Happy Reading and Enjoy~
Pria di hadapannya menjulurkan tangan hingga menyentuh titik sensitif Luna dari luar dress, menekankan tangannya di sana dengan sikap yang luar biasa kurang ajar. Luna bergetar, ketakutannya memancar jelas, hingga pria itu mengerutkan dahi dengan sikap menyelidik.
"Kau hanya tikus kecil yang mencoba menjadi bangsawan, eh? Jika kau benar-benar kekasih Allard kau tidak mungkin gemetar seperti ini hanya karena sebuah sentuhan." Pria itu berbisik di telinganya. "Sebab Allard menyukai kekerasan dan seharusnya kau sudah terbiasa, bukan?" Di akhir perkataannya pria itu menggigit kecil daun telinga Luna.
Hidupnya kacau! Kacau! cepatlah ia keluar dari sini, berduaan dengan pria ini membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Tubuhnya akan bergetar dan kesan wanita nakal yang ingin ia tunjukkan gagal total.
Beruntung keinginannya terpenuhi sebab tidak lama setelah itu pintu lift terbuka, kesempatannya melarikan diri semakin besar.
"Ah tepat sekali, sebaiknya kita menghabiskan waktu di ranjang bukan di dalam lift." Pria itu berjalan terlebih dahulu dan Luna mengikutinya, matanya menatap sekeliling untuk melihat para karyawan yang menunduk dan menyapa ramah pada pria ini.
Tampaknya pria ini benar-benar teman dekat Allard dan menduduki posisi yang tinggi di perusahaan. Luna berbohong pada orang yang salah.
Ketika mereka berbelok di saat itulah Luna membalikkan badannya dan berlari, tidak lagi mengikuti pria itu. Heels nya masih dijinjing, sebelah tangannya yang lain menjinjing tasnya.
Tanpa memperdulikan tatapan orang-orang Luna berhenti pada lift yang tadi di naikinya, tetapi langkahnya terhalang oleh dua tangan karyawan yang memakai jas hitam, karyawan yang sejak tadi berdiri di kedua sisi pintu lift.
"Maaf, nona. Lift ini hanya boleh dinaiki oleh Tuan Allard dan rekan bisnisnya yang lain."
Luna mengibaskan rambutnya dengan gaya sombong yang tentunya membuat karyawan itu meringis saat melihat Luna mengibaskan dengan tangannya yang menjinjing heelsnya.
"Apa kau tidak lihat aku bersama pria tadi? bukankah itu teman Allard, jadi aku ingin menjelaskan bahwa aku adalah kekasih Allard. Biarkan aku masuk, jangan membuatku menunggu lama."
"Sekali lagi maaf, nona. Kami tidak bisa ...."
Ucapan karyawan itu terhenti, mereka langsung membungkuk hormat. Luna menyunggingkan senyumnya, mereka tertipu juga. Dengan gaya yang semakin sombong, Luna mengangkat dagunya tinggi-tinggi, berjalan memasuki lift dengan membusungkan dadanya.
"Selamat siang, tuan."
Karyawan itu menyapa seseorang yang berada di belakang tubuh Luna, menelan ludahnya dengan gugup Luna memilih berlari dan lagi-lagi gagal.
"Mau lari kemana, wanita? Bukankah tadi aku menyuruhmu untuk mengikutiku, hem?" Tangan kokoh mendarat pada pinggulnya, tangan yang sama yang dirasakan Luna saat berada di tangga darurat tadi. Tangan pria itu! Ucapkan selamat tinggal pada kehidupannya di dunia.
"Aku hanya ingin mencari makanan, aku tidak berbohong padamu."
"Begitukah? Padahal aku mengajakmu karena Allard menyuruhku menyajikan hidangan lezat untukmu, perutmu akan terisi jika memutuskan untuk ikut denganku."
Allard yang menyuruh pria ini? Tapi Allard tidak mengenalnya ....
Luna membalikkan tubuhnya, apa pria ini mengikuti kebohongannya?
"Allard juga memberimu kartu izin agar bertemu dengannya, ku dengar kau adalah orang yang tidak diterima di meja resepsionis karena tidak memiliki izin resmi."
Tergagap Luna berkata. "Ka-kau tau dari mana?"
Pria itu mendekat lalu mengecup ujung hidungnya. "Aku bisa tau asal usulmu dan tujuanmu hanya dalam hitungan detik."
***
Seorang Allard tidak mungkin mau menikahinya, bukan? Tetapi tidak apa, Luna akan mencobanya. Ia menghela napas panjang, sebenarnya wajah pria tadi tidak asing. Luna pernah melihatnya, tetapi di mana? Apa di sebuah majalah?
Ia membuka laci yang berada tepat di samping ranjangnya, mengambil majalah Story yang sebulan lalu dibelinya. Di majalah ini ada berita tentang Allard, jika ia tidak lupa foto Allard juga di cantumkan. Luna membuka lembar demi lembar majalahnya hingga tepat pada bagian akhir majalah itu. Tidak ada apapun. Sepertinya di majalah Story yang lainnya.
