Share

07

HAPPY READING!!!

Kalau satu orang dapat hukuman, semuanya juga akan ikut dihukum.

*

Ana mengerem Motor Vespa putih kesayangannya itu saat sudah sampai tepat didepan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.

Tin...tin..

Ana membunyikan klakson Motornya sampai penjaga sekolah keluar berada di posnya. "Mang, bukain gerbangnya mang!" Teriak Ana yang membuat beberapa orang yang juga telat disana melihat kearahnya.

"Neng Ana lagi?" Gumam penjaga sekolah itu menggaruk kepalanya. "Saya gak bisa bukain gerbangnya. Tunggu aja Bu Wenda kesini. Tunggu bareng yang lainnya tuh," Lanjutnya sembari menunjuk ke beberapa orang yang juga telat sepertinya.

"Urgent nih mang. Gak bisa nunggu, saya." Desak Ana.

"Gak bisa." Kekeuh penjaga gerbang itu.

"Huh!" Ana memicingkan matanya dan fokus melihat ke depan saat matanya baru saja melihat seseorang yang sangat dikenalinya. Ia tersenyum senang lalu kembali membunyikan klakson Motornya.

TINN....TINNN....

"KAFIIII! WOYY!!" Panggil Ana kencang. Orang yang dipanggil itu menengok dan  justru menepuk jidatnya saat melihat kelakuan aneh temannya itu.

"Bener-bener tuh bocah." Gumam Kafi lalu melangkahkan kakinya ke gerbang sekolah, dibuntuti dengan orang disebelahnya.

"Napa? Telat lagi Lo?" Tanya Kafi dengan nada kesal. Ana yang mendengar itu hanya menanggapinya dengan Cengiran khasnya. Kafi mengusap wajahnya kasar, lalu menengok kearah penjaga sekolah.

"Bukain aja mang. Biar saya yang kasih hukuman ke nih orang," kata Kafi melirik kearah Ana yang berada dibalik pagar.

"Ya—"

"Nanti saya yang bilang sama Bu Wenda." Potong Kafi.

"Yaudah kalo gitu." Mau tak mau, penjaga sekolah itu membuka gembok yang terpasang disana lalu membuka gerbangnya.

Motor Ana masuk ke area sekolah. Setelah memarkirkan motornya ia menengok kearah Kafi yang sedang menatapnya galak. "Alesan apa lagi sekarang, Hm?" Tanya Kafi

SEDIKIT INFO: Kafi, Zidan, Zeldan itu cuma beda satu tahun diatas Ana. Sedangkan Aldi seumuran dengannya.  Kalo Anta, umurnya Dua tahun lebih tua diatas Ana.

Kafi juga menyandang gelar sebagai ketua osis, seperti mamahnya dulu saat waktu SMA.

"Kir—"

"Gak ada alesan! Sekarang, Lo harus jalanin hukuman dari gue. Ngerti?" Potong Kafi cepat.

"Ya." Balas Ana dengan malas.

Ana masih tak menghiraukan orang yang saat ini berada disebelah Kafi. Orang itu hanya diam dan memperhatikan perdebatan kecil diantara Kedua Orang itu.

"Jadi, hukumannya apa?" Tanya Ana.

Lagi menyeretnya pelan menuju ke lapangan tengah. "Lari keliling lapangan sepuluh putaran."

"Sepuluh?!"

"Lima belas."

"Iya-iya!" Sahut Ana malas. Ia melepas Tasnya dan meletakkannya disembarang tempat.

"Btw, Lo tunggu disini dulu bentar. Biar gue urusin nih bocah dulu ya," Kata Kafi yang membuat orang didepannya hanya mengangguk menyahutinya.

"Sepuluh putaran kah?" Gumam Ana sembari meregangkan tubuhnya.

"Itung-itung olahraga." Sahut Kafi lalu berdiri di sebelahnya.

"Oke!" Kata Ana mantap. Sebelum benar-benar pergi, ia menarik tangan Kafi disebelahnya agar ikut menjalani hukuman bersamanya. "Tapi barengan." Lanjutnya.

"Kebiasaan Lo!" Kafi mulai berlari dan menjitak kepala Ana Pelan.

Entah sejak kapan, seluruh murid disekolah menjadikan Ana dan Kafi yang sedang berlari dilapangan sebagai tontonan. Beberapa orang melihat dari lantai 2 sekolahnya. Dan beberapa juga melihat dengan berdiri tak jauh dari pinggir lapangan.

Zidan Dan Zeldan terkekeh pelan dari lantai 2 saat  melihat kedua temannya sedang berlari di lapangan. Mereka langsung melangkah pergi dari sana dan menghampiri kedua temannya itu.

Mereka berdua ikut berlari di samping Ana dan Kafi yang sudah mulai bercucuran keringat. Mereka semua tertawa lebar seakan menikmati hukuman yang seharusnya dilakukan Ana seorang diri.

'Satu orang kesusahan. Semuanya harus ikut bantu.'

"ALFIAN RIZALDY. SINI LO. NANTI KETINGGALAN, NANGIS LO." Teriak Zidan dan Zeldan yang menggema seantero sekolah. Mereka semua terus berlari sambil tertawa.

