Share

06

HAPPY READING!!!

*

Tok.... Tok...tok..

Pintu rumah diketuk. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan menampakkan seorang perempuan berhijab yang membukakan pintunya.

"Ananya kecapean nih Tan. Biasa." Kata Zeldan menunjuk ke arah Ana yang berada dipunggung Jidan.

"Langsung bawa masuk ke kamarnya aja." Suruh Okta mempersilahkan semua remaja itu masuk kedalam rumahnya.

Setelah membaringkan Ana di kasurnya, Jidan keluar dari kamar temannya itu dengan menutup pintu kamarnya perlahan dan melangkah menghampiri teman-temannya yang lain sedang menunggu di ruang tamu.

"Tidur dia?" Jidan mengangguk menyahutinya.

Mereka semua berkumpul diruang tamu. Sembari menonton dan memakan cemilan-cemilan yang disediakan. Atau lebih tepatnya, mereka ngambil sendiri tanpa perlu disuruh.

Beberapa menit kemudian. Pintu kamar Ana terbuka. Ana keluar dari kamarnya dengan keadaan setengah sadar. Sembari menggaruk hidungnya yang gatal, ia berkata. "Mah, laper." Katanya sambil melangkah ke meja makan.

"Oy! Melek dulu kali. Baru ngomong Laper." Kata Zeldan yang membuat Ana Langsung membuka matanya dan menengok ke sumber suara.

"Kalian ngapain disini?" Tanya Ana menghampiri kelima laki-laki yang sedang duduk didepan tv.

Ana duduk menyempil diantara Zidane dan Anta yang duduk bersebelahan. Ia mengangkat kakinya dan memeluknya sembari menatap ke layar tv nya. "Nyokap gue mana?" Tanyanya.

"Kedepan. Katanya mau nyamperin tetangga barunya yang baru pindah disebelah rumah Lo." Sahut Alfi yang berada tak jauh dari tempatnya.

"Ngapain Lo?" Tanya Ana galak. Entah mengapa saat melihat wajah temannya itu membuatnya menjadi kesal Sendiri.

"Lah, sensi dia?" Tawa Alfi.

"Nonton zombie dong. Udah lama gue gak nonton zombie." Usul Ana.

"Judulnya?" Tanya Kafi

"Apa aja. Yang penting zombie." Sahut Ana.

"Emang ada ya, judul film apa aj—" belum selesai mengucapkan ucapannya. Kepala Zeldan Langsung dipukul dengan kembarannya itu yang duduk  tepat disebelahnya.

Mereka pun mulai menonton saat filmnya dimulai. Saat dipertengahan film, Ana beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya ke arah dapur. "Ngapain Lo?" Tanya Jidan tanpa menengok.

"Ngemil." Sahut Ana yang sontak membuat kelima lelaki itu menengok kearahnya. "Udah malem. Nanti gendut loh," Ledek mereka bersamaan.

"Bodo amat. Gak denger!" Ana menutup kedua telinganya dan mengambil beberapa coklat dari kulkas dan membawanya ke tempat teman-temannya berkumpul.

Perempuan itu meletakkan beberapa coklat diatas meja. Dan satu coklat ia makan dan melanjutkan menontonnya. "Mau, ambil. Kagak mau, syukur." Kata Ana sembari menggigit coklatnya dan memakannya.

Semua remaja lelaki itu mengambil coklatnya satu-satu lalu memakannya. Kecuali satu orang, yaitu Kafi. Yang memang dari awal memiliki alergi coklat dan hanya diam sambil menelan ludahnya kasar saat melihat teman-temannya yang sedang enak memakan coklat.

"Enak banget parah, coklatnya!"

"Nyesel banget kalo gak di makan."

"Mulai  deh mulai... Ngeledek," nyinyir Kafi saat teman-temannya sengaja meledeknya.

"Siapa suruh punya alergi coklat? Haha, kasian ye." Ledek Ana santai. Kafi yang berada di bawah Ana merasa kesal dan langsung mengambil telapak kaki temannya itu dan menggelitikinya.

"Ge-geli woy!" Ana mencubit lengan Kafi agar berhenti menggelitik telapak kakinya.

"Makanya jangan jail." Ana mendengus kesal saat mendengarnya. "Padahal bukan gue doang yang ngeledek," Batinnya kesal.

"Gak ada yang gak pake coklat apa?" Tanya Kafi mendongakkan kepalanya ke arah Ana.

