Setelah beberapa lama berkeliling mencari informasi dan melihat situasi yang mereka hadapi hingga tak terasa hari sudah beranjak petang. Mereka kembali ke penginapan yang mana mendapati penginapan masih dalam keadaan gelap gulita serta lampu jalan dan lampu teras masih tak menyala lampunya. Seketika mereka merasa was-was dan waspada.
"Kak, kenapa masih gelap?" tanya Sammuel kemudian mengambil pistol berperedam yang terselip di pinggangnya dengan pandangan awas.
Edward yang mendapati sepatu Risha masih dalam posisi semula dan tak berubah sama sekali di depan kamar pojok menatap curiga.
Edward berjalan mendekat di arah pintu masuk kamar pojok sambil menyalakan saklar lampu jalan di sebelah tiang bangunan utama yang mana ia ketahui ketika mengamati keseharian Risha dalam empat hari ini dari balik jendela di kamarnya. Seketika lampu penginapan menyala kemudian Edward berjalan menuju kamar pojok yang membuatnya penasaran sedari tadi.
"Kak, apa yang kau lakukan?" tanya lirih Sammuel di samping Edward yang heran dengan tindakan spontan kakaknya.
"Kemarin sewaktu mengantar makan malam dia terlihat kurang sehat dan wajahnya pucat sekali, aku hanya ingin memastikan dia tak kenapa-napa," jawab santai Edward berjalan mendahului Sammuel.
"Siapa tau kamar ini sudah ditempati orang orang lain kak," lirih Sammuel mencegah pergelangan tangan Edward ketika akan membuka knop pintu kamar pojokan itu.
"lihat sepatu itu!" ucap Edward sambil menunjuk ke bawah sepatu dengan menggunakan isyarat kepalanya. Sammuel pun mengikuti arah pandangan yang Edward tuju.
"Masih ada bekas noda darah yang sudah mengering," jawab Edward kemudian yang membuat Sammuel langsung menunduk mengamati sepatu yang berada di bawahnya dan memang benar di ujung sepatu itu ada noda darah yang sudah mengering dan sudah berubah warna.
Ceklek
Suara pintu terbuka tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya."Ini gudang ternyata," lirih Sammuel yang mengamati sekeliling ruangan yang terdapat banyak barang dan perabotan yang tertata rapi. Sedangkan Edward sudah masuk menjelajah ruang di bagian dalam.
"SAM!" teriak Edward dari dalam ruangan yang seketika dihampiri oleh Sammuel dengan tergesa-gesa.
"Cepat cari taksi untukku," ucap Edward sambil membopong Risha yang sudah tak sadarkan diri dengan wajah pucat pasi dan penuh keringat dingin, Edward berjalan menuju ke arah jalan besar menyusuri jalan setapak sambil terus memandang wajah Risha yang pucat di gendongannya.
Seketika Sammuel berlari ke arah jalan besar dan menghadang taksi yang sedang lewat di temani Edward yang sedang membopong Risha.
"Ke Rumah Sakit terdekat Pak!" ucap Edward ketika berada di dalam taksi yang diangguki oleh supir taksi itu.
"Kak!" pekik Sammuel cemas dan terkejut dengan tindakan Edward. Bahkan Wajah Sammuel sudah begitu khawatir dan cemas dengan tindakan spontan Edward
"Tenanglah, keselamatan dia lebih penting," jelas Edward yang membelai wajah Risha yang sudah penuh peluh di pangkuannya, Edward menyingkirkankan beberapa helai rambut yang menempel di wajah Risha penuh kelembutan sambil menyeka keringat dingin di kening Risha.
Sesampainya dirumah sakit Risha langsung di bawa ke IGD guna mendapat pertolongan.
"Siapa wali pasien ini?" tanya salah satu perawat yang menghampiri Edward dan Sammuel.
"Saya," jawab pasti Edward menghampir perawat itu.
"Silahkan ikut saya, Pak, guna melengkapi informasi dan administrasi yang di perlukan," jelas parawat tadi yang berjalan mendahului Edward dan Sammuel menuju meja resepsionis diikuti oleh Edward dan Sammuel di belakangnya."Kak, apa maksudnya ini? Jika mereka tau kita disini, ini malah semakin berbahaya," lirih Sammuel di sebelah Edward memegang pergelangan tangan Edward yang sedang mengisi formulir di meja resepsionis dengan cemas.
