"A-aku... pulang dulu," kata Elsa. Arya menganggukkan kepala, tersenyum, lalu tangannya refleks terangkat dan mengacak rambut Elsa. Dan setiap pergerakannya itu tidak luput dari pengamatan Leon di balik kaca hitam mobil.
Elsa tampak memaksa seyum walaupun dia merasa sangat gugup sekarang, lalu dengan tergesa dia masuk ke dalam mobil. Elsa langsung merasa kecil, kecil sekali sampai dia tidak berani mendongakkan kepalanya. Beberapa saat dalam keheningan dan Leon tidak juga menyalakan mesin mobil.
"Sore, kak Leon." Elsa menyapa canggung, melirik Leon hati-hati, namun Leon tidak menyahut. "Kenapa?" tanya Elsa heran.
Elsa sampai di depan pintu apartemen yang Mami beritahukan padanya, berikut dengan kata sandi unit tersebut. Sekarang, melihat pintu metal yang tampak sangat kokoh itu, membuat nyali Elsa menciut, pegangan pada tali tas bekalnya semakin erat. Bagaimana dia bisa menyetujui ide maminya ini tanpa berpikir terlebih dahulu? Bagaimana respon Leon nanti? Dia pasti bakal marah besar kalau sampai tahu Elsa datang ke sini.Kata Mami, Elsa bisa langsung mengetik kata sandi di pintu itu dan membukanya. Tapi Elsa bahkan tidak tahu harus mengetik di mana. Lagipula, jika dia melakukan seperti yang Maminya sarankan, hal itu terkesan tidak sopan sekalipun pemilik apartemen ini adalah suaminya sendiri. Apalagi dengan hubungan pernikahan mereka yang sangat membi
Elsa tidak mengerti kenapa dia begitu gugup dan tegang, perasaan seperti ini tidak pernah disukainya. Namun ketika knop pintu diputar dan Leon muncul, jantung Elsa berdebar, berdebar dengan sangat menyenangkan, penuh antisipasi, gugup, dan ketegangan yang tinggi. Elsa berharap dia bisa bersikap dengan tenang, merespon dengan normal, setiap kali berhadapan dengan Leon. Akan tetapi, sepertinya itu sangat mustahil dilakukan. Terlebih dengan cara lelaki itu menatapnya saat ini.Elsa merunduk. Apa Leon akan benar-benar memarahinya? Dia sudah menunggu setidaknya selama lima belas menit yang terasa berjam-jam sampai Leon dan teman wanitanya selesai dengan acara makan malam mereka, padahal Elsa sendiri juga belum memakan apapun semenjak siang tadi. Di
Elsa terbangun merasakan pegal di sekujur tubuhnya, namun juga ringan di dadanya. Dia membuka mata, menatap langit-langit kamar dalam diam. Ketika berhasil meraih semua kesadarannya, ingatan mengenai kejadian semalam membuat darahnya mendidih dan naik ke wajah. Elsa mencengkram selimut semakin erat dan menaikkannya ke dagu, menggigit bibir ketika setiap momen itu berputar di kepalanya bagai sebuah film.Dia tidak percaya bahwa dirinya sudah tidak lagi perawan. Sudah bukan lagi seorang gadis. Di usia 16 tahun, ya tuhan, apa yang dirinya pikirkan?!Elsa memikirkan bagaimana semalam Leon menyentuhnya, menyebar gelenyar pana
Elsa memilih untuk kembali ke apartemen Leon, beruntung kemarin Mami sudah memberitahunya kata sandi unit tersebut, karena Elsa tidak akan siap jika harus pulang ke rumah dengan keadaan dan perasaan kacau seperti ini. Dia selalu bisa bersembunyi dari Leon, lagipula Leon juga tidak akan peduli pada apapun yang terjadi pada Elsa. Namun Mami pasti akan tahu, beliau pasti akan bertanya, sedangkan Elsa tidak sedikitpun ingin menjawab dan mengatakan yang sebenarnya.Jadi sekarang, setelah berdiam diri cukup lama dalam lamunan, Elsa mengumpulkan bahan-bahan makanan di dapur untuk ia masak sebagai makan malam Leon nanti. Elsa tidak lapar, dia
