Share

7.

Penulis: Zoya Dmitrovka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 14:37:37

"Kenapa kamu menyusahkan aku sih, Ron!"

Sekarang, Aldebaran sudah berada di apartemen Ron Dinata. Dia baru saja selesai mandi. Dia masih mengingat kejadian memalukan tadi di klub malam Jenja.

Ron mabuk parah di sana. Dia terus meracau. Dengan susah payah, Aldebaran berhasil membawa Ron pergi dari tempat terkutuk itu.

Aldebaran menyetir mobil sport milik Ron. Dia juga membersihkan cairan yang keluar dari mulut Ron. Sungguh menjijikan! Tapi, Aldebaran tidak memiliki pilihan lain.

Aldebaran menatap Ron yang sudah tertidur di ranjang. Setelah mengganti pakaian, dia bergegas pergi tidur.

Aldebaran mendesah panjang. "Hemm!"

Malam panjang yang melelahkan. Aldebaran merasa, tubuhnya membutuhkan istirahat.

Aldebaran merebahkan tubuhnya di sofa. Saat hendak memejamkan mata, ponselnya bergetar. Aldebaran membaca pesan yang masuk dengan cepat dan teliti. Lalu, dia bersiap-siap untuk pergi.

Dalam sekejap, Aldebaran sudah berada di lobi apartemen. Ini adalah kehidupan barunya sebagai seorang sniper bayaran. Dia menjadi bersemangat.

Aldebaran memanggil taksi. "Bandar Udara Pondok Cabe, Pak."

Aldebaran memberitahu tujuannya kepada sopir taksi.

"Ya, Mas."

Taksi yang Aldebaran tumpangi berjalan bebas di jalan raya yang masih sepi. Diperkirakan hanya membutuhkan waktu 25 menit untuk sampai di tempat tujuan.

"Bandar udara Pondok Cabe bukan bandar udara yang melayani penerbangan sipil, Mas," ujar sopir taksi. "Karena selama ini, cuma jadi pangkalan militer angkatan udara aja," tambahnya sambil fokus menyetir.

"Kok Bapak tau?" tanya Aldebaran.

Sopir menjawab, "Kebetulan saya tinggal di Pondok Cabe, Mas. Tepatnya, di Jalan talas 1 persis di belakang bandar udara."

Aldebaran angguk-angguk. "Pantesan aja Bapak paham betul."

Aldebaran mengetik pesan untuk Ron.

Aldebaran: Ron, aku pergi untuk misi pertama.

Kemudian, Aldebaran menyimpan ponselnya kembali.

Tidak lama, taksi sudah memasuki kawasan Pondok Cabe. Sopir membelokkan taksi ke kanan.

"Saya harus berhenti di mana, Mas?" tanya sopir taksi.

Aldebaran terkejut. Dia sampai di lokasi lebih awal daripada waktu yang disepakati. Dia melihat-lihat daerah di sekitar yang begitu asing baginya.

Kemudian, Aldebaran memutuskan untuk menunggu di tempat yang sudah ditentukan.

"Masuk aja terus, Pak!" pinta Aldebaran.

"Hah?" Sopir terkejut. "Maksudnya ke dalam sana?"

Sopir taksi menunjuk pos penjagaan pangkalan militer angkatan udara. Pos penjagaan itu bertuliskan Selamat Datang di Bandar Udara Pelita Air Service Pondok Cabe.

Melihat raut wajah sopir yang bingung, Aldebaran bertanya, "Iya. Memangnya kenapa, Pak? Apa ada yang salah?"

"Mas, orang luar nggak bisa masuk sembarangan ke tempat ini." Sopir berusaha menjelaskan.

"Tenang aja, Pak! Saya nggak akan mempersulit Bapak."

Setelah mendengar Aldebaran menjawab dengan yakin, sopir langsung melajukan taksi ke arah pos penjagaan.