"Ya, elo! Kayak kakak tau Ana aja." Alfi dan Zeldan mendelik saat mengatakannya sembari melirik kearah Ana. Sedangkan Anta dan Zidan hanya diam menyaksikan perdebatan yang sudah biasa terjadi itu.

"Dirumah ini, gak ada yang gak pake coklat. Hampir semuanya pake coklat. Iya gak Na?" Ana menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Zeldan.

"Iya, semua. Termasuk Tai-tai nya juga ikutan coklat, kayak Lo."  Sembur Anta.

"Anj—"

"EKHEM!" Mamah Ana melihat ke arah para remaja itu sembari berkacak pinggang dan memasang wajah galak. "Omongannya." Peringatnya.

"Hehe, maaf Tan. Keceplosan." Kekeh Zeldan yang langsung disoraki teman-temannya itu.

"Udah-udah. Ini udah malem. Emak kalian, udah pada nanyain tuh."  Suruh mamah Ana.

"Nginep boleh lah Tan?" Cengir Zidan yang sedari tadi diam, Langsung diangguki setuju dengan yang lainnya.

"Boleh." Mamah Ana mengangguk lalu menurunkan tangannya dari pinggangnya. Kelima remaja lelaki itu tersenyum dan bersorak senang saat mendengarnya. "Tapi gak sekarang. Nanti-nanti aja. Udah, cepet pulang." Lanjutnya.

"Yah..."

Mamah Ana tetap menggeleng. "Udah. Besok juga ketemu lagi kok. Iya kan?"

"Iya."

Kelima lelaki itu beranjak dari tempatnya dan melangkah menghampiri Okta setelah mencubit pipi Ana secara bergantian dan langsung pergi dari sana. "Kita pulang ye." Anta menyalami tangan Okta di susul dengan yang lainnya.

"Iya. Hati-hati udah malem." Pesan Okta

"ANA! KITA BALIK YO!" Pamit mereka secara bersamaan lalu pergi dari sana.

"Pergi yang jauh!" Kesal Ana mengelus pipinya yang terasa perih. Mungkin saat ini sudah berwarna merah karena dicubit secara bergantian.

"Emang ada tetangga baru mah?" Okta menengok ke arah Anaknya yang sedang membereskan sampah-sampah coklat yang berserakan disana. Dia mengangguk mengiyakan, lalu berkata. "Iya. Rumahnya tepat disebelah rumah kita. Sebelah kiri."  Katanya.

"Oh. "

"Abis kamu beresin sampahnya, terus ke kamar. Tidur."

"Ya."

*

Dipagi harinya. Ana keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan pakaian santainya lalu melangkah ke meja makan. Mamah dan Papahnya menatap bingung ke arah Ana yang masih santai saja padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06.25 WIB.

"Loh Ana? Kamu gak sekolah?" Tanya mamahnya saat melihat Ana yang baru saja duduk di kursi dengan santainya.

Dahi Ana mengerut, "bukannya hari ini kita mau jalan-jalan? Makanya hari ini aku gak masuk sekolah." Jawabnya lalu memakan sarapannya.

"Jalan-jalannya nanti, sepulang kamu Sekolah. Sekarang kamu siap-siap buat berangkat sekolah,"

"Mah...." Rengek Ana yang merasa malas berangkat ke sekolah saat ini

"Atau motor kamu nanti mamah sita? Heum?"

"Libur sehari aja, plissss! Boleh ya, mah? Pah?" Usaha Ana yang terus membujuk mamah dan Papahnya.

"Berangkat sana, udah siang." Suruh papahnya.

"Siap-siap sekarang, abis itu berangkat sekolah. Febriana Aurelie!" Tegas Mamahnya tak terbantahkan.

Ana seketika merasa merinding saat mamahnya sudah menyebutkan nama Lengkapnya. 'mampus gue,' pikirnya.

"SIAP BUPOL! OTW!" Sahut Ana cepat lalu berlari masuk kedalam kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Ana sudah memakai seragamnya dengan lengkap. Begitu juga dengan rompi dan hendban nya yang selalu dipakai. Sembari menenteng kedua sepatu putihnya, Ana berjalan tergesa-gesa keluar kamar menuju ke tempat kedua orang tuanya berada.

"Sana berangkat!" Suruh mamahnya.

"Ini jua mau berangkat kali, mamahku yang cantekkk ," Ana mengambil tangan kanan mamahnya lalu menyalaminya, lalu berganti dengan menyalami tangan papahnya.

"ANA BERANGKAT,

ASSALAMUALAIKUM." Pamitnya, berteriak.

*

-TO BE CONTINUE-

»«

-TO BE CONTINUE-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status