"Maaf," panik Elsa, segera meraih tisu di atas meja dan secara naluriah tangan Elsa bergerak untuk mengelap celana Leon yang basah, tapi bukannya membantu, bekasnya malah semakin melebar. Elsa merutuk dirinya sendiri karena tidak bisa fokus dan tubuhnya terasa seperti tersengat listrik ketika merasakan tangan Leon di pahanya, atau itu cuma khayalan Elsa saja? Tapi yang pasti, air yang tumpah dari teko itu tidak sedikit, nyaris membasahi setengah celana bahan yang dikenakan Leon.Leon mengerang dalam di tenggorokannya. Merasakan tangan gadis itu membelai pahanya membuat Leon menutup mata merasakan denyut tidak tertahankan yang terasa di
Hari ini, Elsa mendapat teguran dari wali kelasnya karena telah tidak masuk tanpa keterangan kemarin. Sebelumnya Elsa tidak pernah begitu, namun akhir-akhir ini sang wali kelas menyadari banyaknya absensi Elsa di kelas entah karena sakit lah, izin, bahkan alpa juga.Tangan Elsa berkeringat dingin karena cemas ketika dia menunggu jemputan di halte bus. Semua penghuni sekolah sudah pulang dan hanya sisa Elsa seorang diri di sana. Sepi itu memberi Elsa waktu untuk berpikir bahwa sekalipun dia telah menikah, sekolah harus tetap menjadi prioritas atasnya. Mama tidak akan senang jika tahu bahwa hari ini Elsa mendapat teguran. Karena Mama selalu bilang, untuk menguasai seorang laki-laki, perempuan harus memiliki kecerdasan melebihi mereka.Mama pasti mengira bahwa Elsa bisa menguasai Leon karena Elsa memiliki otak yang cerdas. Namun Mama tidak tahu saja, ketika Elsa berhadapan dengan Leon, otak cewek itu seolah melompat keluar dari tempatnya dan me
"Kamu baik-baik aja, Elsa?" tanya Mami pada Elsa, karena melihat kegelisahan di wajah menantunya itu, Maya tidak kuasa untuk menuduh Leon mengatakan yang tidak-tidak pada menantu kesayangannya."Aku gak apa kok, Ma." Setelah mengatakan itu, Elsa tersenyum untuk yang terakhir kali sebelum melangkah menjauh menuju kamarnya.Leon sedang mandi, jadi Elsa buru-buru mengganti pakaiannya di closet dan menyiapkan pakaian baru untuk Leon gunakan. Dan ketika Elsa sedang memilah kaus yang terlipat di lemari, Leon tiba-tiba saja masuk dengan tubuh basah dan handuk yang melilit di pinggangnya.Elsa terkesiap mundur dan bersandar di tembok sambil memeluk kaus berwarna putih milik Leon. Beberapa detik mata Elsa terfokus pada air yang mengalir pada tubuh kencang dan berotot itu. lalu dalam sekejap wajah Elsa memerah dan dia langsung memejamkan mata dengan erat.Leon berdiri di hadapan Elsa dengan tatapan jengkel. Dia menutup
Selama satu bulan ini, Leon jarang pulang ke rumah. Beberapa kali dalam seminggu dia akan menginap di apartemennya, saat itu Elsa selalu datang membawa makan malam, namun selama itu tidak pernah terjadi apapun di antara mereka. Elsa tidak lagi diizinkan untuk menginap di sana oleh Mami.Setiapweekend, Elsa bertemu dengan Mama-nya. Yang datang untuk menguras dompet Elsa. Hari Minggu ini Mama tumben membawa Elsa ke salon dan spa untuk mempercantik diri. Elsa masih ingat ketika Mama memarahinya karena pakaian yang Elsa pakai tidak banyak berubah. Elsa tidak bisa menjadi mamanya, mengenakan pakaian ternama dan sepatu tinggi, serta tasbrandedmahal. Elsa bahkan tidak suka mengenakan aksesoris.Namun untuk satu hari di hari Minggu itu Elsa menuruti kemauan Mama dan berdandan seperti yang Mama mau. Mengenakan pakaian, sepatu, dan tas branded mahal, aksesoris berkilauan, juga make up tebal disertai bulu mata yang m