Halo kakak-kakak baik hati yang sudah membaca dan menunggu cerita ini. Ini pertama kali aku menyapa kalian yaa^^
Jujur aja, aku mengalami writer blok untuk Cherry dan Jenaro hampir setahun;( beneran blonk nggak ada ide buat lanjut dan permasalahan di RL (real life). I'm so sorry :(
Tp yang bikin terkejut, setelah aku update ternyata masih ada yang menunggu ╥﹏╥
I'm so grateful for u all ♡
Mari kita lanjut sampai tamat ya:) jangan menghilang >_< rajin-rajin komen yaa, biar aku tahu kalau kalian membaca cerita ini.
Thankyou ♡♡♡♡♡
Follow akun instagr*m ku juga di @babgbunluv._ masih baru, masih sepi. Follow ya, biar nggak berdebu ˚‧º·(˚ ˃̣̣̥⌓˂̣̣̥ )‧º·˚ wkk, enggak deh bercanda.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Yang mau baca Jenaro nge-reog coba cung dulu ☝
"DAMN!"Seorang gadis cantik yang memakai setelan baju kerja itu tampak memekik dengan mata serta mulutnya membuka lebar ketika melihat bagaimana kondisi kamarnya terlihat begitu berantakan. Terdapat banyak camilan yang berceceran di lantai serta kasurnya. Serta seorang gadis lain yang tampak tak peduli dengan keadaan sekitarnya itu. Ia masih asik melihay ke arah layar smart TV milik Valerie Aurora. "Holy shit! What are you doing, Cherry Naomi?" Ujar Valerie yang masih menganga lebar. Seketika kepalanya berdenyut nyeri melihat kekacauan ini. Sialan! Apakah seseorang yang patah hati terlihat begitu berantakan seperti ini? Pikirnya dalam hati. "Kau buta?" Ujar Cherry sembari menatap ke arah Valerie yang baru saja pulang dari kantornya. Ia tampak tenang sembari memakan snack ringan itu. "Aku sedang menonton sebuah kartun," balasnya seakan tak peduli. "Ingin bergabung? Lihat Tom dan Jerry itu sangat lucu!" Ujar Cherry sembari terkekeh melihat kartun di depannya. Valerie sontak berdeca
Balutan tuxedo mewah itu tampak terpasang pas di badan tinggi dan tegap milik Jenaro Rafandra. Didampingi Jemian, pria itu tampak begitu gagah ketika sepatu pantofelnya memasuki sebuah gedung yang dihias mewah untuk memperingati hari pernikahan si pemilik acara. "Selamat atas hari pernikahan ke-26 tahun kalian, Tuan Johnson dan Nyonya Grace." Ujar Jenaro sembari mengulurkan tangannya pada sang calon mertua. Bersama dengan senyum lebar menyambut kedatangan sang calon menantu tentu saja Tuan Johnson begitu senang sembari membalas uluran tanganku bahkan sampai merangkul Jenaro. "Bukankah sudah ku katakan, panggil kami dengan Papa dan Mama, Jenaro!" Ujar Ayah Cherry dengan mata tuanya yang teduh. Tersenyum tulus, lantas Jenaro pun membalas, "Um, maaf. Aku hanya perlu membiasakan diri lagi," ujarnya terdengar agak canggung. Tentu saja, moment antara dua orang penting di dunia perekonomian ini tak lepas dari kilatan kamera yang berlomba-lomba mengambil foto mereka. "Maaf, jika ayahku
Pesta malam ini sangat meriah, jamuan yang tersaji dimasak oleh chef-chef terkemuka, hingga beberapa jenis Champagne yang disajikan merupakan minuman beralkohol dengan stok terbatas, tentu saja dengan harga begitu fantastis. Semua orang yang datang tampak menikmati jamuan pesta anniversary keluarga kaya raya itu tampak begitu senang ditemani dengan nyanyian lagu ballad romantis yang mengalun sepanjang pesta dimulai. Tapi sepertinya, kesenangan itu tidak berlaku dengan seorang pria yang kini tengah duduk di sofa panjang yang disediakan. Pria itu memilih sendiri, setelah menanggapi beberapa orang yang melakukan pendekatan perihal bisnis padanya. Jenaro Rafandra, pria itu kini memilih diam dan duduk menikmati minumannya.Wajah tampan bak dewa itu tampak tenang sembari meneguk gelas Champagne miliknya, yang entah sudah gelas ke berapa ia meneguknya. Ia lebih memilih menikmati minumannya daripada menerima ajakan Alice untuk berdansa dengannya di lantai dansa sana.Apa wanita itu gila? Pik
Cherry Naomi, gadis itu sebenarnya tengah berusaha menahan mati-matian rasa cemburunya pada sang ibu. Melalui ekor matanya ia selalu memperhatikan bagaimana sang ibu tampak begitu asik berbincang dengan pria yang disukainya. Shit! Seharusnya ia yang ada di sana, meneguk Champagne keluaran terbatas itu dengan Jenaro Rafandra, si pria tampannya. Bukan justru wanita tua itu yang melakukannya, geram Cherry dalam hatinya. Sepanjang ia melangkahkan kaki memasukkan gedung ini, Cherry benar-benar berusaha menahan diri untuk tidak bersikap agresif seperti biasanya. Melihat Jenaro dari kejauhan saja sudah membuatnya pening.Benar, jika dirinya berjalan angkuh melewati pria itu. Namun aroma maskulin yang berasal dari parfum pria itu masih terus saja mengusik indra penciuman dan pikirannya. Jika dirinya tak sedang berusaha mempertahankan harga diri, dapat dipastikan ia akan menarik pria itu untuk memesan kamar saja. Mendekap dada bidang itu hingga pagi. Menjauhkan pria itu dari tatapan-tatapa