"Kamu tenang saja, untuk saat ini dia lebih membutuhkan pertolongan secepatnya sekarang," jawab Edward sambil mengedarkan pandangan awas di sekeliling ruangan rumah sakit, mengamati sekeliling dengan teliti. Karena sejujurnya Edward juga merasa takut dan cemas jikalau musuh yang mengincar dirinya dan Sammuel mengetahui keadaannya saat ini. Sammuel juga melakukan hal yang sama dengan Edward.
Jangan lupa Vote, like dan komen yaa...
Trim's
~ Ryukirara~
Di Rumah Sakit Sammuel bersikeras melarang Edward agar tidak mengisi formulir persyaratan rawat inap Risha. Namun ternyata usahanya sia-sia, Edward tetap bersikeras membantah larangan adiknya dan mencoba menenangkan Sammuel yang terlihat cemas dan khawatir akan keselamatan mereka berdua. Sedangkan disisi lain Sammuel tampak gelisah sambil terus waspada mengamati sekitar Ruang Lobi Rumah Sakit dengan sedikit was-was penuh kejelian. "Permisi, silahkan lengkapi formulir ini Pak dan Membayar biaya administrasi awal terlebih dahulu. Apa bapak membawa kartu identitas pasien guna melengkapi data kami?" tanya perawat tadi sambil menyodorkan beberapa lembar kertas dan pena. Edward hanya mengangguk dan menyerahkan kartu identitas Risha yang dia ambil dari dompet Risha. "Dari mana kakak dapat itu?" tanya heran Sammuel yang terkejut mendapati dompet Risha sudah berada di tangan Edward.&
Sudah dua hari Risha di rawat di Rumah Sakit dan yang merawat serta yang mendampingin Risha adalah Sisil.Dan Risha baru sadar setelah berhasil melewati masa kritisnya setelah dua hari. "Kenapa kamu gak bilang klo kamu sakit? Berarti kemaren lusa pas kamu pucat itu sudah sakit kamunya, tapi kamu gak percaya," celoteh Sisil sambil mengupas Apel di sebelah brankar Risha. "Maaf," lirih Risha dengan mata sayu memandang Sisil yang berada di sampingnya. "Untung saja di penginapan ada orang, kalau nggak ada, sudah gentayangan kamu disana," sambung Sisil yang masih bernada emosi sambil menyodorkan sepiring buah apel yang sudah dikupasnya. "hmm, nanti kalau aku sudah gentayangan kamu dulu yang aku hampiri," jawab santai Risha sambil mengunyah apel pemberian Sisil. "Hust ngawur aja, bikin parno gua aja lu," bentak Sisil dengan cemas dan sedikit emosi.
Setelah Risha keluar dari Rumah Sakit, kehidupan Risha kembali normal tapi masih menyisahkan misteri bahwa sampai detik ini Risha masih belum mengetahui siapa nama kedua laki laki yang ia tolong bahkan ketika mereka pergipun tak sempat untuk berpamitan ataupun sekedar menyapa. Sedangkan yang Risha kejutkan dia mendapatkan Fee atau tip yang begitu banyak yang di titip kan ke Pak Dandi selaku pemilik penginapan tempatnya bekerja. Kehidupan Risha berjalan dengan normal kembali dan berjalan seperti sediakala. Enam bulan kemudian. "Risha,beneran kamu mau pulang kampung?" tanya Pak Dandi pemilik Restoran dan penginapan tempat Risha bekerja. "Iya Pak, sudah 2 tahun saya tidak pulang kampung. Kasian ibu sama bapak di kampung sudah kangen katanya," jawab Risha pasti. "Tapi pasti balik kesini lagi kan?" Tanya Dandi penuh harap. "Kalau itu sa
Sejak meninggalkan negara yang Risha tempati, Edward menyuruh beberapa anak buahnya untuk mengawasi dan memantau kondisi Risha dari jauh serta melaporkan kepadanya hampir setiap hari. Edward bahkan menempatkan mata-mata bayangan di tempat Risha bekerja dan di Lingkungan dimana Risha tinggal. Berkat laporan setiap hari yang Edward terima baik berupa foto maupun video, Edward lama-lama mempunyai perasaan yang lebih terhadap Risha walaupun yang bersangkutan tak mengetahui bila mempunyai penggemar rahasia. Bahkan laporan mengenai Risha merupakan hiburan tersendiri bagi Edward untuk melepas kepenatan dan kejenuhan yang ia hadapi di tempat kerja. Senyum bulan sabit tercipta dengan mata penuh cahaya bahagia kala memandang foto Risha yang sudah memenuhi galeri di handphone nya, "tunggu aku disana malaikat kecilku," lirih Edward sambil mengusap lembut benda pipih yang berada di tangannya yang mana ada gambar Ris
