"Bersenang-senang," jawab lirih Sammuel sambil memakai celemek untuk melindungi tubuhnya. Kemudian mengambil pisau dan memotong lemon yang ia beli menjadi beberapa bagian dan menaruhnya kedalam wadah yang sudah tersedia.
Sedangkan beberapa pengawal sudah bersiap di belakang para tawanan yang terikat di kursinya masing-masing.
"Sudah siap?" pekik Sammuel sambil memasang faceshield yang membingkai telinganya dan menutupi wajahnya.
Sedangkan Wilson masih tak mengerti apa yang akan di lakukan Tuannya ini. Walaupun dia sudah menjadi pengawal Edward dan Sammuel hampir 20 tahun tapi kadang ia tak mengerti jalan pikiran kedua kakak beradik ini yang kadang di luar nalar akal sehat manusia normal.
Dua orang bersneli putih berjalan mengikuti Sammuel sambil mendorong troli yang berisi peralatan medis atau lebih tepatnya peralatan yang digunakan untuk operasi.
Para tawanan di buka s
Setelah membersihkan diri di markas. Sammuel segera menuju ke Rumah Sakit. Dimana sekarang Ada dua orang yang sedang terbaring di ruangan yang berbeda, yakni Risha di kamar Rawat inap yang sudah beberapa bulan ini ditempati dan di ruang ICU yang sudah terbaring gadis kecil yang baru beberapa minggu Sammuel kenal. "Dimana Kakakku?" ucap Sammuel yang tiba di kamar Rawat inap Risha yang kosong dan cuma ada dua orang penjaga saja yang berjaga di depan pintu serta Risha yang masih terlelap di tidur panjangnya. "Sejak Pagi tadi Tuan besar masih belum kesini, Tuan," jawab salah satu penjaga sambil menudukkan kepala kearah Sammuel. "Kenapa akhir-akhir ini Kakak sering sekali pergi mendadak?" gumam lirih Sammuel kemudian meninggakan kamar rawat Risha. Setelah tak berapa jauh, Sammuel pergi bersama Wilson hendak menuju kantor, tiba-tiba smartphone Sammuel berbunyi. Ternyata itu telepon dari sang kakak,
Tak terasa hari sudah menjelang Sore. Hidangan makan siang yang tersaji di meja pun masih utuh tak tersentuh. Sammuel sedang fokus dan sibuk dengan segala urusan kantor dan pekerjaannya. Hingga bunyi telepon genggamnya bergetar tanda ada panggilan masuk. Sammuel segera mengengangkat panggilan tersebut dan tak beberapa lama dia segera meninggalkan ruangannya dengan tergesa-gesa. Wilson yang seketika terkejut kala pintu kantor Tuannya terhempas kasar, hanya bisa mengikuti Sammuel di belakangnya dengan pandangan heran dengan penuh tanya. Bahkan Wilson sampai tak sempat membereskan meja kerjanya yang masih berantakan. Yang terlintas di benaknya hanya menyaut benda pipih yang selalu menemaninya setiap saat. Ternyata tujuan Sammuel adalah Rumah Sakit tempat Risha dan Levina dirawat. Wilson sedikit mengerutkan kening kala mengikuti Sammuel yang berlari menuju Ruang Rawat Risha.
Sammuel mencoba fokus dengan pekerjaan yang sudah menumpuk di depannya, tapi lagi-lagi bayangan Risha dan Edward selalu mengganggu pikirannya.“Dia milik Kakakku, bagaimanapun dia sudah milik Kakakku, perasaan apa ini? Jangan-jangan...” seketika Sammuel menggelengkan kepala pelan mencoba menyingkirkan prasangka yang ia buat sendiri. Tetapi kata hati dan perasaannya terasa lain, kenapa ketika berada di dekat Risha begitu berbeda, ada rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Sore itu setelah meninggalkan kantor Sammuel menuju ke sebuah Bar yang letaknya tak jauh dari gedung kantor miliknya dan Edward.Setelah berjalan kaki hampir sepuluh menit, Sammuel langsung masuk kedalam gedung Bar yang behiaskan lampu warna-warni itu, Bar tersohor dan terkemuka di Jajaran Bar yang ada di kota yang sangat terkenal dengan Kota Hiburan Malam itu tampak sangat menonjol diantara gedung-gedung lain yang terlihat monoton tanpa hiasan, &n
“Hebat sekali, seharian tak ada kabar,” pekik Edward kala Sammuel baru saja keluar dari ruangan istirahat yang berada di samping ruangan kerja Edward dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer pendek saja. Jangan lupakan muka bantal serta rambutnya yang acak-acakan tapi masih mempesona, “Dasar tak tau malu!”Pagi ini Edward langsung menuju kantor setelah menjenguk Risha di Rumah Sakit. Rupanya dia mendapati Sammuel yang masih dikantor dan sedang beristirahat di ruangannya, rupanya Sammuel semalaman berada di kantornya, bahkan ponselnya masih teronggok di atas charger wireless bagai tak tersentuh sama sekali, itu di buktikan dengan beberapa panggilan dan pesan dari Edward yang masih belum terbaca oleh Sammuel.“Kenapa? Pasti terpesona kan? begitu mengagumkan kah melihat deretan coklat sempurna milikku?” sindir Sammuel sambil menenggak satu botol air mineral yang sudah tersedia di atas meja Edward, “Aku hanya mau pamer saja, bukankah pun
