Share

Suamiku Dingin!
Suamiku Dingin!
Penulis: Maitra Tara

Mimpi Mama

Sinar matahari mulai menyinari seluruh sudut kamar Keyla. Terang benderang seperti siang hari padahal ini masih pagi. Keyla mengerjapkan matanya dengan enggan dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Rupanya gorden berwarna pastel itu telah tersibak. Pantas saja cahaya mentari bebas hilir mudik tanpa permisi melewati jendela kaca di kamarnya.

Keyla meraba-raba tempat tidur dengan tangan kanannya. Mencari sebuah ponsel yang entah di mana ia meletakkannya. Keyla lupa dimana menaruhnya setelah memakainya semalam suntuk.

Mata Keyla setengah membuka. Ia merasa setengah sadar dan setengah bermimpi. Rasanya baru beberapa menit lalu ia tertidur tetapi harus terpaksa bangun dan kembali menatap hari yang belum siap ia hadapi.

Perempuan itu melihat layar ponsel yang baru saja ia temukan di bawah bantal. Pukul delapan pagi. Keyla berharap bisa tidur lebih lama hari ini. Pertengkaran semalam suntuk yang sudah seperti pagelaran wayang dengan Bima membuatnya terjaga hingga pagi dengan mata yang sembab dan menimbulkan rasa perih.

"Ayo bangun! Anak perawan kok bangunnya siang!" teriak mama dari balik pintu dengan suara yang menggelegar. 

Pasti perempuan cerewet itu yang membuka gorden. Siapa lagi? Di rumah ini tidak ada yang lebih berkuasa dan segala titahnya harus dituruti kecuali Mama. Keluh Keyla sebal.

Lagipula, Keyla baru saja memejamkan mata. Ia tahu betul jam berapa dia selesai menangis. Setengah delapan. Selain itu siapa yang anak perawan? Mama pasti tidak tahu kalau anaknya sudah tidak perawan lagi. Haruskah Keyla memberitahunya? 

Oh, tidak, Key! Bisa bisa Mama kena serangan jantung kalau tahu kamu tidur dengan laki-laki yang bukan suamimu! 

Selesai mencuci muka dan menggosok gigi Keyla langsung ke dapur. Mama yang sedang menyiapkan nasi goreng di meja mengamati anak gadisnya dengan sorot mata yang tajam seperti kucing yang bersiap menerkam mangsanya.

"Habis nangis? Bertengkar dengan Bima?" tanya mama menyelidik bak seorang detektif. Kaum emak-emak memang tak bisa dilawan! Penciumannya tajam kalau soal beginian. Apalagi Keyla adalah anaknya semata wayang.

"Mama mauu tau aja deh urusan anak muda." Keyla menjawab ketus kemudian mendudukkan pantatku di kursi.

"Oh, jelas dong! Kamu kan anak Mama. Kalau kamu anak tetangga, beda lagi ceritanya." Mama memang pintar bicara. Tak terbantahkan! Pokonya jangan melawan kalau Mama sudah begini begini! 

"Iya kan, Pah?!" lanjutnya lagi ketika papa keluar dari kamar.

"Iya ... iya. Buat Mama apa sih yang enggak?" Seperti biasa. Papa tidak akan berani membantah kata-kata Mama. Bisa-bisa, papa disuruh tidur di sofa selama sebulan full. 

"Lagian kamu aneh, Key. Apa lagi sih yang kamu harapkan dari Bima? Sudah jelas dia tidak ada niatan buat nikahin kamu. Masih aja dikejar-kejar. Laki-laki lain kan masih banyak. Nyari tuh yang kayak Papamu itu, loh! Ganteng, mapan, setia, dan tanggung jawab! Mama tuh udah punya bad dream soal hubungan kamu dan Bima. Pasti kandas di tengah jalan!" Cerocos Mama non stop yang sudah seperti paranormal aja.

Papa yang mendengarnya pun manggut-manggut sambil menikmati nasi goreng buatan istrinya. Lagipula, memang masih ada laki-laki di dunia ini yang seperti Papa?

"Ya, mau gimana lagi, Ma? Namanya juga cinta. Iya kan, Pah?". Giliran Keyla meminta dukungan Papa. Masak mama terus yang didukung? Gak adil dong. Unfair!

"Betul kata Keyla, Mah. Mama dulu juga kan seperti Keyla."

