Beranda / Romansa / 2nd (second) Destiny / 4. Konsekuensi hasil perbuatan.

Share

4. Konsekuensi hasil perbuatan.

Penulis: Ryu_kirara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-21 14:27:52

Setelah beberapa lama berkeliling mencari informasi dan melihat situasi yang mereka hadapi hingga tak terasa hari sudah beranjak petang. Mereka kembali ke penginapan yang mana mendapati penginapan masih dalam keadaan gelap gulita serta lampu jalan dan lampu teras masih tak menyala lampunya. Seketika mereka merasa was-was dan waspada. 

"Kak, kenapa masih gelap?" tanya Sammuel kemudian mengambil pistol berperedam yang terselip di pinggangnya dengan pandangan awas. 

Edward yang mendapati sepatu Risha masih dalam posisi semula dan tak berubah sama sekali di depan kamar pojok menatap curiga.

Edward berjalan mendekat di arah pintu masuk kamar pojok sambil menyalakan saklar lampu jalan di sebelah tiang bangunan utama yang mana ia ketahui ketika mengamati keseharian Risha dalam empat hari ini dari balik jendela di kamarnya. Seketika lampu penginapan menyala kemudian Edward berjalan menuju kamar pojok yang membuatnya penasaran sedari tadi.

"Kak, apa yang kau lakukan?" tanya lirih Sammuel di samping Edward yang heran dengan tindakan spontan kakaknya. 

"Kemarin sewaktu mengantar makan malam dia terlihat kurang sehat dan wajahnya pucat sekali, aku hanya ingin memastikan dia tak kenapa-napa," jawab santai Edward berjalan mendahului Sammuel. 

"Siapa tau kamar ini sudah ditempati orang orang lain kak," lirih Sammuel mencegah pergelangan tangan Edward ketika akan membuka knop pintu kamar pojokan itu. 

"lihat sepatu itu!" ucap Edward sambil menunjuk ke bawah sepatu dengan menggunakan isyarat kepalanya. Sammuel pun mengikuti arah pandangan yang Edward tuju.

"Masih ada bekas noda darah yang sudah mengering," jawab Edward kemudian yang membuat Sammuel langsung menunduk mengamati sepatu yang berada di bawahnya dan memang benar di ujung sepatu itu ada noda darah yang sudah mengering dan sudah berubah warna. 

Ceklek

Suara pintu terbuka tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.

"Ini gudang ternyata," lirih Sammuel yang mengamati sekeliling ruangan yang terdapat banyak barang dan perabotan yang tertata rapi. Sedangkan Edward sudah masuk menjelajah ruang di bagian dalam. 

"SAM!" teriak Edward dari dalam ruangan yang seketika dihampiri oleh Sammuel dengan tergesa-gesa. 

"Cepat cari taksi untukku," ucap Edward sambil membopong Risha yang sudah tak sadarkan diri dengan wajah pucat pasi dan penuh keringat dingin, Edward berjalan menuju ke arah jalan besar menyusuri jalan setapak sambil terus memandang wajah Risha yang pucat di gendongannya.

Seketika Sammuel berlari ke arah jalan besar dan menghadang taksi yang sedang lewat di temani Edward yang sedang membopong Risha.

"Ke Rumah Sakit terdekat Pak!" ucap Edward ketika berada di dalam taksi yang diangguki oleh supir taksi itu. 

"Kak!" pekik Sammuel cemas dan terkejut dengan tindakan Edward. Bahkan Wajah Sammuel sudah begitu khawatir dan cemas dengan tindakan spontan Edward 

"Tenanglah, keselamatan dia lebih penting," jelas Edward yang membelai wajah Risha yang sudah penuh peluh di pangkuannya, Edward menyingkirkankan beberapa helai rambut yang menempel di wajah Risha penuh kelembutan sambil menyeka keringat dingin di kening Risha. 

Sesampainya dirumah sakit Risha langsung di bawa ke IGD guna mendapat pertolongan.

"Siapa wali pasien ini?" tanya salah satu perawat yang menghampiri Edward dan Sammuel.

"Saya," jawab pasti Edward menghampir perawat itu.

"Silahkan ikut saya, Pak, guna melengkapi informasi dan administrasi yang di perlukan," jelas parawat tadi yang berjalan mendahului Edward dan Sammuel menuju meja resepsionis diikuti oleh Edward dan Sammuel di belakangnya. 