"Kau meragukan kesungguhanku, dude?"Ucapan Jenaro terdengar rendah dan datar. Pria sialan ini sangat meremehkannya. Ia menatap marah dengan mata yang memicing, seakan siap menghunuskan pedangnya untuk memotong lidah pria itu menjadi bagian-bagian kecil. Deon yang mendapat tatapan mematikan itu justru mematri senyumnya. "Syukurlah jika kau bersungguh-sungguh. Aku tidak akan tinggal diam jika siapapun itu menyakiti wanita kesayanganku," balasnya dengan begitu tenang. Sepertinya pria itu tidak tahu jika dirinya tengah berhadapan dengan dewa kematian. Mendapat aura permusuhan yang menguar itu sana sekali tak membuat Deon Harris merasa gentar. Pria itu justru berjalan lebih dekat dengan Jenaro. Mencondongkan tubuhnya pada pria itu sembari berkata rendah, "Jaga dia baik-baik, atau aku bisa saja mengambilnya kembali.""Deon!" Pekik Cherry sembari berdiri. Mereka yang tampak ingin berperang, Cherry yang merasa cemas dan gelisah. Oh, apakah dua orang ini tidak tahu? Jika sedari tadi kedu
Setelah berhasil menghindar dari pesta membosankan itu, kini Cherry Naomi tampak duduk dengan hati sedikit gelisah di dalam Porsche Panamera berwarna hitam itu. Tentu saja bagaimana ia bisa duduk nyaman jika sedari tadi tangan kiri milik pria itu tak beralih sedikit pun dari pahanya yang terbuka jelas. Bahkan dengan sengaja, sesekali Jenaro Rafandra mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di kulit halus paha Cherry Naomi. Membuat gadis itu merasakan gelisah akan setiap sentuhan yang pria itu berikan.Menggigit bibirnya sesekali karena merasa gila atas perlakuan pria ini. Malam ini ia melihat Jenaro bukan seperti pria itu biasanya. Fuck!Pria sialan!Umpat Cherry berkali-kali. Mengantar pria itu untuk pulang sepertinya memang kesalahan besar namun tak bisa dipungkiri apabila dalam hatinya yang paling dalam ia menyukai hal ini. Tak begitu ada sifat menyebalkan yang selalu pria itu tunjukkan. Kini pria itu tampak seperti singa yang tengah bersikap posesif pada pasangannya. Semakin lama
"Aku mengajak kau kemari bukan untuk membuatmu mengagumi setiap sudut isi rumahku, Cherry Naomi." Terdengar suara berat dan setengah menggeram itu dibalik punggung wanita cantik yang sedari tadi tampak sibuk mengabadikan setiap inci penthouse mewah ini. Cherry yang sibuk dengan ponselnya pun tampak acuh dengan ucapan pria itu yang tak lain adalah Jenaro Rafandra, si tuan rumah. Wanita manis itu tampak sibuk dengan ponselnya, mengambil gambar di beberapa sudut rumah pria itu lalu ingin memamerkannya pada sahabat-sahabatnya, terlebih Valerie. Gadis itu pasti akan merasa iri padanya karena bisa masuk ke dalam penthouse 'The Castle'. "Jey, sebentar! Aku harus merekam ini, lalu mengirimkan pada Valerie agar wanita itu semakin menangis melihat benda-benda canggih ini. Lalu aku juga akan mengirimkannya pada Felix dan juga Jack, mereka pasti–," ucapan wanita itu terpotong, manakala ponsel pintarnya direbut dengan paksa oleh seseorang yang tiba-tiba mendekat pada dirinya. "Jey! What are y
Attention — [cw // mature content, harsh word, dirty talks, kissing, and more. Minor atau yang tidak suka bacaan vulgar, mohon di skip]——— happy reading. "Bukankah kau merasa risih jika aku terlalu sering menempel denganmu?" Pungkas wanita cantik itu, dan sukses membuat Jenaro mendengus tak suka. Wanita ini selalu saja membalikkan keadaan dengan membandingkan pada dirinya. Perlakuannya pada wanita itu. "Meskipun begitu bukan berarti kau bisa mengabaikanku seenaknya, Cherry Naomi!" Balas pria itu kembali tak suka jika wanita ini mengabaikannya. Banyak wanita yang mengagumi bahkan memuja sosok Jenaro Rafandra. Wanita-wanita itu selalu saja berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan di pesta kali ini, tak sedikit wanita dengan tingkah jalangnya terang-terangan menggoda dirinya.Termasuk kebiasaan Cherry Naomi sebelumnya, wanita itu selalu mengusiknya. Dan kini, Jenaro merasa marah saat wanita itu tak lagi mengusiknya, bahkan mengabaikannya seperti ia sama sekali tak nampak