Seorang penjaga langsung menghadang. Dia mengetuk kaca mobil.

"Selamat malam menjelang pagi, Pak!" sapa penjaga. "Anda mau ke mana?"

Sopir panik. Dia berusaha menjawab pertanyaan penjaga dengan benar.

"Saーsaya ingin mengantar penumpang, Pak," jawab sopir dengan terbata.

Penjaga itu langsung menatap Aldebaran yang duduk di kursi penumpang.

Penjaga mencurigainya. Dia bertanya, "Siapa kamu? Apa keperluan kamu datang sepagi ini ke sini?"

Aldebaran menurunkan kaca mobil. "Saya ada janji jam 04.00 pagi di sini," jawabnya ketus.

"Janji?! Janji sama siapa?! Jangan bercanda, Anak Muda!"

Aldebaran tidak berminat untuk berdebat dengannya. Dia segera mengambil ponsel dan memperlihatkan bukti percakapan dengan seseorang yang memintanya datang.

"Saya ada janji sama Pak Ilyas Ardinata," kata Aldebaran, tegas.

Si penjaga tercengang. Dia sudah melihat bukti percakapan tersebut. Namun, dia tetap tidak mempercayai Aldebaran. Maka, dia memanggil kedua temannya.

"Bambang! Aldi!" teriak si penjaga. "Cepetan ke sini!"

Kedua temannya saling pandang, lalu berlari menghampiri taksi.

"Kenapa, Ryan?" tanya Aldi yang memiliki mata sipit.

"Dia tamu komandan," jawab penjaga bernama Ryan.

Aldi menatap Aldebaran. "Terus, kenapa nggak disuruh masuk? Komandan nggak suka menunggu lama."

"Tapi, aku nggak yakin. Karena dia kelihatan masih muda." Ryan rupanya mencurigai Aldebaran.

"Itu bukan alasan," bantah Bambang. "Periksa aja kartu identitasnya!"

Mendengar hal itu Aldebaran langsung mengeluarkan kartu identitas dan menunjukkannya kepada mereka.

Para penjaga pos tercengang. Mereka membaca kartu identitas Aldebaran dengan teliti.

Aldebaran emosi. "Jadi, gimana? Saya pasti telat karena kalian menahan saya di sini."

Bambang mengambil alih. "Silakan masuk! Komandan kami ada di dalam. Sebaiknya Anda turun di sini! Saya akan antar Anda."

***

Jarak dari pos penjaga ke kantor komandan cukup jauh. Bambang menghentikan motornya tepat di depan bangunan kecil berwarna biru navy.

Sepanjang perjalanan, Bambang tidak mengajak Aldebaran berbicara. Karena dia menganggap tamu komandannya adalah orang penting. Maka, dia menghormatinya.

"Kita udah sampai di kantor Komandan."

Aldebaran turun dari motor. Seorang penjaga menghampiri mereka.

"Silakan keluarkan kartu tanda pengenal Anda!" pinta Bambang.

"Apa kalian serius melakukan ini?" tanya Aldebaran, tidak suka.

Aldebaran keberatan jika dirinya harus diperiksa, apalagi sampai menunjukkan kartu identitas.

Petugas itu berkata, "Kami cuma menjalankan tugas aja. Tolong jangan mempersulit kami!"

Bambang mengambil alih situasi. "Prosedur ini biasa dilakukan kepada semua tamu yang datang ke sini, tanpa terkecuali."

Aldebaran menghela napas kasar. "Bisa nggak kalian panggil aja Komandan ke sini?"

Aldebaran tetap pada pendiriannya. Karena tidak ada yang merespon, Aldebaran mengeluarkan ponsel hendak menghubungi sang komandan.

Namun belum sempat mencari kontak Ilyas, datang 4 orang dari dalam kantor menuju ke arah Aldebaran.

"Itu Komandan!" seru Bambang.