Luna kembali memeriksa laci, mengeluarkan majalah Story lainnya. Dengan teliti membuka lembar demi lembar hingga pandangannya terhenti pada sosok wajah yang dikenalnya. Pria itu! Pria yang bertemu dengannya tadi, pria yang bermanik abu. Pria yang membunuh karyawan lain. Seketika jantungnya berdetak bertalu.
Tidak mungkin, pasti dirinya salah lihat. Pasti majalah ini salah, tetapi sayangnya di majalah itu jelas-jelas tertulis Allard Washington menolak menikah.
Dengan tubuh yang lemas, Luna mengambil ponselnya. Mencari nama Allard di media, dan yang benar saja! Lelaki yang bertemu dengannya tadi dinyatakan sebagai Allard Washinton.
Jadi ia berbohong di depan Allard? Mengaku-ngaku bahwa Allard kekasihnya di depan seorang Allard sendiri ... itu adalah tindakan yang memalukan.
Ya Tuhan, tidak bisakah ia menghilang dari bumi hanya untuk setahun saja? Tolong antarkan ia ke planet lain, tidak mengapa dirinya berteman dengan para alien.
Lalu bagaimana dengan besok? Memilih resiko dengan mendatangi Allard atau memilih kakek John?
Luna mengacak rambutnya frustasi, kenapa dirinya bisa sebodoh ini, tidak mengenali wajah Allard. Luna hanya mengetahui nama Allard Washington dari pandangan luar, ia hanya mendengar kabar burung. Luna tidak pernah mengikuti gosip orang-orang kaya. Itulah yang membuat wajah Allard samar-samar di ingatannya.
Pintu kamarnya terbuka, menampilkan daddy yang menyorot tajam. "Kenakan gaun terbaikmu, Luna. Tuan John ada di bawah, dia ingin bertemu denganmu."
"Aku tidak mau!"
"Kematian daddy dan mommy yang akan kau dapatkan. Pilihan ada di tanganmu."
Tubuh Luna bergetar, menelan ludah dengan susah payah. Luna bertekad, apapun yang terjadi besok, Allard Washington harus menjadi suaminya. Jika Allard menyuruhnya berlutut maka akan ia lakukan.
Luna memakai gaunnya, tanpa riasan di wajah. Ia berjalan dengan malas ke arah pria tua yang saat ini tertawa bersama daddynya. Saat melihat kedatangannya, wajah Joan langsung cerah. Senyum mengembang di wajahnya.
"Tuan, ini anak saya, Luna Ananta."
John berpaling, wajahnya yang berkeriput tersenyum mesum. Matanya menatap tertarik pada tubuh Luna, meskipun saat itu Luna mengenakan gaun panjang tanpa belahan.
"Aku ingin secepatnya, aku tidak sabar harus menunggu waktu lama untuk memilikinya." Tangannya terulur, "Sini sayang, duduklah di pangkuanku."
Luna menahan dirinya untuk tidak menampar tangan keriput itu, ia mengetapkan rahang dengan rasa mual yang bergulung-gulung ean siap untuk di keluarkan.
"Daddy, Tuan John, aku sudah bertunangan dengan Allard Washington. Dengan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, aku tidak bisa menikah dengan Tuan John."
Bersambung...
