"Aku bisa memesan taksi online, ataupun meminta jemput pada supir. Kenapa kau harus repot–repot untuk mengantarku, Jey? Kau sudah sangat terlambat," ujar wanita manis itu sembari memasang sabuk pengamannya.Raut wajah Cherry justru terlihat lebih panik daripada Jenaro. Bahkan wanita itu langsung melompat turun dari pangkuan sang tunangan saat mendengar pekikan suara Jemian dari dalam ponsel Jenaro.Ia dapat mendengar jelas, karena memang Jemian memekik kencang sekali. Pria itu terdengar marah lantaran ada pertemuan pentin bernilai jutaan dollar yang harus Jenaro hadiri, namun pria itu justru belum sampai di kantornya.Cherry sudah menawarkan diri untuk tidak diantar pulang oleh Jenaro, karena jarak Arosoft dan rumahnya cukup memakan waktu sekitar 15 menit. Namun siapa sangka, jika pria ini dengan sangat keras kepala tetap ingin mengantarnya untuk pulang. "Kau ingin aku di cap sebagai tunangan yang jahat?" ujar Jenaro tanpa menatap ke arah Cherry. Matanya yang tajam dan rahangnya yang
"Oh, wow— Astaga! Apakah aku akan menyaksikan live adegan mesum kalian?" Ujar Cherry Naomi sarkas sembari memasang raut wajah pura-pura terkejutnya. Pekikannya itu lantas membuat dua orang yang tengah bercumbu rayu itupun sontak saling menjauhkan diri. Cherry mendengus kesal manakala ia melihat sang wanita tampak merapikan baju atasnya, lebih tepatnya mengancingkan baju atasnya. Tanpa sadar tangannya mengepal dengan erat. Suasana paginya yang cerah mendadak rusak melihat dua manusia yang sama—sama tak punya otak itu. "Di mana sopan santunmu Cherry Naomi?" Ujar sang pria menatap tajam ke arah wanita yang telah mengganggu aktivitasnya itu. Wanita bernama Cherry itupun lantas tersenyum miring, lalu tungkainya bergerak maju dengan santai menuju meja kerja milik Jenaro Rafandra, tunangannya. "Sopan santun?" ujar Cherry seraya menyunggingkan salah sudut bibirnya. "Oh, lalu bagaimana dengan seorang sekretaris duduk di atas pengakuan bosnya? Bahkan hampir saja menyodorkan dadanya? Ck, apakah
[Masa Sebelum Prolog]●○●○●○●○Seorang pria paruh baya tampak berjalan kesana kemari sembari menggeram hingga terdengar suara gemeletuk dari barisan gigi-giginya terdengar jelas. Pria itu menatap ke arah luar mansion mewah miliknya, hingga tak berapa lama kemudian seseorang yang memakai pakaian serba hitam dari jas hingga celana kain bahkan kacamatanya juga berwarna hitam tampak berlari menghadap pria paruh baya itu. "Kami sudah menemukan lokasi Nona muda saat ini Tuan," ucap pria berbadan tegap dan begitu kokoh itu begitu sopan. Mata pria paruh baya itu memicing tajam, "Bawa gadis nakal itu pulang sebelum jam 8 malam ini," perintahnya pada pria berbadan besar itu yang tak lain adalah seorang bodyguardnya. Bodyguard itu mengangguk dengan patuh, lalu membungkuk hormat dan berbalik badan melaksanakan perintah tuannya. "Dia akan pulang sebentar lagi," ucap seorang wanita yang tampak seumuran dengan pria paruh baya itu. Berjalan dengan anggun ke arah suaminya yang sedang duduk di sofa
Cherry tersenyum remeh, "Siapa dia Mochi?" tanya Cherry dengan sinisnya. Bertanya pada pria berambut pirang itu yang ternyata bernama Mochi, sahabat Cherry selain mereka yang ada didalam grup chat tadi. "Namanya RM," sahut Mochi sembari menyalakan korek api, lalu membakar ujung rokok sembari menghisapnya. "RM ?" ucap Cherry sedikit terkejut dengan ucapan Mochi. Mochi menghirup rokoknya kemudian menghembuskan nafasnya hingga muncul kepulan- kepulan asap dari mulut merah mudanya."Race Monster. Orang- orang biasa memanggilnya RM," ucap Mochi sembari menunjuk pria yang bernama RM itu dengan dagunya. Cherry tertawa mendengar ucapan Mochi, bukannya takut dengan tantangan pria bernama Race Monster itu namun justru tertawa karena menurutnya nama pria baru itu sangatlah menggelikan. Pria itu bahkan bukan pemenang Formula 1 dunia, tapi kenapa bisa melabeli dirinya dengan nama Race Monster? Sungguh menggelikan bukan. "Sepertinya kau meremehkanku Sweetie," ucap pria yang bernama RM itu semba