"Selamat datang Tuan King!" sambut pria berusia 40 tahun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
hey para petugas,,,kalian bakalan nyesel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    105.

    Karena terlalu frustasi memikirkan Zoya, Aldebaran memutuskan untuk mandi. Setelah itu, dia mengobati luka yang ada di dada dan perutnya. Bagian terparah berada di wajah. Aldebaran meraih alkohol yang akan digunakan sebagai antiseptic dan kapas yangtersimpan di kotak obat berwarna putihtepat di atas wastafel. Dengan cekatan, dia mulai mengobati lukanya."Aarggh ...."Aldebaran mencoba menahan sakit yang di sekujur tubuhnya. Dia terus mengobati luka hingga ke bagian kaki."Bagian yang paling sakit bukan kepala karena dibenturkan ke dinding sama Tuan Sultan. Tapi hati aku jauh lebih sakit. Karena Zoya melihat pemandangan nggak menyenangkan.Aku takut dia depresi lagi."Aldebaran melihat pantulan dirinya sendiri di cermin besar. Terlihat beberapa luka memenuhi bagian perut.Saat itu juga, seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Uhh, siapa yang datang?"Dengan kaki yang masih sakit, Aldebaran berjalan pelan menuju pintu."Tuan Fernando?""Bisa saya masuk?""Silakan!"Aldebaran menutup p

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    104.

    Jantung Aldebaran berdebar-debar ketika Zoya mengatakan kalimat yang menurutnya ambigu. Benaknya melayang ke antah berantah. Namun dia tidak ingin kehilangan secuil harapan cintanya akan terbalaskan.'Zoya mau ngomong apa, sih?'"Kells, aku ... aku ...."Aldebaran melihat Zoya kesulitan berkata-kata. Dia menunggu dengan sabar. Berulang kali, Zoya menarik napas dalam-dalam. Namun tetap tidak membuahkan hasil. Suaranya tetap tidak keluar. "Entahlah," ujar Zoya pada akhirnya. Dia hendak berdiri dan melepaskan genggaman tangan Aldebaran. Tapi, Aldebaran tidak akan membiarkannya."Tunggu, Nona!" seru Aldebaran, mempererat genggaman tangannya dengan tangan Zoya."Eh?" Zoya tercengang melihat tangan Aldebaran yang menggenggam erat tangan kanannya. "A-apa? Lepasin!""Tangan ini ... tangan yang aku genggam ini, nggak akan aku lepasin."Dua pasang manik mata berwarna coklat bertemu. Perasaan saling memiliki yang mereka rasakan membuat keduanya terikat. Itu benar! Sebab, kita tidak akan per

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    103.

    Aldebaran memandang Zoya yang sedang memohon pada Sultan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Zoya terus menerus merengek pada ayahnya. Terlihat kesedihan di raut wajah cantiknya. Aldebaran sangat tidak tega menyaksikan itu. Namun, dia tidak memiliki kuasa apapun di kediaman keluarga Alexander."Pa, Papa tahu apa yang udah dilakukan Kells untukku?" Dengan nada tinggi, Zoya mencoba meyakinkan Sultan.Aldebaran tahu, Zoya mulai frustasi dengan apa yang terjadi. Itu sebabnya, dia mencoba menenangkan Zoya agar tidak tersulut api emosi. "No-Nona ...." Aldebaran mengulurkan tangannya ke arah Zoya.Sultan dan Zoya menoleh bersamaan. "Ya?" Zoya segera melepaskan tangannya dari Sultan dan bergegas menghampiri Aldebaran. "Kells, kamu terluka parah!""Nona, tahan diri kamu! Jangan membantah Tuan Sultan! Biar gimanapun Beliau adalah orang tua Anda," ujar Aldebaran pelan. Dia menahan perih di sekujur tubuhnya yang dipenuhi luka."Pa, panggil Dokter untuk mengobati Kells," pinta ZoyaZoya

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    102.