Koenigsegg Agera R berwana merah menyala yang dikemudikan Sammuel membelah jalanan ibukota, jangan lupakan tiga buah mobil sedan hitam yang senantiasa mengikuti Sammuel kemanapun dia pergi.Setelah berpamitan dengan Risha, Sammuel beranjak menuju ke Markas yang terletak di hutan kota di sebelah timur yang berbatasan langsung dan masih satu kawasan dengan pelabuhan peti kemas yang merupakan pusat markas milik Edward dan Sammuel serta menjadi tempat paling vital dalam bisnis ekspor impor barang. Menjadi Jalur Pelabuhan internasional yang sangat strategis membuat perkembangan bisnis perusahaan Edward dan Sammuel menjadi begitu penting dan patut di perhitungkan.Segala jenis transaksi bongkar muat barang hampir tak pernah ada hentinya setiap hari, bahkan pelabuhan peti kemas terbesar di negara itu juga mempunyai jalur akses transportasi bawah tanah yang hanya diketahui oleh orang dalam dan beberapa relasi serta partner bisnis saja.“Bagaimana
Sebetulnya Sammuel ingin sekali menanyakan langsung kepada Dimitri perihal permintaannya yang menginginkan berkencan dengan sekretarisnya, Emily.Namun hal itu Sammuel urungkan, karena Sammuel sadar bahwa dia sendiri yang memberikan kartu akses tak terbatas untuk Dimitri, ditambah lagi Sammuel masih memikirkan tentang Edward yang sepertinya menyembunyikan sesuatu terhadap dirinya. Informan bayangan yang Sammuel pekerjakan masih belum mengabarkan berita yang menyimpang atau mencurigakan, karena selama ini keseharian Edward masih dalam batas wajar sesuai laporan yang ia terima.Setelah menyelesaikan dan menandatangani beberapa berkas Sammuel segera menuju ke mobil yang sudah dipersiapkan, disana ia menunggu Wilson yang sedang menyiapkan keperluan dan berkas yang sudah di rencanakan untuk kedepannya.“Berkas transaksi Hargov sudah lengkap, Tuan,” sapa Wilson ketika sudah duduk di sebelah Sammuel setelah menutup pintu mobil sambil meny
“Pagi,” sapa singkat Sammuel ketika memasuki ruang rawat Risha yang tak tertutup dengan membawa buket bunga mawar putih di rangkulannya.“Pagi, Tuan,” jawab Risha sambil menunduk singkat ketika melihat Sammuel sudah berada di belakangnya, “saya harap anda berhenti memberiku bunga, Tuan. Karena bunga yang kemarin masih terlihat indah dan bagus. Sayang jika harus dibuang,” sambung Risha sambil menata bunga lili bercampur mawar putih yang kemarin Sammuel bawa.“Aku hanya menjalankan tugas, apa salah?” jawab enteng Sammuel yang duduk di pojokan brankar Risha dan menaruh buket bunga yang ia bawa diatas brankar. “Mau jalan-jalan? Udara pagi bagus untuk membantu penyembuhan.”Risha hanya menganggukkan kepala, kemudian mengambil botol infus yang menggantung di tiang yang berada di sampingnya, “Kita jalan kaki saja, Tuan,” sela Risha yang tau Sammuel akan beranjak mengambil kursi roda yang berada di samping pintu masuk.“Aku tak menerima bant
“Ben, antar aku ke Rumah Sakit!” suara singkat Sammuel yang berbicara melalui sambungan telepon dengan supirnya, Benny.Sammuel segera beranjak dari kantor barunya yang berada di dalam kamar yang telah ditata oleh Wilson sesuai permintaannya, peralatan komputer super canggih dan terbaru sudah bertengger di sudut ruangan berwarna abu-abu dan hitam yang mendominasi.Ruangan yang digunakan untuk melacak dan memantau Edward itu pun di lengkapi oleh beberapa sensor yang terhubung langsung dengan handphone Edward. Sebegitu penasarannya Sammuel terhadap perubahan Edward yang membuatnya sedikit curiga dengan Sang Kakak.Hanya berbekal mantel Coat hitam tebal Sammuel sudah berada di basemen gedung apartemennya, disana sudah ada Benny yang sudah menunggu di sebelah pintu mobil yang sudah terbuka.Benny melajukan kendaraan membelah jalanan ibukota yang masih begitu padat walaupun waktu sudah menunjukkan tengah malam, gemerlap lampu hias yang berwarna-warni di Kota berjuluk