Sejak kejadian kecelakaan tenggelamnya kapal feri yang Risha tumpangi tenggelam, yang mana menyebabkan banyak korban jiwa dan salah Satunya Risha yang saat ini sedang terbaring dalam kondisi koma sejak kejadian yang menimpanya. Edward selalu berada di samping Risha menunggu dan menjaga selama berhari-hari. Sehari setelah kejadian nahas itu, Sammuel langsung menyusul sang kakak dan mememani Edward selalu. Seminggu kemudian. "Maaf dok, kondisi pasien tenggelam di ICU semakin lemah," ucap salah satu perawat yang datang menghampiri dokter jaga yang sedang berjaga diruangan di sebelah ICU. "Cepat lakukan tindakan," jawab dokter tersebut sambil berlari menuju kedalam ruang ICU. Tetapi di tengah jalan dia di cegah oleh Edward. "Apa yang terjadi!" pekik Edward yang mengetahui Ruangan ICU tempat Risha dirawat menjadi ricuh. "Apapun yang terjadi selamatkan dia, jika
Semenjak kedatangan Orang Tua Risha di California tepatnya di los Angeles. Edward dan Sammuel lebih merasakan hari-harinya penuh warna dengan kehangatan dan perhatian yang di berikan oleh Orang Tua Risha. Apa lagi bagi Sammuel, kehadiran Orang Tua Risha membawa warna baru di kehidupan Sammuel. Dia bisa merasakan hangatnya rasa mempunyai keluarga dimana yang tak pernah ia rasakan selama ini. Seminggu kemudian Pak Danu dan Bu Marni pulang ke kampung halaman. Pada awalnya baik Edward maupun Sammuel tak rela jika Orang Tua Risha pulang ke kampung halamannya, tetapi apa boleh dikata, rela ataupun tak rela mereka harus merelakan Orang Tua Risha kembali. Sedangkan Risha masih dalam keadaan koma dan dirawat Rumah Sakit ternama di Los Angeles dengan pengawasan penuh. Bahkan Edward menempatkan beberapa Dokter dan Perawat khusus untuk memantau keadaan Risha setiap saat tanpa terlewat sedeti
Setelah mengantarkan kepulangan Orang Tua Risha ke Negara asalnya. Baik Edward Taupun Sammuel sama-sama merasa hampa seperti ada hilang dari diri mereka. Ingin sekali Sammuel menahan Orang Tua Risha untuk tinggal selamanya bersamanya. Tapi apa boleh buat mereka punya kehidupan dan kepentingan sendiri di Negara asalnya. Edward memandang hangat adiknya yang lambat laun telah sedikit berubah. Menjadi lebih hangat dan tenang. Senyum tipis tercipta di wajah tampan Edward. Flashback on "Selidiki kejadian di pelabuhan yang hampir merenggut nyawa kakakku," ucap Sammuel kepada bawahannya, sedangkan Edward sedang menikmati minuman beralkohol di sebelahnya sambil memainkan gelas ditangannya. "Awasi gadis ini, laporkan setiap gerak geriknya dan kirim orang untuk berjaga mengawasinya. Awasi diam-diam, jangan sampai terlihat dan jangan sampai ketahuan. Lap
Hampir semalaman Sammuel menjaga Risha tanpa tidur. Bahkan pagi harinya di sudah bersiap di kantor dalam keadaan fit dan segar walaupun tak beristirahat dikala malam harinya. "Apa istirahatmu nyaman tadi malam?"tanya Edward yang mengetahui bahwa adiknya tak dapat tidur dan tak beristirahat malam harinya yang di buktikan dengan pagi ini Sammuel mengenggam minuman soda kaleng, salah satu kebiasaan aneh Sammuel yang hanya di pahami oleh sang kakak, yaitu Edward saja. "Hemm," jawab singkat Sammuel hanya dengan kode dehemannya saja dan masih terus fokus dengan mengutak-atik Ipad yang berada ditangannya. Tanpa menghiraukan Edward yang sedari tadi mengamatinya sambil tersenyum tipis. "Minuman itu tak bagus untuk tubuhmu jika terus menerus di minum di pagi hari," ucap Edward yang kembali fokus dengan kertas yang menumpuk di meja kerjanya. Sambil sesekali melirik adiknya y