    Brak!Sultan memukul sisi pinggir kursi yang didudukinya sambil berdiri. Kedua matanya bergantian menatap Aldebaran dan Keenan."Apa itu benar, Kells?" tanya Sultan dengan tatapan intimidasi.Aldebaran berhenti memukuli Keenan dan mengutuknya. 'Sial! Si pria tua ini mulai menjerumuskan aku!'Tap tap tap!Sultan berjalan cepat menghampiri Aldebaran dan mendorongnya ke dinding.Buk!Aldebaran tidak bisa mengelak lagi karena serangan Sultan begitu kuat. Sultan meraih kepala Aldebaran, lalu membenturkannya ke dinding beberapa kali. Matanya merah dan begitu juga dengan wajahnya. Sultan menggerakkan giginya dan berkata, "Apa yang mau kamu jelasin pada saya? Hah? Kamu benar-benar menguji kesabaran saya!"Sultan menghajar Aldebaran habis-habisan. Karena rasa bersalah yang begitu besar terhadap keluarga Alexander, Aldebaran tidak membalas perlakuan Sultan padanya."Pria kurang ajar! Saya sudah salah menilai kamu!" teriak Sultan lantang."Bu-bukan cuma itu, Tuan. Nona Zoya pun telah berada di

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    101.

    "Apa salah kamu? Kamu masih nggak ngerti juga?" bentak Keenan. "Pegang kedua tangannya dan kamu ... hajar dia!""Tuan ... Tuan Sultan?"Ketiga anak buah Keenan maju bersamaan ke arah Aldebaran. Mereka terdiri dari pria besar berotot dengan tato bunga mawar di leher belakang dan tentunya luka bakar di pergelangan tangan kiri."Ayo maju!" seru Aldebaran pada mereka. Dia mengambil posisi kuda-kuda."Ah, banyak omong!" seru salah satu dari mereka.Sultan dan Keenan hanya melihat perkelahian mereka. Sejak awal, Sultan memang tidak mempercayai semua perkataan Keenan."Hajar dia dan jangan kasih ampun!" perintah Keenan.Satu orang anak buah Keenan datang menyerang Aldebaran dengan pukulan bertubi-tubi. Namun, Aldebaran tidak goyah. Aldebaran mengelak dengan cepat."Rasain ini!" Aldebaran menyerang si pria tadi dengan beberapa pukulan yang mengenai dadanya.Bruk!Pria itu terjatuh. Aldebaran duduk di atas pria tadi sambil melayangkan beberapa tinju ke wajah dan bagian tubuh lainnya. Wajahnya

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    100.

    "Aku udah menolaknya," jawab Felix lagi."Bagus. Aku butuh bantuan kamu dan juga yang lainnya. Jadi, tolong kirim dua orang untuk jaga-jaga di bawah jendela kamar Nona Zoya! Aku pikir, akan terjadi hal buruk sebentar lagi.""Dan, aku cuma percaya sama kamu. Jadi aku mohon, tolong jaga Nona Zoya dengan baik!""Ya. Kamu jangan cemas, Tuan! Aku akan jaga Nona semampunya," ujar Felix, yakin. "Aku akan tunjuk Andra dan Wahid untuk jaga-jaga dari kejauhan," ujar Felix, lagi. "Aku mengandalkan kamu, Felix. Pastiin Nona aman selama aku nggak ada di sampingnya!"Setelah melihat Felix mengangguk, Aldebaran pergi menuruni tangga menuju ke ruang kerja Sultan. Aldebaran sangat berat melangkah meninggalkan Zoya. Walaupun ada tiga orang yang menjaganya, tetapi hatinya tetap tidak tenang. Sesampainya di ruang kerja Sultan, Aldebaran mengetuk pintunya. Sesekali, dia melirik ke kanan dan kirinya, memastikan jumlah anak buah Keenan yang berjaga di sekitar ruang kerja Sultan."Damn! Kalo dilihat dari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status