Jenaro beserta sang ayah memasuki sebuah mansion mewah di kawasan Manhattan. Jenaro memasang wajah sinisnya, pantas saja sang ayah bersikeras untuk menjodohkannya dengan anak dari sahabatnya itu. Ternyata keluarga mereka benar-benar kaya. Jenaro tidak bisa mengelak jika keluarga Johnson adalah keluarga konglomerat yang hartanya tidak akan habis dengan 7 turunan sekalipun. Bahkan suami dari kekasihnya pun juga termasuk pria kaya yang hanya bekerja di Dubai setiap harinya dan hanya pulang selama sekali dalam 2 tahun. Dan itu sangat menguntungkan dirinya bukan? Jenaro sangat mengagumi sosok dari wanitanya saat ini. Dirinya sudah memandang Alice sejak masa kuliah, di mana dirinya dipertemukan pertama kali saat berada di sebuah pesta keluarga.Sejak saat itu Jenaro terpesona dengan sosok Alice yang menurutnya sangat hangat. Hingga sebuah perasaan terlarang membuncah dalam dirinya dan dengan berani dirinya mengajak wanita itu untuk makan malam bersama. Dan mulailah terjalin hubungan antara
Cherry bersama sang mama mulai masuk ke ruang keluarga, di mana Cherry melihat seseorang dengan tubuh yang bisa dibilang gemuk itu tengah duduk dihadapan sang ayah. Dengan langkah percaya diri Cherry melangkah mendekati pria itu. Bahkan tanpa permisi Cherry langsung saja duduk disebelahnya dan mengalungkan tangannya pada lengan pria itu. Bergelayut sok kenal dan bertingkah centil. Ck, jika bukan karna mobil kesayangan dan harta warisan keluarga Johnson, Cherry tidak akan pernah sudi bertindak seperti ini. Bukan gayanya sama sekali. Sontak semua orang yang melihat tingkah seorang Cherry Naomi tersentak kaget, terlebih lagi sang ayah. "Apa yang sedang kau lakukan Cherry Naomi?" geram sang ayah yang terlihat malu dengan tingkah putrinya itu. "Aku hanya mencoba akrab pada pria yang dijodohkan denganku, Pa!" Ujar Cherry dengan begitu percaya diri tersenyum lebar pada ayahnya. Jawaban Cherry membuat sang mama mengulum bibirnya. Oh, sepertinya putrinya ini salah sasaran. "Tapi bukan aku
"Pecat tante Alice dan carilah sekretaris yang baru." "Apa kau bilang? Kau jangan sembarangan Cherry Naomi!" desis Jenaro dengan menatap tajam kearah Cherry. Oh gadis ini sangat berbakat sekali membuat amarahnya meledak. Cherry memutar bola matanya malas. Berjalan mendekat pada kursi Jenaro. Duduk bersandar pada meja kebesaran tunangannya itu. "Aku tidak pernah sembarangan Jey!" ujar Cherry. "Aku sudah memberikan kelonggaran dengan mengizinkanmu bisa menjalin hubungan kotor kalian. Dan aku! Aku hanya ingin menyelamatkan perusahaanmu dari sekretaris tak mumpuni seperti tante Alice. Kau pikir levelku adalah untuk mendesain karakter cooking game yang menjadi andalannya itu?" ujar Cherry mengungkap fakta yang mampu membungkam mulut Jenaro. "Heol! Bahkan anak SD pun bisa menggambar karakter cooking game wanitamu itu! Idenya pun sangatlah minim, dan masih saja kau pertahanan sebagai sekretarismu?" ujar Cherry memasang wajah penuh ejekan untuk Jenaro. Semua yang dikatakan Cherry memang b
Suara dentuman alunan musik cukup terdengar keras memekikkan telinga beberapa anak manusia yang kini sedang berkumpul di sebuah meja tak jauh dari tempat beberapa orang lain yang sibuk meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik malam ini. Namun tampaknya beberapa anak itu tak tertarik dengan alunan musik di bar malam ini, mereka justru terlihat sangat serius menanggapi salah satu ocehan temannya saat ini. “Apa kau masih waras Cherry Naomi?” ucap seorang wanita muda berambut pirang yang seakan tak percaya dengan apa yang baru saja sahabatnya itu katakan.“Bagaimana bisa kau memberikan tawaran yang mustahil kau lakukan itu!” ujarnya sembari berdecak kesal. Cherry meneguk Champagne yang ada di tangan kanannya. Menringis sejenak kemudian menatap wanita berambut pirang itu dengan cengirannya. “Tidak ada yang tidak bisa aku dapatkan Valerie,” ucap Cherry begitu tenang sembari kembali meneguk minuman beralkohol itu. “Tapi ini bukan hal yang bisa dengan mudah kau dapatkan Cherry. Astag