sakit yang sama seperti yang dirasakan Ibrahimovich dan Aldebaran sebelumnya. Tidak ada asisten ataupun anak buah yang melindunginya. "Siーsiapa Anda?"Terpancar aura ketakutan dari wajah Ivanovic ketika melihat Ak
Fight for your honor. Fight for your life. And I fight for freedom! But, I keep praying that the sun never rises without you. ー 2 Billion Dollars.**"Kurang ajar!"Bukannya menginjak rem mobil, Rini Emilia justru menginjak pedal gas dengan geram. Dia dengan sengaja menabrak mobil yang di depannya. Tindakan yang dilakukan Rini bukan tanpa alasan, dia dendam karena Ivanovic yang telah menembak tuannya.Duar!Mobil Jaguar Ivanovic pun terdorong kuat ke depan. Rini menggenggam senjata api di tangannya. Tanpa memberikan kesempatan kepada Ivanovic, Rini membuka kaca mobil.Rini mengeluarkan kepalanya dan mengarahkan senjata api ke mobil tersebut.Dor!Dor!Dor!Rini menembaki mobil di depannya dengan membabi buta. Emosi telah membuatnya gelap mata. Dia tidak perduli dengan risiko yang akan dihadapinya. Sadarkah kalian, kematian sangat dekat dengan seluruh makhluk hidup yang bernyawa?Prang!Kaca mobil Ivanovic bagian belakang pecah karena tembakan Rini yang tidak berkesudahan. Ivanovic
"Oke."Akbar maju beberapa langkah mendekati mobil itu. Keadaan mobil yang rusak parah membuat penghuninya kebingungan. Zeno keluar dari mobil dengan tangan kiri memegangi kepala, sedangkan tangan kanannya menggenggam ponsel. Dia mencoba menghubungi anak buahnya untuk mendapatkan pertolongan. "Selamat datang di Neraka, Zeno!" seru Thanatos alias Akbar.Thanatos mengarahkan senjatanya ke punggung Zeno. "Awas, Zeno!" Terdengar lengkingan suara Ivanovic dari dalam mobil. Namun terlambat, Akbar bergerak lebih cepat daripada Zeno.Dor!"Aarghh!"Suara kesakitan yang keluar dari mulut Zeno, terdengar sangat pedih dan memilukan. Akbar berjalan menghampiri mobil Ivanovic dengan membawa senjata api berlaras panjang di bahu kanannya.Zeno menengok ke belakang karena ingin melihat sosok yang sudah menembaknya. Pada akhirnya, tubuh Zeno ambruk ke tanah. Bruk!Dengan sisa tenaga yang Zeno miliki, dia berusaha mengeluarkan senjatanya dari dalam saku. Namun dengan cepat, Akbar meraih senjatany
Brom brom brom!Aldebaran menginjak pedal gas mengikuti arah titik merah pada smartwatch."Tuan, jalanan terjal ini sangat berbahaya.""Benar. Aku nggak sangka mereka melewati jalan ini." Felix khawatir dengan keselamatan Aldebaran. Ia pernah mendoakan Aldebaran berumur panjang ketika melihatnya hancur karena ulah Sultan yang melarang mengejar Zoya beberapa hari lalu. Ponsel Aldebaran menyala. Dia melihat panggilan masuk nomor tak dikenal di layar ponsel. Dia menekan tombol hijau."Siapa ini?""TuーTuan Kells, saya Detektif Lingling.""Benarkah? Kenapa kamu pakai nomor asing?"Lingling berdehem. "Hmm.""What's wrong?""Anda pasti udah tahu, lokasi yang kami kirimkan palsu?""Kalian benar-benar kurang ajar!"Wajah Aldebaran memerah. Tangan kanannya memukul kemudi. Aldebaran tidak lupa menyebar titik lokasi kepada para agent agar seluruh anak buahnya bergerak cepat menyusul dirinya dan Felix."Tenang, Tuan. Semua ini ulah The Legend. Saya sudah menghabisi nyawanya barusan." Lingling