"Kak, apa maksudnya ini? Jika mereka tau kita disini, ini malah semakin berbahaya," lirih Sammuel di sebelah Edward memegang pergelangan tangan Edward yang sedang mengisi formulir di meja resepsionis dengan cemas.

"Kamu tenang saja, untuk saat ini dia lebih membutuhkan pertolongan secepatnya sekarang," jawab Edward sambil mengedarkan pandangan awas di sekeliling ruangan rumah sakit, mengamati sekeliling dengan teliti. Karena sejujurnya Edward juga merasa takut dan cemas jikalau musuh yang mengincar dirinya dan Sammuel mengetahui keadaannya saat ini. Sammuel juga melakukan hal yang sama dengan Edward.

Jangan lupa Vote,  like dan komen yaa... 

Trim's

~ Ryukirara~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

  • 2nd (second) Destiny   153. Tak Ada Yang Beres.

    “Lebih baik, aku bawa dia ke Markas saja, di sana peralatan dan perlengkapan medisnya lebih mumpuni ketimbang di rawat di sini. Lagian aku juga bisa memantaunya sepanjang hari jika aksesnya nanti tak terkendali jarak dan juga lebih efisien menurutku,” ucap Sammuel yang mengembalikan penlight milik Axelo yang di angguki oleh Axelo dan Dorothea hampir bersamaan. “Terserah padamu, Samm. Keputusan mutlak ada padamu, kita hanya berusaha melakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Untuk kedepannya memang hanya kamulah yang bisa menjaganya,” jawab Axelo yang membuat Sammuel mengerutkan keningnya, kala mendengar ucapan Axelo yang membuat Sammuel berpikir atas jawaban dari pertanyaan abigu dari Axelo. “Baiklah, aku akan mempersiapkan persiapan untuk perpindahan Risha. Tapi apa ada yang sedang mengganggumu, Samm?” lirih Dorothea yang membuat Sammuel langsung menoleh ke arah Dorothea yang sedang berada di samping Axelo. “Entahlah, aku sedang tak bisa berpikir panjang untuk sekarang ini,” ja

  • 2nd (second) Destiny   152. Sudah Terjadi.

    Sammuel terjaga dari tidurnya, mungkin pengaruh efek samping dari obat tidur yang diberikan Dimitri yang membuatnya terlelap begitu nyenyak, entah sudah berapa lama ia terlelap. Terlebih Sammuel merasakan badannya seperti baru saja menemukan sumber tenaga baru kembali.Alarm beserta lampu merah yang terdapat di meja kerjanya sudah menyala dan mengeluarkan bunyi khas yang menandakan jika ada tanda bahaya yang sedang terjadi atau ada sesuatu yang telah menyerang Markasnya.Sammuel beranjak menuju komputer di meja kerjanya yang masih menyala sedangkan laptopnya sudah mati kehabisan daya.Sammuel mengerutkan keningnya, kala melihat jam yang menunjukkan sudah sore hari, sedangkan di ingatannya dia beranjak tidur kala siang hari. Sammuel jadi berpikir, jika tak mungkin jika dirinya istirahat hanya tiga jam saja. Sammuel pernah merasakan bugar seperti ini ketika ia istirahat total selama hampir lima hari lamanya beberapa waktu yang lampau.Sammuel membulatkan mata dan beranjak menuju ke Ruan

  • 2nd (second) Destiny   151. Jalan Pintas.

    “Ayah, Istirahatlah!” lirih Demian menghampiri Sammuel yang sedang bergelut dengan laptop di depannya. Hampir seminggu ini Sammuel tak terlihat beristirahat sejenak, hingga membuat Demian khawatir dengan kesehatan Ayah babtisnya itu. “Sebentar lagi, Son.” Kata-kata itu juga yang selalu Sammuel ucapkan hampir seminggu ini kepada Demian, kala Demian menyuruh Sammuel beristirahat. Beberapa berkas memang sudah menumpuk di meja kerja di kantor yang berada di Markas Pusat, bahkan tiap hari pasti data beberapa tumpuk lagi berkas yang langsung di tangani Sammuel langsung, Sammuel masih belum bisa kembali ke Kantor EDSAM Corp., karena Sammuel merasa masih belum siap mengenang Edward dan menerima kenyataan Edward sudah tiada. Bayangan kenangan Edward masih menghantui Sammuel kala berada di Kantor yang biasanya di gunakan Edward. Maka dari itu, segala urusan kantor di kirim ke Kantor Sammuel yang berada di Markas Pusat, guna memberikan kenyamanan pada Sammuel kala mengerjakan berkas yang di

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status