"What? Papa serius, nih?" Gadis itu terkaget-kaget mendengar kata-kata Papa. Hampir saja memuncratkan butiran nasi dari mulutnya. Seketika itu matanya langsung melek satu juta watt!

"Ih, Papa! Kok malah jadi bahas Mama, sih?"

Melihat mama mencubit papa yang duduk di sebelahnya, sekilas membuat Keyla iri. Hampir tigapuluh tahun usia pernikahan, ia belum pernah mendengar Papa dan Mama bertengkar. Mama yang selalu bersikap manja pada Papa, dan Papa yang selalu mengalah pada mama. Jika ada satu saja pria seperti Papa, sampai ke kutub Utara, Amazon, atau ujung dunia sekalipun Keyla akan mengejarnya!

"Nah, berarti bukan salah Keyla kan, Mah? Buah jatuh tak jauh dari pohonnya!" balas Keyla berusaha membela diri meskipun pada akhirnya Mama yang menang.

" Memang betul buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tapi kayaknya kamu sebelum jatuh udah digondol monyet, Key. Lagian dulu Mama tidak sebodoh kamu. Sampai lima tahun pacaran tapi gak ada kejelasan. Sampai kapan mau digantung terus? Sampai kamu jadi perawan tua?"

Keyla sudah gak perawan, Ma. Balas gadis itu dalam hati. Ia menarik napas perlahan. Rasanya nasi goreng yang dimakannya berhenti di tenggorokan dan tidak mau meluncur ke perut karena mendengar kata-kata Mama.

Lagian, siapa juga yang mau digantung sampai tua?! Kami udah putus, kok. Baru semalam. Nih buktinya sampai mataku bengkak sebiji nangka! Nangka, ya! Bukan bakpao!

"Sudah-sudah. Ini kan hari minggu, hari libur, lebih baik kita pergi jalan-jalan saja daripada membahas soal Keyla. Dia kan masih muda. Masih perlu pengalaman." Papa menengahi agar obrolan ibu dan anak itu tidak berkelanjutan.

Mendengar kata-kata Papa, tanpa sadar Keyla manggut-manggut seperti orang yang terhipnotis. Meskipun badan Papa tinggi dan besar serta berkumis tebal, tetapi jiwanya lemah lembut. Cara bicaranya pun halus dan sangat jarang meninggikan suara. Bahkan, saat marah sekalipun papa tetap kalem.

"Keyla sudah duapuluh lima tahun, Pah. Dulu Mama umur segitu udah nikah," balas Mama tak mau kalah sambil memonyongkan bibirnya yang benar-benar mirip dengan Kylie Njuder.

Papa pun menghentikan acara makannya dan merangkul Mama dengan penuh cinta dan mesra. "Sudah sudah ... Papa tahu maksud Mama. Tapi bukan berarti kita boleh menekan Keyla. Akan datang saatnya anak kita menikah, punya anak, dan kita akan dipanggil opa dan oma."

"Tapi kapan, Pah?" Mama tiba-tiba menjadi melankolis dan diam-diam menyapu titik-titik embun yang menguap dari matanya yang bulat dan berwarna kecoklatan. Dan akhirnya begitulah akhir dari kisah hari minggu ini. Mama yang tadinya menggebu-gebu pada akhirnya jatuh terharu dalam pelukan Papa.

Well, setidaknya melihat pemandangan didepannya, membuat Keyla sedikit lupa akan mimpi buruk yang semalam. Mimpi buruk yang bahkan masih dirasakan sakitnya saat matanya tak lagi terpejam.

Hubungannya dengan Bima yang dibangun selama lima tahun terakhir berakhir sudah. Keyla mengatakan padanya, " Jika memang tujuan kita berbeda, untuk apa terus bersama? Bukankah menyakitkan saling mencintai tetapi hanya memikirkan ego masing-masing? Sampai kapan kita harus bersama seperti ini? Yang ada justru kita saling menyakiti. Lebih baik kita sudahi saja sampai di sini dan mari jalani pilihan masing-masing."

Ya. Berakhir sudah hubungan mereka. Hanya satu hal yang Keyla harapkan. Semoga keputusan yang ia ambil ini adalah hal yang benar dan tak akan ia sesali di waktu mendatang.

Note: Komen dan masukkan ke rak buku kalian ya. Makasih ....

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Jamiah Kampil
permulaan kemelut cinta
goodnovel comment avatar
Desi Ernawati
Kok emosi ya sama emaknya
goodnovel comment avatar
riwidy
nice fiction
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status