Share

07

Happy Reading and Enjoy~



Ruangan itu seketika hening, dahi John berkerut lalu tatapannya beralih pada Joan yang duduk dengan wajah pucat.



"Kau menyuruh anakmu berbohong, Joan?"



Joan tergagap. "Dia hanya bermain-main, tuan. Mohon jangan terlalu di pikirkan."



"Aku tidak berbohong. Daddy aku sudah bertunangan dengan Allard hari ini. Dan dalam waktu dekat aku memintanya untuk menikahiku."



"Kalau begitu, mana cincin tunangannya? Menjadi kekasih Allard pasti mendapat cincin mewah, yang di rancang dari luar negeri."



Bagaimana? Luna tidak memikirkan hal ini. John tertawa, matanya yang keriput menyipit, hingga memperlihatkan garis tipis. Menit kemudian tawanya terhenti, wajahnya menyorot tajam.



"Jangan besar kepala, gadis miskin. Di luar sana puluhan wanita mengantri tidur denganku, aku sudah memilihmu menjadi istriku. Seharusnya kau senang, juniorku masih perkasa dan bisa membuatmu lemas."



Luna menutup mulutnya dengan sebelah tangan, bayangan tidur seranjang dengan pria tua ini bisa membuatnya begitu mual. Ia berjalan lalu duduk di sofa dengan gaya arogan. Kak kanannya bertumpu pada kaki kirinya. Jika lelaki tua ini bisa menyombongkan diri, maka Luna juga bisa.



"Meskipun aku gadis miskin, tetapi tubuhku tidak miskin. Kau terlalu berpikiran kolot, pria tua—"



"Luna!" Joan membentaknya, mata pria itu membesar. Melotot ke arah Luna seolah ingin memakan gadis itu.



Tidak memperdulikan teguran daddynya, Luna kembali melanjutkan. "Aku bisa menukar tubuh mahalku dengan milliaran uang, yang bisa membangkitkan kami dari keterpurukan. Saran dariku, Tuan John Lauchburg yang terhormat. Carilah gadis lain yang mengantri padamu itu, jangan datang lagi ke sini. Karena kami tidak membutuhkan bantuanmu."



Plak ...



Tamparan keras mendarat pada pipinya, Luna mendongak, menatap daddnya yang melotot dengan wajah marah.



"Anak kurang ajar! Aku tidak mengajarimu bersikap seperti itu!"



John terbahak. "Menarik, gadis miskin. Ternyata kalian mempermainkanku, aku sudah tulus ingin membantu tapi ini yang ku dapat."



"Tuan, tolong jangan dengarkan Luna, dia hanya bercanda."



John mengangkat tangannya sebelah. "Tidak perlu menjelaskan apapun lagi. Perjanjian kita batal, dan rumah ini akan segera di sita beserta barang-barangnya. Anakmu jalang yang sudah banyak dimasuki, ku pikir dia polos ternyata tidak. Aku tidak tertarik lagi."



Ia berdiri, menatap tajam Luna yang memegang pipinya. "Perempuan miskin sialan," umpatnya pelan.



Dengan penuh harga diri, John melangkah keluar yang langsung di susul daddnya. "Tolong dengarkan aku, tuan."



Luna menunduk, kedua tangannya bergetar. Sebenarnya ia takut, amat sangat takut. Masalah ini seperti jalan buntu yang harus di lewati. Jika ... jika memang bisa menjual tubuhnya dengan harga milliaran, akan di lakukannya. Tetapi, menjadi wanita malam juga bukan pilihan yang bagus. Bahkan lebih parah karena dirinya harus melayani lelaki dari yang muda hingga tua, dari yang tampan hingga jelek.



Brak...



Daddynya membanting pintu kuat, matanya menunjukkan bahwa saat ini ia ingin bertindak kasar pada putri semata wayangnya itu.



Sebelum menggapainya, Luna berlari. Menjerit dengan suara lantang. "Sudah ku katakan aku tidak ingin menikah dengannya, Daddy! Aku akan meminta Allard Washington menikahiku. Aku akan menjamin kehidupan kita selanjutnya. Tolong, percaya padaku. Kali ini saja."



"Kau pikir dirimu siapa, Luna! Sekarang apa yang harus kita lakukan? Semuanya berantakan, aku sudah bersusah payah membujuknya untuk bekerja sama, tetapi kau malah menghancurkannya dengan sekejap mata!"



"Besok ... besok aku akan membawa Allard ke hadapan Daddy. Aku janji."