Tak lama kemudian, seseorang berteriak kencang dari arah tak jauh dari mereka berada. "JANGAN TINGGALIN GUE WOY! GUE IKUT!" Sahut Alfi ikut berlari di tengah lapangan dan berlari di sebelah Zidane.

Begitulah mereka. Kalau satu ada masalah, sebisa mungkin mereka akan membantu. Begitu juga dengan hukuman. Kalau satu orang dapat hukuman, semuanya juga akan ikut dihukum.

Setelah selesai mengerjakan hukuman sepuluh putaran. Mereka semua berhenti dan mengistirahatkan kaki mereka dengan duduk ditepi lapangan sembari meluruskan kaki.

"Huh... Hukuman kayak gini mah bukan apa-apa ye gak?" Ucap Zeldan sambil mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.

"Betul...betul,"

"Hukuman dari ncing Ipeh lebih berat dari ini."

"BENER BANGET NJIR!"

Seketika mereka bergidik ngeri saat pernah suatu hari, mereka mendapatkan hukuman dari Ipeh karena terlalu banyak Bercanda saat latihan.

Gimana gak bergidik ngeri? Hukuman yang diberikan Ipeh itu, harus berlari dari Jakarta ke Bandung dan hanya cuma boleh berisitirahat sebanyak lima kali saja, tidak boleh lebih. Sudah begitu, saat pulang, mereka harus membeli oleh-oleh yang sama sekali tidak ada di Jakarta. Dan hukuman itu mereka laksanakan selama 2-3 hari pulang pergi Jakarta-Bandung.

Setelah itu mereka berjanji tidak aka bercanda lagi disaat latihan, atau akan mendapatkan hukuman yang lebih parah dari yang sebelumnya.

"Gak lagi-lagi deh gue mah!" Kafi bergidik ngeri saat mengingatnya.

Ana merebahkan tubuhnya dilapangan. Tak berselang lama, ia kembali bangun dari tidurnya dengan mata yang melotot. "Gue lupa naro tas gue. Tas gue mana?" Tanyanya.

"Tadi Lo taro mana, Bego?" Gemas Zidan ke Perempuan disebelahnya.

"Gak tau. Asal naro aja." Cengirnya.

Mereka semua bangkit dari duduknya, kecuali Ana yang masih terduduk di tempatnya. "Yaudah, ayo kita caritas Lo!" Ajak Alfi bersemangat.

"Gak perlu." Kata orang yang entah datang dari mana, melangkah menghampiri mereka dengan menenteng tas ditangannya. "Ini tas Lo kan?" Tanya orang itu memberikan tas ditangannya ke hadapan Ana.

"Lo..."

Tas putih dengan gantungan bola voli dan juga tiga pedang. Yang sudah pasti itu tas milik Ana. "Ya. Makasih." Balas Ana setelah benar-benar melihat tasnya. 'gimana tasanya ada di cowok itu?' pikirnya.

"Sama-sama."

"Oh iya! Kenalin, dia murid baru disekolah kita. Kelas 12 IPA 1." Ujar Kafi

"Fabregas Argantara. Panggil aja Egas." Orang bernama Egas itu menjulurkan tangannya kehadapan Ana berniat untuk berkenalan.

Ana yang melihat uluran tangan itu hendak membalasnya. Namun, sebelum tangannya benar-benar sampai. Zeldan, Zidan dan Alfi Langsung menyambarnya begitu saja sambil tersenyum yang sulit diartikan.

"Zidan."

"Zeldan."

"Alfi."

"Dia Ana. Sahabat cewek kami satu-satunya." Ujar Mereka semua bersamaan. Sedangkan Ana hanya diam saja.

"Oh. Salam kenal," Ujar Egas menatap Ana dan menghiraukan ucapan Zeldan dan yang lainnya.

"Ya. Salam kenal." Sahut Ana singkat, lalu menggendong tasnya.

"Mau kemana Lo?" Tanya Kafi merangkul pundak Ana yang hendak pergi dari sana.

"Kantin. Laper." Katanya lalu berlari kearah kantin, meninggalkan teman-temannya disana.

"Ana!!!"

"Tungguin woyyy."

"Bener-bener tuh bocah."

"Lo mau ikut? Atau balik ke kelas aja?" Tanya Kafi ke Egas. Disebelahnya.

"Boleh." Sahut Egas Tersenyum tipis. Sangat tipis.

"Yaudah ayo!" Ajak Kafi lalu berlari menyusul Teman-temannya.

"MANG! BELI CILOKNYA GOCENG!"

"FEBRIANA AURELIE, ZIDANE  FADLAN ALBANI, ZELDAN FADLAN ALBANI, ALFIAN RIZALDY, RAGIEL FADL KAFI. KALIAN SEMUAAAA. MASUK KEDALAM KELAS MASING-MASING, SEKARANG!!!!" Teriak guru bername tag Wenda dengan suaranya yang menggelar seantero sekolah. Membuat semua murid dan juga guru ikut menutup telinganya rapat-rapat saat mendengar teriakannya dari speaker sekolah.

*

—TO BE CONTINUE—

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status