Ara menatap Allard dan Luna bergantian.''Selama aku menikah dengan Alex aku belum pernah kencan dengannya. Dan apa? Kalian menitipkan Sia karena ingin kencan seharian! Huh, jika aku tidak menyukai Luna, aku tidak akan mau melakukannya!''Luna mengulum senyum. ''Maafkan aku, Ara. Aku tidak tahu lagi kepada siapa kami bisa menitipkan Sia. Kau tau bahwa Sia sangat suka bermain dengan Dom.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Ya, kurasa kita akan menikahkan anak kita setelah besar nanti,'' ucapnya sembari mengedipkan matanya sebelah.Luna terkekeh sementara Allard berdehem. ''Aku tidak mau menjadi keluarga dari kembaran Arthur.''''Lupakan! Aku juga tidak mau putraku punya mertua sepertimu.'' Ara melotot.Seketika Luna terbahak, wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan guna meredam suaranya.''Baiklah, mungkin kami bisa pergi sekarang. Maaf merepotkanmu, Ara.''Ara ter
Luna mengulum senyum saat merasakan lengan kekar yang menyelimuti tubuhnya.''Kau masih marah padaku?'' Allard bertanya lembut.Ia tidak menjawab, kali ini apapun bentuk rayuan Allard tidak akan bisa mempengaruhinya. Lelaki itu tidak berubah!Bagaimana bisa menghukum salah satu karyawannya karena tidak sengaja memegang lengan Luna ketika ia hampir saja terjatuh. Jika karyawan itu tidak menolongnya maka sudah bisa dipastikan kedua lututnya mencium lantai.Bukannya merasa berterima kasih, Allard malah marah dan mengancam untuk memecatnya. Lelaki itu sungguh posessif! Dan sungguh ini bukan yang pertama kalinya.''Aku minta maaf, aku hanya tidak rela tubuhmu disentuh pria lain.''Luna mencoba melepaskan pelukan Allard.''Kau selalu berkata begitu dan mengulangi kesalahanmu. Apa kau tidak berpikir jika dia tidak ada maka tubuhku jatuh ke lantai? Makan siangmu juga akan jatuh berantakan. Ka
Tok tok tok Luna langsung membuka pintu tanpa melihat tamunya terlebih dahulu. Seketika ia langsung terperanjat melihat Grey yang berdiri di depan pintu rumah kumuhnya beserta beberapa bodyguard yang lain. Buru-buru Luna menutup pintunya, tapi Grey lebih dulu menahannya. ‘’Boleh saya masuk, Nona?’’ ‘’Ma-maaf, aku tidak bisa membiarkan orang asing masuk. Permisi.’’ ‘’Tunggu!’’ Grey tetap menahan daun pintu agar tidak tertutup. ‘’Ini tentang Tuan Allard. Saya tahu bahwa Anda mungkin tidak mau lagi mendengar apapun tentangnya, tapi saya belum pernah melihat Tuan sefrustrasi itu kehilangan seorang wanita.’’ Luna mendongakkan dagunya dengan gaya sombong. ‘’Yang dia inginkan adalah anak ini, bukan aku.’’ ‘’Anda salah, nona. Saya datang ke sini ingin membuat perjanjian dengan Anda.’’ ‘’Perjanjian’’ Luna mengerutkan dahinya, lalu pada akhirnya membuka lebar pintu rumahnya. ‘’Masuklah, kita bicarakan di dalam.’’ Tidak perlu diperintah dua kali, Grey langsung melangkah masuk. ‘’
Happy Reading and Enjoy~Allard menekan perasaan ketika tiba di depan rumah kumuh yang berada di hadapannya. Bagaimana bisa Luna memutuskan berada di sini dan meninggalkan kastilnya yang mewah!?Ia mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada jawaban. Allard kembali mengetuknya dengan tidak sabar, ia sudah menahan dirinya agar tidak langsung mendobrak pintu kumuh ini. Masih tetap tidak ada jawaban, yang terdengar hanya erangan kesakitan.''Luna kau di dalam?'' Ia bertanya cemas.Tidak ada sahutan. Kembali yang terdengar hanya erangan.Persetan dengan segalanya, Allard mendobrak pintu kumuh itu. Hanya dua kali dobrakan engsel pintu itu langsung terlepas. Ia akan memberi pelajaran bagi siapapun yang telah memberi Luna rumah tak layak pakai ini.''Luna!''
Happy Reading and Enjoy~Tidak ada yang berubah dari hubungan mereka, tapi sikap Allard perlahan berubah menjadi sedikit lebih hangat. Lelaki itu akan memeluknya dan mengelus perutnya hingga Luna terlelap.Saat bangun pagi Allard sendiri yang menyiapkan sarapannya. Ekspresi lelaki itu tetap sama, datar tanpa senyum. Sampai saat ini mereka baik-baik saja.Dan jika ada bom maka inilah harinya. Saat ia sedang berjalan-jalan di taman, salah satu bodyguard menghampirinya dan memberikan satu rekaman kecil.''Nona, saya mohon jangan beritahu Tuan Allard. Jika nona memberitahunya maka nyawa saya melayang, saya hanya ingin hidup nona bahagia tanpa adanya tipuan. Hanya ini yang bisa saya lakukan.''Mendengar hal itu ia buru-buru pergi ke kamarnya dan menghidupkan benda kecil yang di
Happy Reading and Enjoy~“Ada satu kabar gembira lagi yang ingin saya sampaikan. Wanita yang berdiri di samping saya ini sedang mengandung, tidak ada hari yang paling bahagia kecuali hari ini. Hari dimana saya tahu bahwa istri saya tersayang mengandung anak kami.”Riuh tepuk tangan terdengar membahana, semua tamu yang berada di sana memasang wajah ceria dan bahagia. Semua tersenyum dan bergantian memberi ucapan selamat, berbanding terbalik dengan Luna yang memucat.Allard mengetahui dirinya hamil. Sejak kapan? Apa lelaki itu langsung menyelidikinya setelah pergi dari kamarnya kemarin? Lantas mengapa Allard tidak mendatanginya dan marah kepadanya seperti yang ditakutkannya?Bahkan Allard menyampaikan kabar itu di depan rekan-rekan bisnisnya, apa lelaki itu menerima anak yang berada di kandungannya?“Kenapa wajahmu p