Tuhan ... bantu dia.



***



Kedatangannya kali ini ke Washington Corp sedikit berbeda. Jika kemarin Luna bersikap sombong dengan tangan kosong, maka kali ini tidak. Yang paling disyukuri adalah, penjaga meja resepsionis wanita kemarin. Casandra. Tanpa banyak bicara, Luna mengeluarkan kartu itu. Meletakkannya di atas meja dengan arogan.



"Apa sekarang aku sudah bisa menemui Allard?"



Casandra mengangguk dengan takut-takut. "Ahh, iya nona silahkan lewat, mari saya antar." Dengan gaya penjilat yang luar biasa, Casandra bersikap ramah padanya.



Sepanjang jalan meminta maaf dengan kalimat tidak langsung. "Kemarin juga saya sudah nebak kalau nona ini orang penting, tapi jika saya membolehkan pekerjaan saya jadi taruhannya, nona."



Luna mendengarkannya dengan malas-malasan. Ia diam, tidak menanggapi ucapan Casandra. Yang penting saat ini bisa bertemu dengan Allard. Tubuhnya sudah gemetaran sejak tadi, tapi sebisa mungkin ia mencoba untuk merilekskannya.



Saat keluar dari lift langkahnya semakin berat, dan langkahnya berhenti ketika tiba di meja sekretaris. Luna merasa tubuhnya menggigil. Casandra mengucapkan sesuatu pada sekretaris itu, tetapi Luna tidak dapat mendengarnya. Ia terlalu sibuk menata dirinya agar bisa bersikap tenang.



"Masuk saja, nona. Tuan Allardnya sudah menunggu di dalam."



Jantungnya seketika berdegub kencang, bahkan ia bisa mendengarnya. Mengangguk sekali pada sekretaris Allard, Luna melangkah masuk.



Kesan pertama saat memasuki ruangan Allard adalah, gelap. Meski jendela terbuka bahkan ada cahaya yang masuk, Luna merasa nuansa ruangan ini berbeda. Tubuhnya seolah dihimpit dengan benda besar tak kasat mata, ia bahkan sulit mengatur napasnya yang memburu.



Seorang pria duduk di meja kebesarannya, membelakangi Luna. Syukurlah, setidaknya hal itu membuat Luna bisa bernapas dengan benar.



"Tu-tuan, nama saya Luna Ananta."



Ya Tuhan, perkenalan diri macam apa itu? Ibunya menyuruh agar ia bersikap seperti wanita nakal, bukan wanita yang gemetaran seperti ini.



"Aku tidak perlu berbasa-basi lagi. Aku datang ke sini untuk meminta bantuanmu. Daddyku ingin menjualku dengan pria tua berumur 60 tahun, hanya pria itu yang bisa menolong kesusahan yang dialami keluarga kami. Tetapi ibuku bilang aku bisa lari dari perjodohan konyol ini, asalkan kau mau menikahiku."



Allard tertawa sinis. "Jadi kau memanfaatkanku?"



Luna membasahi bibir bawahnya. "Bu-bukan begitu, aku hanya meminta bantuanmu. Setelah kau menikahiku kau bisa menceraikanku."



"Dan membuat namaku buruk di publik? Allard Washington menikah satu hari."



Salah! Bukan seperti itu maksudnya.



"Tidak perlu menikahiku, pinjamkan saja uangmu dan aku bisa menjadi pelayanmu seumur hidup hingga hutangku lunas."



"Jika kau mati hutangmu belum lunas? Apa yang bisa ku dapat sebagai jaminan?"



Tidak heran Allard menjadi pria sukses di umur yang masih sangat muda. Luna mati kutu. Kehabisan cara untuk merayu pria in agar mau bekerja sama.



"Mayatku. Kau bisa menggunakan organ-organ tubuhku untuk kau jual."



Kosong, Luna tidak bisa memikirkan apapun, hanya itu yang terlintas di benaknya.



Allard kembali tertawa. "Jika seperti itu, kenapa tidak kau jual saja organ dalammu sekarang? Kau tidak perlu meminta bantuanku, lagipun, sejak awal daddymu ingin menjualmu pada pria tua, bukan? Itu artinya tidak masalah jika kau mati."



Kedua matanya berkaca-kaca. Luna tidak bisa membalasnya lagi. Padahal ia sudah berjanji pada daddynya agar membawa Allard pulang, tetapi semuanya hanya omong kosong. Dengan tekanan emosi, Luna berteriak kuat.



"Nikahi aku!"



Bersambung...


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status